Sekitar 39 persen jalan kabupaten di Sukabumi belum mantap, alias masih dalam kondisi rusak atau belum layak dilalui dengan nyaman. Dari total 1.424 kilometer jalan, hanya 40 persen yang tercatat dalam kondisi baik. Bahkan 35 persen di antaranya masuk kategori rusak berat.
Kondisi ini membuat Pemerintah Kabupaten Sukabumi mulai bergerak. Melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU), Pemkab menempuh langkah jemput bola ke pemerintah pusat dan provinsi untuk mempercepat pembangunan infrastruktur.
"Kebutuhan masyarakat terhadap infrastruktur tinggi, sementara kemampuan keuangan daerah masih terbatas. Karena itu, kami harus proaktif mencari peluang pendanaan dari pusat dan provinsi," ujar Kepala Dinas PU Kabupaten Sukabumi, Uus Firdaus, Selasa (4/11/2025).
Ajukan 14 Ruas Jalan dan Program Irigasi
Langkah pertama dilakukan lewat pengajuan 14 ruas jalan strategis dengan nilai usulan sekitar Rp930 miliar melalui Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang percepatan peningkatan konektivitas jalan daerah.
Selain itu, Dinas PU juga mengusulkan program rehabilitasi jaringan irigasi berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2025. Dari total 156 daerah irigasi (DI) seluas 17.461 hektare, baru 54,7 persen yang berfungsi optimal. Sisanya masih butuh rehabilitasi dan peningkatan kapasitas.
"Ada pejabat di pusat yang berkomitmen membantu Sukabumi untuk dua program besar ini. Kami akan kejar terus agar bisa terealisasi," kata Uus.
Koordinasi dengan Kementerian PUPR sudah dilakukan. Dalam waktu dekat, Dinas PU akan melakukan ekspose teknis di Balai PU Bandung. Langkah ini, kata Uus, bagian dari pelaksanaan visi dan misi Bupati Sukabumi, Asep Japar, yang menempatkan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas daerah.
"Kami mengimplementasikan visi dan misi Pak Bupati, yaitu mempercepat pembangunan infrastruktur sebagai penggerak utama ekonomi dan pelayanan masyarakat," ujarnya.
Menurutnya, dengan wilayah Sukabumi yang luas dan kontur geografis berat, percepatan infrastruktur tidak bisa bergantung sepenuhnya pada APBD. Dukungan pemerintah pusat menjadi kunci pemerataan pembangunan, terutama di wilayah selatan yang masih tertinggal dari sisi konektivitas.
Simak Video "Video: Cerita Kepanikan Penyintas Banjir Bandang Cisolok Sukabumi"
(sya/mso)