Di ruang preparasi Museum Geologi Bandung, debu tanah kuno perlahan luruh dari permukaan tulang-belulang besar yang terbentang di atas meja kerja. Di sana para teknisi menunduk teliti, membersihkan lapisan demi lapisan tanah yang menempel pada fosil gajah purba Stegodon trigonocephalus.
Fosil yang ditemukan dari lereng Gunung Pandan, Hutan Triktik, Nganjuk, Jawa Timur beberapa waktu lalu ini sempat menjadi buah bibir. Selain langka, fosil itu diperkirakan berumur sekitar 800 ribu tahun.
Di ruang preparasi, fosil gajah purba ini masih 'berantakan' dan sebagian besar masih terbungkus plastik. Namun diantara banyaknya potongan fosil, beberapa bagian sudah dapat dikenali bentuknya seperti gading hingga tulang ekor.
Ketua Tim Kerja Penyelidikan dan Konservasi Museum Geologi, Unggul Prasetyo Wibowo, menjelaskan bahwa tahap pertama yang kini dikerjakan adalah reparasi.
"Jadi seminggu kemarin kan kita dapat kiriman satu fosil kerangka gajah stegodon dan itu posisinya masih terbungkus matriks dari lokasi ya. Jadi sekarang kita masuk tahap reparasi," kata Unggul saat berbincang dengan detikJabar, Minggu (16/11/2025).
"Jadi reparasi itu membersihkan semua lapisan tanah yang menempel pada fosil. Nanti setelah itu kita akan masuk ke tahapan konservasi. Setelah itu bersih, terus kita konservasi. Artinya itu kita akan beri penguatan-penguatan supaya yang tadi rapuh jadi kuat," terangnya.
Tahap demi tahap ini dilakukan secara hati-hati agar setiap fragmen tulang tetap terjaga. Setelah fosil dinilai cukup stabil, barulah ia menuju proses paling dinanti yakni rekonstruksi.
Kerangka 70 Persen, Menuju Bentuk Utuh
Menurut Unggul, kondisi fosil yang ditemukan cukup istimewa karena utuh sekitar 70 persen dari bentuk asli gajah raksasa tersebut.
"Ini karena ditemukan lumayan hampir 70 persen juga kita estimasi ketemu. Jadi kita targetkan untuk dirangkai menjadi utuh lagi," ungkapnya.
Meski begitu, rekonstruksi bukan pekerjaan singkat. Bagian-bagian yang hilang harus dimodel ulang berdasarkan perbandingan morfologi dan temuan-temuan sebelumnya.
"Paling enggak bisa setahun gitu. Tantangannya itu nanti modeling-nya, untuk mengestimasi berapa yang hilang, berapa yang tidak ditemukan. Itu yang nanti akan agak lama," ungkap Unggul.
Fosil Stegodon ini diperkirakan memiliki tinggi lebih dari 3 meter dan panjang lebih dari 4 meter ketika masih hidup. Ukuran itu semakin menegaskan posisi gajah purba ini sebagai salah satu megafauna penting di masa lampau.
Ditangani Tim Ahli
Temuan fosil ini berasal dari kedalaman sekitar satu meter. Lapisan batuannya telah terangkat dan terlipat, membuat posisinya lebih dekat ke permukaan.
"Ditemukannya ini lumayan dangkal ya, karena lapisannya sudah terangkat dan terlipat. Jadi ini ditemukan di sekitar 1 meteran," jelas Unggul.
"Saat ditemukan memang posisinya sudah dekat permukaan, jadi memang sudah ada agen perusak alami. Akar-akar pohon sudah banyak yang mengikat fosil atau merusak," tuturnya.
Untuk pekerjaan besar ini, Museum Geologi mengerahkan tenaga terbaiknya. Belasan ahli turun tangan untuk mereparasi hingga merekonstruksi fosil.
"Teknisi museum geologi ada tim inti lima orang, tapi ini karena kerjanya cukup banyak bisa sampai 10 orang (lebih), tim ahli semua. Teknisi kami sudah terbiasa untuk merekonstruksi museum," ucapnya.
(bba/yum)