Fenomena Awan Cumulonimbus di Langit Jabar, Pertanda Bahayakah?

Fenomena Awan Cumulonimbus di Langit Jabar, Pertanda Bahayakah?

Tya Eka Yulianti - detikJabar
Rabu, 24 Sep 2025 15:15 WIB
Fenomena awan cumulonimbus di Garut.
Awan Cumulonimbus (Foto: Dok. IG Garut Update)
Bandung -

Fenomena alam langka menghiasi langit Jawa Barat pada Senin petang. Warga di Kabupaten Garut, Sumedang, hingga Kota Bandung dikejutkan oleh penampakan awan Cumulonimbus (Cb) yang menjulang megah di langit barat. Awan yang padat, tinggi, serta sesekali disertai kilatan petir itu mengundang perhatian banyak orang hingga diabadikan dalam foto dan video.

Menjelang magrib, ketika cahaya senja mulai meredup, awan tersebut tampak begitu dramatis. Bentuknya pipih di bagian atas menyerupai topi raksasa, sementara kilatan petir yang melintas di tubuh awan memperkuat kesan angker sekaligus memukau. Pendaran cahaya merah keemasan dari sisa sinar matahari membuatnya tampak bak lukisan alam.

Warga Antusias Abadikan Fenomena

Walia (32), warga Desa Panenjoan, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, mengatakan fenomena itu muncul sekitar pukul 18.20 WIB. Ia menyaksikannya dari sekitar Pondok Pesantren Husainiyah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mulai tampak sekitar pukul 18.20-an. Orang mulai banyak yang sadar ada fenomena itu, akhirnya banyak orang keluar rumah untuk melihat ke langit," ujar Walia.

Menurutnya, sejumlah warga langsung merekam dan memotret awan tersebut. Bahkan, ada yang sengaja naik ke atap rumah bertingkat untuk mendapat sudut pandang lebih jelas.

ADVERTISEMENT

Hal serupa diungkapkan oleh Zaenal Mustofa (30), warga Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Ia turut melihat awan tersebut dan penasaran dengan fenomena langka itu.

"Ada apa di langit barat? Orang-orang ramai melihat ke arah sana," tulisnya melalui pesan WhatsApp.

Apa Itu Awan Cumulonimbus?

Melansir keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), awan Cumulonimbus termasuk ke dalam kategori awan konvektif yang menjulang sangat tinggi ke atmosfer. Bentuknya kerap menyerupai jamur raksasa atau topi tebal.

Di wilayah tropis seperti Indonesia, awan ini bisa mencapai ketinggian lebih dari 18 kilometer, bahkan menembus lapisan stratosfer. Fenomena itu disebut sebagai overshooting top cumulonimbus.

Awan Cumulonimbus dikenal sebagai pembawa cuaca ekstrem. Kehadirannya berpotensi memicu hujan lebat, badai petir, angin kencang, hingga turbulensi berbahaya bagi penerbangan.

Ciri-Ciri Awan Cumulonimbus

Untuk mengenali awan Cumulonimbus, berikut ciri-ciri yang perlu diperhatikan:

  • Bentuk menjulang tinggi menyerupai jamur, dengan bagian atas melebar seperti topi.

  • Tampak tebal, berwarna gelap, dan berukuran masif.

  • Mengandung muatan listrik yang bisa memicu kilatan petir.

  • Identik dengan hujan deras dan potensi cuaca ekstrem.

  • Satu awan Cumulonimbus tunggal biasanya hanya bertahan 30-60 menit. Namun, bila berkembang menjadi multisel atau super sel, usianya bisa lebih lama dan dampaknya lebih besar.

Pertanda Bahaya atau Sekadar Fenomena Alam?

Menurut para ahli cuaca, keberadaan awan Cumulonimbus tidak selalu berarti bencana, namun jelas menjadi peringatan dini akan perubahan cuaca ekstrem. Di wilayah tropis seperti Indonesia, awan ini sering muncul saat peralihan musim.

BMKG kerap mengimbau masyarakat untuk waspada jika melihat awan Cumulonimbus. Petani, nelayan, hingga maskapai penerbangan harus memperhatikan fenomena ini karena berisiko menimbulkan hujan badai, angin kencang, maupun sambaran petir.

Fenomena yang terjadi di Jawa Barat ini menjadi pengingat bahwa keindahan langit senja tak jarang menyimpan potensi bahaya. Masyarakat diimbau tetap mengagumi fenomena alam dengan bijak, sembari meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem yang mungkin menyertainya.




(tya/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads