Kabar Internasional

Kapinis, Penjelajah Langit yang Terbang 10 Bulan Tanpa Menjejak Tanah

Fahri Zulfikar - detikJabar
Kamis, 27 Nov 2025 06:00 WIB
common swift (Apus apus) atau kapinis (Foto: Shutterstock/Mircea Costina)
Jakarta -

Di dunia yang penuh keajaiban alam, burung kapinis mungkin salah satu makhluk yang paling memancing rasa kagum. Bayangkan seekor burung kecil, gelap, bersayap panjang, yang mampu terbang tanpa henti bukan hanya berjam-jam atau berhari-hari, tetapi hingga 10 bulan lamanya. Hampir sepanjang tahun ia hidup di udara, seperti makhluk yang enggan menyentuh bumi.

Kemampuan luar biasa itu terungkap dalam penelitian tahun 2016 yang dipimpin Anders Hedenstrom dari Universitas Lund, Swedia. Melansir detikEdu, timnya memasang pelacak mini pada 13 ekor kapinis, berharap mendapatkan gambaran lebih jelas tentang kehidupan mereka di langit. Hasilnya ternyata jauh lebih ekstrem daripada dugaan awal.

Hedenstrom menyebut kapinis memiliki tubuh yang seolah dirancang khusus untuk menguasai udara.

"Sungguh menakjubkan... Kami tahu mereka sangat beradaptasi dengan baik untuk terbang. Sayap mereka sangat panjang dan sempit serta tubuh yang ramping. Mereka seperti mobil Formula Satu atau anjing greyhound," katanya.

Perbandingan yang terdengar dramatis itu justru semakin menegaskan betapa efisiennya burung ini.

Terbang sepuluh bulan tanpa mendarat membuat burung dengan nama lain Apus apus ini memecahkan rekor burung walet Alpen yang 'hanya' mampu terbang 200 hari. Dan berbeda dari kebanyakan burung migran yang sesekali beristirahat, kapinis nyaris tak pernah berhenti.

Dari data pelacak, mereka terpantau terus berada di udara, hanya sesekali turun, itu pun tidak lebih dari dua jam.

"Perhentian mereka tidak pernah lebih dari satu atau dua jam setiap kalinya," ujar Hedenstrom.

Pertanyaannya tentu sederhana tetapi besar, bagaimana mereka makan dan tidur? Rupanya kapinis memanfaatkan angin hangat yang mengangkat serangga ke udara.

Sambil meluncur cepat, mereka menangkap mangsa kecil itu sebagai sumber energi. Soal tidur, jawabannya tak kalah menakjubkan.

"Karena semua organisme yang kita ketahui perlu tidur sampai batas tertentu, kita hanya dapat berasumsi jika mereka tidur, itu pasti saat mereka berada di udara," kata Hedenstrom.

Di ketinggian ratusan meter, kapinis tampaknya mengambil "momen-momen istirahat" sambil tetap terbang mengikuti arus angin.

Rute migrasi mereka panjang dan melelahkan jika ditempuh oleh makhluk lain. Dari Swedia menuju Semenanjung Iberia, lalu Afrika Barat hingga Afrika Tengah.

Anehnya, para ahli ornitologi selama ini tak pernah menemukan kapinis bertengger di Afrika, seakan burung itu benar-benar menghilang di langit sepanjang musim. Penelitian ini akhirnya menjelaskan misteri tersebut: mereka memang nyaris tidak pernah turun.

Meski hanya dua bulan dalam setahun kapinis menyentuh tanah saat musim kawin di Eropa Utara, sisanya mereka habiskan melayang, melesat, melingkar, mengikuti arus panas yang naik dari bumi, seperti penjelajah langit yang tak mengenal lelah.

Setelah temuan luar biasa ini, para ilmuwan bermimpi melangkah lebih jauh. Mereka berharap suatu saat dapat merekam aktivitas otak kapinis selama terbang, untuk memahami bagaimana burung kecil ini sanggup menjalani hidup yang hampir seluruhnya berlangsung di udara.


Artikel ini sudah tayang di detikEdu



Simak Video "Video: Melihat Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung, Ada Apa Saja?"

(faz/dir)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork