Sarana Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Makmur Jaya, di Jalan PLTA Saguling, Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) berhenti operasional sementara waktu.
Bukan karena tak ada orderan ataupun pekerjanya sedang liburan. Namun karena tahap evaluasi usai rentetan keracunan massal yang menimpa 1.141 siswa dari beberapa sekolah di Kecamatan Cipongkor.
SPPG itu menjadi penyuplai Makan Bergizi Gratis untuk PAUD sampai SMA/SMK di sekitarnya. Namun pada Senin (22/9/2025), menu yang mereka buat memicu keracunan massal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menu yang disajikan di hari kejadian itu terdiri dari nasi, ayam kecap, tahu goreng, buah melon, serta lalapan sayuran seperti selada, tomat, dan timun. Entah darimana, tiba-tiba pada Senin siang, siswa merasa mual, muntah, lalu sesak napas.
Lantas bagaimana proses pengolahan menu MBG itu sebenarnya? Kepala SPPG Makmur Jaya, Ikbal Maulana Ramadan menjelaskan alur pengolahan makanan itu pada detikJabar.
Proses pengolahan, kata Ikbal, diawali dengan penerimaan bahan baku berupa ayam potong, lalu sayuran, buah-buahan pada Minggu (21/9/2025) sekitar pukul 15.30 WIB. Dari situ, petugas pengolahan yang berjumlah 51 orang memulai perannya masing-masing. Makanan yang dibuat sebanyak 3.567 porsi.
"Kemudian jam 16.00 WIB itu kami memulai pengarsiran ayam, seperti membersihkan bulu. Prosesnya selama 4 jam," kata Ikbal saat ditemui, Jumat (26/9/2025).
Ketika tim pembersih ayam bekerja, tim pembersih sayur dan buah-buahan juga melakukan tugasnya. Mereka menyortir sayuran seperti timun, selada, dan tomat dengan air bersih lalu air es.
"Jadi pekerjaannya di waktu yang sama, termasuk tim yang mengupas melon. Selesai itu mungkin sekitar jam 8 malam," kata Ikbal.
Setelah ayam selesai diarsir dan dimarinasi, di pukul 23.00 WIB, proses pengolahan ayam dimulai. Ada seorang koki dibantu beberapa petugas yang membantu mengolah ayam bekerja sampai pukul 03.00 WIB.
"Tapi di jam 7 malam itu, ayam sebagian sudah dimasak karena kan pekerja juga harus makan. Jadi kami waktu itu makan ayam yang sama dengan yang dimakan penerima manfaat MBG. Baru setelah kami makan, jam 23.00 proses pemasakan buat penerima manfaat MBG dimulai," kata Ikbal.
Pengolahan di pukul 23.00 WIB itu tak cuma ayam kecap dan tahu goreng saja, namun juga bersamaan dengan pemasakan nasi. Semua proses pemasakan selesai di pukul 03.00 WIB.
"Nah semua yang sudah kami masak itu tidak langsung dimasukkan ke omprengan, tapi ditiriskan dulu dengan suhu ruangan. Jadi kami tidak pernah memasukkan masakan panas ke omprengannya," tutur Ikbal.
Setelah proses pendinginan selesai, dilanjutkan dengan tahapan pemorsian. Proses pemorsian makanan ke setiap omprengan dimulai pukul 04.00 WIB. Hal itu mengejar waktu pendistribusian untuk tahap pertama.
"Jadi pemorsian jam 4 pagi itu karena jam 8, makanan sudah harus diterima sama penerima manfaat jenjang PAUD dan SD. Kalau SMP dan SMA kami mulai di jam 5 pagi, selesai di jam 8. Jam 9 harus kami selesai distribusikan, jadi jam 9.30 atau jam 10 sudah bisa dimakan," kata Ikbal.
Ia mengklaim bahan yang digunakan saat itu semuanya segar. Kemudian proses pengolahan makanan sejak awal sampai didistribusikan sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
"Metode masak selama 2 minggu ini semua sama. Jam sama, menu saja yang berbeda. Ada chef, petugas di pengolahan ada yang sudah bersertifikat. Di tim cuci ompreng juga sudah berpengalaman. Pastinya selama ini kami melaksanakan sesuai SOP," ujar Ikbal.
Ada Uji Organoleptik
Sementara itu, NS, salah seorang petugas di SPPG Makmur Jaya menjelaskan bahwa proses pengolahan makanan yang diawasi oleh ahli gizi, juga menerapkan uji organoleptik. Uji itu merupakan cara mengecek kualitas suatu produk berdasarkan respons panca indra manusia seperti penglihatan, penciuman, pengecapan, peraba, dan pendengaran.
"Misalnya waktu bahan baku diterima, kita ada pengecekan kualitas dengan uji organoleptik untuk melihat bentuk dan aroma," kata NS.
Uji organoleptik juga dilakukan oleh ahli gizi setelah makanan selesai dimasak. Proses lainnya yang tak boleh terlewat yakni pengujian sampel makanan oleh guru sekolah.
"Jadi guru itu menguji makanannya 30 menit sebelum diserahkan ke anak, sama juga seperti organoleptik oleh ahli gizi di SPPG. Setelah aman, baru makanan diberikan ke masing-masing anak," kata NS.
Diduga Bahan Baku Tak Segar
Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal mengecek langsung kondisi dapur SPPG di Desa Cijambu itu. Ia didampingi Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail.
"Saya tanya langsung kan sama yang disini (kepala SPPG), problemnya tidak mungkin tidak ada. Ternyata dugaannya kan dari ayam yang tidak segar," kata Cucun saat ditemui, Kamis (25/9/2025).
Temuan itu akan ditindaklanjuti dengan investigasi oleh Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, BPOM, hingga melibatkan kepolisian. Investigasi itu guna memastikan dugaan temuan bahan baku tak segar yang dimasak lalu dibagikan ke penerima manfaat.
"Untuk memastikan bahan baku tidak sesuai, nanti kita libatkan Kementerian Pertanian, Kemenkes, BPOM, bahkan kepolisian akan dilibatkan. Jadi kita akan lakukan investigasi, tapi secara umum yang bertanggungjawab atas kasus ini ya BGN. Cuma investigasi kita lakukan menyeluruh," kata Cucun.
Hasil investigasi itu nantinya bisa menentukan unsur kelalaian yang terpenuhi. Apakah dilakukan secara sengaja hingga kemungkinan adanya sabotase atau hanya faktor yang tidak diprediksi oleh petugas di dapur.
"Sanksi akan ditentukan nanti. Kalau ada unsur kesengajaan apalagi sabotase jelas pidana. Kalau tidak ada unsur itu sanksi paling administrasi sampai penutupan. Jadi nanti hasil investigasi itu bisa membuat kita lihat juga unsur mana yang terpenuhi," ucap Cucun.
(yum/yum)