Screen time atau durasi menonton konten di media sosial yang berlebihan menjadi pemicu risiko brain rot. Dikutip dari laman Today, brain rot mengacu kepada penurunan kemampuan kognitif atau intelektual akibat terus menerus menyerap konten yang bersifat dangkal, tidak menantang atau berlebihan.
Dalam penelitian yang lain, ternyata efek dari kecanduan sehingga terlalu lama menatap layar seperti laptop atau ponsel juga menimbulkan risiko penyakit yang lainnya.
Dikutip dari laman New York Post, penelitian lainnya menunjukkan bahwa cahaya biru dari layar bisa membantu fokus dan rentang perhatian di siang hari, namun mengganggu tidur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cahaya tersebut bisa berpengaruh pada ritme sirkandian, siklus alami tubuh selama 24 jam yang mengontrol kapan seseorang merasa terjaga dan mengantuk, produksi hormon seperti melatonin dan kortisol, serta beberapa fungsi tubuh lainnya.
Namun, ternyata gangguan ini juga bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan yang lebih dari sekedar ketegangan mata. Kurang tidur karena cahaya layar di malam hari bisa dikaitkan dengan meningkatnya risiko diabetes tipe 2, sebab ritme sirkandian mengatur bagaimana tubuh merespons insulin dan memproduksi glukosa.
Baca juga: Harga Ponsel Bakal Bikin Makin Ketar-ketir |
Sebuah penelitian menemukan, mereka yang lebih banyak terpapar cahaya tersebut berisiko 50 persen lebih besar terkena diabetes. Tak hanya itu, paparan cahaya biru di malam hari juga terbukti meningkatkan kemungkinan penambahan berat badan dan obesitas, faktor risiko lain dari diabetes.
Ritme alami tubuh juga mengatur perubahan tekanan darah dan detak jantung sepanjang hari. Saat 'jam biologis' terganggu, hal tersebut bisa memicu berbagai masalah kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi, detak jantung meningkat, gagal jantung, hingga risiko penyakit jantung yang lebih besar. Sebaliknya, mengurangi waktu menatap layar, terutama menjelang tidur bisa membantu menurunkan risiko kanker.
Sebuah studi yang mengamati efek panjang gelombang cahaya biru menemukan, orang-orang yang tidur dengan layar menyala memiliki risiko 1,5 kali lebih tinggi terkena kanker payudara dan risiko dua kali lipat lebih tinggi terkena kanker prostat. Meningkatnya risiko kanker payudara, khususunya disbabkan oleh kurangnya melatonin.
Cahaya biru dari layar bisa menghambat produksi melatonin, yang diyakini memiliki sifar antikanker. Saat kadar melatonin menurun, risiko terjadinya kanker payudara dan pertumbuhan tumor bisa meningkat.
Dibandingkan dengan jenis cahaya lainnya, cahaya biru bisa menjadi yang paling berpotensi merusak kesehatan. Para peneliti dari Universitas Harvard menemukan, paparan cahaya selama 6,5 jam bisa menggeser ritme sirkadian hingga dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan paparan cahaya hijau.
Artikel ini telah tayang di detikHealth
(elk/yum)










































