Khawatir, itulah kata pertama yang diucapkan Yana, saat mendengar informasi 569 pelajar di Kabupaten Garut alami keracunan akibat mengonsumsi makan bergizi gratis (MBG). Kasus keracunan juga sudah berkali-kali terejadi di berbagai daerah di Indonesia.
Pria berusia 37 tahun asal Cimindi, Cimahi itu mengaku khawatir jika hal itu terjadi dan menimpa anaknya yang masih duduk di bangku SD.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada anak udah kelas 4 SD di Cimahi, denger kayak gitu (info keracunan) ya sama khawatir, namanya juga sebagai orang tua," kata Yana dijumpai usai menunaikan salat Jumat di Masjid Istiqomah, Kota Bandung, Jumat (19/9/2025).
Agar kejadian ini tidak terjadi lagi, Yana berharap kepada pemerintah melakukan evaluasi program tersebut. "Evaluasi perlu tuh, biar tidak terulang, ngeri juga korbannya sampai ratusan gitu," ujarnya.
Yana juga menyebut, penanggung jawab dapur MBG harus bertanggungjawab atas kejadian itu. "Ya harus, biar dapat pelajaran," tambahnya.
Hal sama dikhawatirkan Elin (47). Elin mengatakan dia memiliki anak yang bersekolah di SD dan SMP. Mereka sudah mendapatkan MBG di sekolahnya.
Menurut warga Kiaracondong, Kota Bandung itu, selama ini anaknya aman-aman saja setelah mengkonsumsi MBG di sekolahnya.
"Khawatir ada, karena bukan kita yang masak. Tapi alhamdulilah di sekolah anak saya aman semuanya," ujar Elin.
Elin mengatakan pengawasan terhadap dapur MBG harus sangat ketat, dari mulai kebersihan hingga kehigienisan peralatan.
"Nah kita juga belum tahu dapur MBG ini yang mendirikan siapa? Apakah kecamatan atau swasta? Kan kita nggak tahu, tapi demi keamanan mau siapapun yang mendirikan pengawasan ketat harus dilakukan," ucap Elin.
Baca juga: Rentetan Kasus Keracunan MBG di Sukabumi |
Harapan sama datang dari Iis, warga Ujungberung ini mengaku jika pengawasan terhadap makanan yang dibuat di dapur MBG harus terjaga. "Anak yang sekolah sih udah nggak ada, kalau cucu masih pada sekolah, sama dong sebagai nenek juga khawatir," ujar wanita berusia 58 tahun itu.
Meski demikian, Iis mengaku dengan ada program tersebut, cucu-cucunya tidak banyak jajan di sekolah. "Membantu ya membantu dong, biasanya datang sekolah, istirahat dan pulang sekolah jajan, sekarang karena ada MBG kan mereka jadi kenyang, seenggaknya nggak terus-terusan jajan saat di sekolah," pungkasnya.
(wip/orb)