Belasan Siswa MTs di Cipongkor Alami Gejala Berulang Keracunan MBG

Belasan Siswa MTs di Cipongkor Alami Gejala Berulang Keracunan MBG

Whisnu Pradana - detikJabar
Senin, 29 Sep 2025 12:46 WIB
Belasan siswa di Cipongkor Alami Gejala Berulang Keracunan MBG
Belasan siswa di Cipongkor Alami Gejala Berulang Keracunan MBG (Foto: istimewa)
Bandung Barat -

Belasan siswa MTs Muslimin di Desa Sarinagen, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) dikabarkan kembali mengalami keracunan.

Mereka mengeluhkan gejala muntah-muntah dan sesak napas. Sampai akhirnya dilarikan ke Poned Puskesmas Cipongkor untuk mendapatkan penanganan medis secepatnya.

"Ya betul, sementara informasinya belasan anak. Ini gejala berulang dari kasus sebelumnya (keracunan MBG). Dibawa ke Poned Puskesmas Cipongkor dan sebagian dirujuk ke RSUD Cililin," kata Danramil Sindangkerta, Kapten Arh Asep Suhendi saat dikonfirmasi, Senin (29/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asep memastikan jika gejala keracunan yang dialami belasan siswa itu bukan kasus baru keracunan menu MBG. Sebab saat ini tidak ada Sarana Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di wilayah Cipongkor yang beroperasi.

ADVERTISEMENT

"Enggak ada MBG lagi, kan SPPG ditutup sementara operasionalnya. Ini kasus berulang, tidak ada kasus baru," kata Asep.

Sementara itu, Plt Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Bandung Barat, Nurul Rasyihan mengatakan kasus yang dialami belasan siswa MTs itu disinyalir merupakan gejala kambuhan dari kasus sebelumnya.

"Informasinya memang ada yang ke RSUD Cililin, tapi kita belum dapat data pastinya berapa cuma memang kecurigaannya ini gejala kambuhan," kata Nurul.

Hanya saja, jika melihat dari rentang waktu kejadian keracunan yang sudah lebih dari tiga hari, perlu dipastikan lagi penyebab munculnya gejala yang dialami oleh belasan siswa itu.

"Ini sudah bias, karena kalau dari pewaktuan sudah lewat dari 3 hari dan dari KLB. Harus dipastikan apakah mereka inu makan sesuatu lagi yang lain atau hal lain. Kalau sudah lewat 3x24 jam biasanya ini kan udah lewat, biasanya jarang (keracunan kambuhan). Kita sedang menelusuri apakah benar benar kambuhan, tetapi secara medis teorinya jarang, harusnya enggak," kata Nurul.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads