Harga telur ayam ras di Kabupaten Pangandaran terus merangkak naik dalam sepekan terakhir. Kenaikan ini diduga dipicu meningkatnya permintaan dari sejumlah dapur umum untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mulai beroperasi di berbagai wilayah.
Kondisi tersebut membuat para penjual eceran mengaku kesulitan menyesuaikan harga di tengah daya beli masyarakat yang menurun. Salah satu penjual telur di Pangandaran, Santika, mengatakan bahwa dua minggu lalu harga telur masih berada di kisaran Rp28.000 per kilogram. Kini, harganya telah naik hingga Rp32.000 per kilogram.
"Di pasaran masih ada yang jual Rp29-31 ribu per kilogram, untuk eceran naik Rp33-34 ribu per kilogramnya," ujar Santika, Jumat (10/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, peningkatan harga tersebut dipengaruhi oleh tingginya permintaan dari dapur MBG.
"Mungkin karena mulai banyaknya dapur MBG, permintaan banyak, akhirnya untuk stok eceran sedikit sehingga harga naik," katanya.
Ia menambahkan, para suplier kini mulai mengatur distribusi telur karena stok yang menipis. Hal ini berdampak pada pedagang eceran yang harus menyesuaikan harga di tingkat masyarakat.
"Kami yang jualan eceran sebenarnya enggak tega kalau jual terlalu mahal ke masyarakat atau tetangga. Yang biasanya beli 2 kilogram sekarang hanya setengah kilogram, bahkan kadang beli per butir," ucapnya.
Santika berharap pemerintah dapat mengatur harga di tingkat suplier agar pelaku usaha kecil tidak terbebani.
"Mudah-mudahan harga telur ini diatur untuk eceran dan suplier supaya para pelaku UMKM dan warung bisa menyesuaikan harga, tidak menaikkan lebih tinggi," ujarnya.
Sementara itu, data dari Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Disdagkop UKM) Kabupaten Pangandaran menunjukkan bahwa harga telur ayam ras di beberapa pasar tradisional masih tercatat Rp28.000 per kilogram. Adapun harga ayam ras berada di kisaran Rp37.000 per kilogram.
Kepala Disdagkop UKM Pangandaran, Tedi Garnida, menjelaskan bahwa laporan harga diambil dari tiga pasar tradisional, dan data yang dicatat merupakan harga terendah yang ditemukan di lapangan.
"Kalau di laporan harian itu diambil dari tiga pasar, harga yang terendah jadi harga yang di laporan," kata Tedi saat dihubungi melalui pesan WhatsApp.
Ia tidak menampik bahwa harga di lapangan bisa bervariasi antar pasar, tergantung asal suplier dan permintaan di masing-masing wilayah.
"Salah satu faktor naiknya harga bisa karena permintaan MBG, bisa juga karena hajatan, atau faktor harga pakan yang mahal," jelasnya.
Ketersediaan Daging Ayam untuk MBG Aman
Sementara itu, Ketua Umum Garda Organisasi Petern Ayam Nasional (GOPAN) Heri Dermawan. Ia menjelaskan, berdasarkan data proyeksi tahun 2025, produksi nasional daging ayam broiler diperkirakan mencapai 4,27 juta ton Sementara itu, kebutuhan reguler nasional pada tahun yang sama diperkirakan sebesar 3,86 juta ton. Dengan demikian, neraca kumulatif nasional menunjukkan adanya surplus sebesar 481,88 ribu ton.
Seiring dengan implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG), kebutuhan tambahan terhadap daging ayam perlu diperhitungkan. Saat ini, terdapat sekitar 9.000 (SPPG) dengan estimasi total kebutuhan daging ayam mencapai 81.648 ton.
"Perhitungan ini didasarkan pada asumsi konsumsi 108 gram daging ayam per menu per anak, dengan jumlah penerima manfaat rata-rata 3.500 anak per SPPG dan pemberian makan 2 kali per minggu selama 3 bulan Okt-Des 2025," ujar Heri.
Heri menerangkan, jka kebutuhan reguler digabungkan dengan kebutuhan MBG, maka total kebutuhan daging ayam nasional tahun 2025 diperkirakan mencapai 3,95 juta ton. Dengan kapasitas produksi sebesar 4,27 juta ton, maka masih terdapat surplus sekitar 316 ribu ton yang dapat dimanfaatkan sebagai cadangan nasional.
"Apabila jumlah SPPG meningkat menjadi 30.000 satuan, maka total kebutuhan daging ayam untuk MBG diproyeksikan mencapai 272.160 ton. Dengan demikian, total kebutuhan nasional (reguler dan MBG) akan mencapai 4,14 juta ton, sehingga masih menyisakan surplus sekitar 126 ribu ton," ungkapnya.
Heri menegaskan, secara keseluruhan, proyeksi ini menunjukkan bahwa kapasitas produksi nasional daging ayam broiler tahun 2025 masih mampu mencukupi kebutuhan dalam rangka pelaksanaan Program MBG dipastikan tidak mengganggu pasokan reguler di pasar domestik.
(dir/dir)