Tradisi 'Seren Taun' akan menjadi pagelaran spektakuler dalam perhelatan West Java Festival (WJF) 2025 yang akan berlangsung 8-9 November ini di Kiara Artha Park, Kota Bandung.
"Siapa yang udah pernah ngerasain magisnya Seren Taun? Salah satu tradisi masyarakat Sunda yang menyatukan manusia, alam, dan budaya ini bakal hadir di WJF 2025!" tulis akun instagram resmi Promosi Pariwisata Jawa Barat @smiling.westjava, seperti dilihat detikJabar, Rabu (5/11/2025).
Apa itu Seren Taun dan bagaimana asal-usulnya? Simak artikel ini sampai tuntas yuk!
Asal Usul Seren Taun
Seren Taun terdiri atas dua suku kata, yaitu 'seren' yang berarti menyerahkan dan 'taun' yang berarti tahun. Seren Taun merupakan tradisi tahunan yang bertalian dengan ungkapan syukur atas hasil panen, terutama panen padi.
Tradisi ini diduga telah dilakukan oleh masyarakat Sunda sejak zaman Kerajaan Pajajaran, sebagaimana disebutkan Arif Hidayat dalam skripsi di UIN Syarif Hidayatullah berjudul 'Ritual Seren Taun dalam Masyarakat Sunda, Studi Kasus Masyarakat Kampung Adat Urug Kabupaten Bogor (2017)'.
Dugaan itu dikaitkan dengan temuan-temuan sejumlah istilah di dalam naskah-naskah Sunda kuno yang khusus dipakai dalam pertanian, di antaranya seperti kata 'mitembeyan' (memulai) yang merujuk kepada waktu ketika padi mulai ditanam.
Seren Taun terus menjadi tradisi ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah selama setahun. Dalam perjalanannya tradisi ini mengalami persentuhan dengan Islam, sehingga dalam beberapa bagian dari rentetan kegiatan seren taun ada yang bernuansa Islam.
Lia Amalia dalam jurnal berjudul 'Upacara Serentaun Sebagai Bentuk Rasa Syukur Masyarakat Kuningan di Bidang Pertanian' menyebutkan, tradisi seren taun dilakukan di Cigugur, Kabupaten Kuningan oleh masyarakat setempat. Seren Taun dilaksanakan setiap tanggal 22 Rayagung (Dzulhijjah/ bulan Haji).
(tya/tey)