Butet tak pernah menduga hari itu akan menjadi pengalaman paling menegangkan dalam hidupnya. Senin siang, 20 Oktober 2025, niatnya hanya sederhana: masuk ke hutan di kawasan Indragiri Hulu, Riau, untuk mencari damar seperti biasa. Ia melangkah sendirian, percaya diri, karena hutan sudah seperti rumah kedua baginya.
Akan tetapi, sial bukan kepalang. Di hari itu, Butet justru diserang tiga harimau. Butet bahkan harus berjalan selama 2 jam untuk menyelamatkan diri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari detikSumut, Jumat (24/10/2025), ketenangan di hutan itu berubah menjadi mimpi buruk. Di tengah perjalanan, Butet mendengar suara harimau.
Ia sempat mengabaikan suara itu. Sebab, bagi pencari damar sepertinya, suara hewan hutan bukan hal asing. Tapi kali ini berbeda. Beberapa saat kemudian, dari balik pepohonan, muncul tiga ekor harimau.
Tanpa banyak waktu berpikir, harimau-harimau itu menerkamnya. Butet panik, tapi menolak menyerah. Ia melawan sekuat tenaga, menendang dan memukul demi bertahan hidup.
"Saat kaki kiri diserang, korban melakukan perlawanan. Pengakuannya harimau yang menyerang ini ditendang dan dipukul," ujar Kapolres Indragiri Hulu, AKBP Fahrian Siregar, dikutip dari detikSumut.
Tubuhnya penuh luka, mulai dari gigitan di kaki, cakaran di tubuh, darah pun mengucur. Namun insting bertahan hidup membuat Butet bangkit. Ia tahu satu hal, yaitu harus keluar dari hutan hidup-hidup.
Dengan luka di tubuhnya, Butet berlari dan berjalan tertatih-tatih selama dua jam lebih menembus belantara. Tak ada jalan setapak yang jelas, hanya semak dan pepohonan tinggi. Setiap langkah menjadi perjuangan melawan rasa sakit dan rasa takut akan suara-suara dari balik pepohonan.
"Korban langsung berlari ke pondok sekitar 2 jam lebih perjalanan. Menyelamatkan diri dalam kondisi luka-luka dia," tambah Fahrian.
Setelah perjuangan panjang itu, Butet akhirnya tiba di sebuah pondok. Napasnya tersengal, tubuhnya berdarah.
Di sana ia meminta pertolongan warga. Namun perjalanannya belum selesai. Ia masih harus berjalan 1,5 jam lagi menuju dusun terdekat, sebelum akhirnya bisa mendapat bantuan.
"Setelah sampai di Dusun Nunusan dengan menggunakan transportasi air menuju Dusun Lemang. Jadi dari Dusun Lemang menggunakan ambulans desa ke Puskesmas Batang Gansal untuk dilakukan perawatan sementara," kata Fahrian.
Kini Butet dirawat intensif di fasilitas kesehatan. Luka robek di kakinya dan bekas gigitan di tubuhnya menjadi saksi bagaimana ia berjuang melawan predator paling buas di hutan Sumatera.
Dua jam penuh ketakutan dan keberanian itu bukan sekadar kisah selamat dari maut, tapi juga bukti betapa tipisnya batas antara hidup dan mati di tengah alam liar.
Artikel ini telah tayang di detikSumut











































