Di sebuah gudang pupuk, para pekerja tampak sibuk mengangkut karung-karung berisi pupuk ke atas truk. Tumpukan pupuk subsidi itu nantinya akan disalurkan kepada petani di Kabupaten Bandung.
Jenis pupuk yang disalurkan meliputi urea, NPK, dan pupuk organik. Seluruhnya diproduksi oleh PT Pupuk Kujang yang berlokasi di Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. Selain pabrik utama, perusahaan ini juga memiliki gudang penyimpanan di Kabupaten Bandung Barat dan Kota Bandung.
Namun, meski alokasi pupuk subsidi sudah cukup besar, penyerapan di lapangan justru masih rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya per September 2025, pupuk subsidi sudah banyak mengalokasikan. Namun serapannya di lapangan masih rendah," ujar Manager Pergudangan Region 2A Pupuk Indonesia, Andi Susianto, Rabu (24/9/2025).
Berdasarkan data, alokasi pupuk urea mencapai 43.684 ton, tapi yang sudah terserap baru 21.774 ton atau sekitar 50 persen. Untuk pupuk NPK, alokasinya sebesar 29.079 ton, namun realisasinya baru 13.628 ton atau 47 persen. Kondisi lebih parah terjadi pada pupuk organik: dari alokasi 4.282 ton, baru terserap 81 ton, atau hanya 2 persen.
"Kalau kita melihat biasanya nih di bulan September tahun sebelum-sebelumnya ini sudah di angka 70 persen. Jadi tinggal 30 persen penyalurannya," kata Andi.
Pupuk Indonesia kini tengah melakukan evaluasi bersama terkait penyebab minimnya serapan. Menurut Andi, hal ini bisa dipengaruhi banyak faktor, mulai dari luas lahan, musim, hingga persoalan teknis di lapangan.
"Namun kalau kita melihat saat ini apakah kasinya terlalu besar, ataukah ada pengaruh musim terus juga, mungkin terkait mengenai teknis-teknis yang lainnya. Nah, ini mungkin nanti bisa kita sampaikan untuk evaluasi bersama," ucapnya.
Meski serapan rendah, Andi memastikan stok pupuk subsidi di tiga gudang masih dalam kondisi aman, bahkan berlebih. Untuk pupuk urea, stok tercatat 2.816 ton, sementara kebutuhan dua minggu ke depan hanya 1.341 ton.
"Jadi di gudang kita ini untuk jenis dari ketentuan angka tersebut kita sudah di angka 210 persen," ungkapnya.
Hal serupa berlaku untuk pupuk NPK. Stok yang tersedia 3.522 ton, jauh lebih besar dari ketentuan minimal 988 ton.
"Jadi di angka sekitar persentase 357 persen. Jadi untuk terkait dengan ketersediaan stok kami tidak ada masalah," bebernya.
Andi menambahkan, produksi di pabrik PT Pupuk Kujang saat ini berjalan lancar.
"Pabrik kami yang saat ini di PT Pupuk Kujang ini lagi sehat-sehat ya. Jadi produksinya saat ini satu pabrik itu biasanya rata-rata di angka 1.400 ton dua pabrik ini untuk ureanya bisa di angka 2.800 ton," jelasnya.
Secara keseluruhan, di Provinsi Jawa Barat alokasi pupuk urea mencapai 610.971 ton, namun baru terserap 329.052 ton atau 54 persen. Untuk pupuk NPK, dari alokasi 463.779 ton, realisasi serapan baru 298.268 ton atau 64 persen.
"Ini baru 50 persennya, jadi kalau ada petani yang bilang pupuk subsidi langka, faktanya di gudang kami sangat aman, tinggal serapannya saja," tegas Andi.
(dir/dir)