Bongkahan Emas Sebesar 3 Kali Gunung Merapi di Langit, Bisa Ditambang?

Yudha Maulana, Rachmatunnisa - detikJabar
Sabtu, 11 Okt 2025 15:00 WIB
Ilustrasi bongkahan emas (Foto: via Live Science)
Bandung -

Bayangkan sebuah bongkahan emas raksasa di luar angkasa, bukan seukuran tambang Freeport, melainkan tiga kali lebih tinggi dari Gunung Merapi melayang-layang di atas Bumi. Itulah gambaran fantastis tentang asteroid 16 Psyche, target misi ambisius NASA yang diluncurkan pada Oktober 2023.

Asteroid ini mengorbit di antara Mars dan Jupiter dan disebut-sebut mengandung logam berharga dengan nilai lebih dari USD 100.000 kuadriliun, atau sekitar Rp165.650 septiliun jika dikonversi dengan kurs rupiah saat ini. Nilai itu begitu besar hingga, secara teori, bisa membuat setiap orang di Bumi menjadi miliarder.

Jika seluruh logam berharga itu diwujudkan dalam bentuk emas batangan, total massanya mencapai 12,7 triliun ton, membentuk kubus padat setinggi hampir 9 kilometer, atau tiga kali lebih tinggi dari puncak Gunung Merapi di Yogyakarta. Sebuah gunung emas literal yang memantulkan sinar Matahari dan bisa terlihat dari luar angkasa.

Namun pertanyaan besarnya adalah, bisakah bongkahan emas sebesar itu benar-benar ditambang?

Planet yang Gagal Terbentuk

Menurut para ilmuwan, 16 Psyche bukan sekadar batu luar angkasa biasa. Dengan diameter sekitar 226 kilometer, asteroid ini diyakini merupakan sisa inti dari sebuah planet purba yang gagal terbentuk sempurna.

Berbeda dengan asteroid kebanyakan yang didominasi batuan, Psyche diduga kaya besi, nikel, platinum, dan paladium-logam yang menjadi tulang punggung industri modern, dari otomotif hingga elektronik canggih.

Misi NASA ke Psyche bukan bertujuan menambang, melainkan memahami struktur bagian dalam planet, terutama bagaimana inti logam terbentuk di masa awal tata surya. Dengan meneliti Psyche, para peneliti berharap bisa melihat "jantung planet" yang terekspos di luar angkasa.

Hambatan Teknologi, Mimpi yang Masih Jauh

Gagasan menambang asteroid seukuran gunung emas memang menggiurkan. Tetapi, menurut Philip Metzger, fisikawan planet dari University of Central Florida, kendala teknis dan finansial masih menjadi tembok tebal.

"Peralatannya harus mampu bekerja di gravitasi rendah dan bertahan terhadap radiasi tinggi," ujarnya seperti dikutip Live Science.

NASA menggunakan sistem Technology Readiness Levels (TRL) untuk mengukur kesiapan teknologi. Saat ini, teknologi penambangan asteroid baru berada di level 3 hingga 5 dari total 9 level. Untuk benar-benar bisa digunakan dalam misi luar angkasa, teknologi harus mencapai level 6 atau 7, artinya telah diuji di lingkungan luar angkasa sesungguhnya.

"Yang kurang saat ini adalah pendanaan," kata Metzger. Artinya, secara teori mungkin, tetapi secara praktis masih jauh dari kenyataan.

Mengirim Hasil Tambang Luar Angkasa ke Bumi Tidak Realistis

Walau lembaga antariksa publik seperti NASA masih fokus pada riset, sejumlah perusahaan swasta mulai melirik tambang antariksa. Nama seperti AstroForge dan TransAstra kini tengah mengembangkan teknologi untuk mengekstraksi logam dari asteroid.

Namun, menurut Kevin Cannon dari Colorado School of Mines, mengirim hasil tambang kembali ke Bumi tidak realistis secara ekonomi. Biaya peluncuran dan perjalanan antarplanet jauh melampaui nilai logam yang akan dibawa pulang.

Karena itu, sebagian peneliti lebih melihat potensi pemanfaatan sumber daya asteroid langsung di luar angkasa yakni untuk bahan bakar roket, logam untuk membangun stasiun atau satelit, tanpa perlu membawa semuanya dari Bumi.

Lebih Kaya dari Bulan, Tapi Lebih Sulit Dicapai

Asteroid seperti Psyche menyimpan kandungan logam jauh lebih besar daripada Bulan. Namun jaraknya juga jauh lebih sulit dijangkau. Bahkan, wahana antariksa Psyche milik NASA diperkirakan baru akan tiba di tujuannya pada 2029, setelah enam tahun melintasi tata surya.

Sementara itu, misi-misi seperti OSIRIS-REx, Hayabusa2, dan Hera telah lebih dulu membuka jalan dengan menguji teknologi pengambilan sampel asteroid. Meski tidak menambang, mereka membangun pondasi bagi generasi berikutnya: misi eksplorasi sumber daya luar Bumi.




(yum/yum)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork