Solusi Inovatif SP BBS Ubah Gas Flare Berbahaya Jadi Cuan Miliaran Rupiah

Solusi Inovatif SP BBS Ubah Gas Flare Berbahaya Jadi Cuan Miliaran Rupiah

Irvan Maulana - detikJabar
Minggu, 14 Sep 2025 17:37 WIB
Hp separation system di SP BBS Pertamina EP Plawad Karawang
Hp separation system di SP BBS Pertamina EP Plawad Karawang (Foto: Irvan Maulana/detikJabar)
Karawang -

Efisiensi menjadi hal penting untuk aktivitas produksi. Berbagai inovasi juga perlu dilakukan, seperti halnya inovasi yang dilakukan oleh Stasiun Pengumpul Bambu Besar Subang (SP BBS) Field Pertamina EP yang beroperasi di Kelurahan Palawad, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang.

SP BBS Pertamina EP Regional 7 ini memproduksi minyak dan gas bumi untuk seluruh industri di area Jawa Barat guna mendukung ketahanan energi nasional yang saat ini tengah digaungkan pemerintah pusat.

Dalam perjalanannya, kendala operasi juga dihadapi, termasuk di antaranya terkait dengan beban biaya dan hasil produksi. Oleh karena itu SP BBS Pertamina EP melakukan inovasi penghematan biaya operasi prime mover ESP melalui pemanfaatan aset idle di Struktur Bambu Besar Regional 2 Zona 7.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Operator Gathering Station SP BBS, Benny Nugraha, menuturkan inovasi efisiensi tersebut bertema PCP Bamboo Sweet. Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas, mengurangi pemborosan, menghemat biaya, dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan serta daya saing perusahaan.

"PCP Bamboo Sweet secara singkatnya adalah inovasi peningkatan produksi yang kami lakukan melalui pemenuhan peralatan untuk meningkatkan produksi, dan menekan pengeluaran akibat over kapasitas produksi," kata Benny saat diwawancara detikJabar di SP BBS Pertamina EP Plawad, Kabupaten Karawang, Sabtu (13/9/2025).

ADVERTISEMENT

Benny sendiri merupakan operator Pertamina yang berpengalaman kerja di offshore migas area Regional 2 Zona 5 PHE ONWJ. Ia bekerja di lepas pantai sebagai associate plant operator. Benny kerap menangani kegiatan di area plant dengan melakukan pengecekan rutin dan monitoring parameter fasilitas produksi migas.

Saat ini ia mendapat penugasan baru di onshore plant Pertamina EP Field Subang SP BBS. Dengan berbagai pengalaman sebelumnya, di SP BBS Benny juga ikut menangani kegiatan optimasi pengembangan lapangan-lapangan (OPLL) project. Berawal dari latar belakang tersebut, tak heran jika Benny dapat menjelaskan sederet masalah dan menghadirkan solusi untuk efektivitas produksi perusahaan.

Awalnya, kata Benny, SP BBS memiliki masalah pada kelebihan kapasitas di fasilitas pemisah antara minyak, air, dan gas atau HP Separation System, sehingga menimbulkan kerugian mencapai Rp72 miliar per tahun dari bahan baku yang tidak terolah dan terbuang melalui gas flare.

"Kita memiliki tiga masalah utama, yaitu overcapacity pada fasilitas HP Separation System, belum tersedianya fasilitas water handling, dan kebocoran flowline. Dari ketiga masalah itu, dipilihlah satu masalah, yaitu menyelesaikan overcapacity pada fasilitas HP Separation System, yang setiap tahunnya menimbulkan kerugian mencapai Rp72 miliar dari bahan baku yang tidak terolah," kata dia.

Operator Gathering Station SP BBS Benny Nugraha saat meninjau fasilitas produksi SP BBS Pertamina EPOperator Gathering Station SP BBS Benny Nugraha saat meninjau fasilitas produksi SP BBS Pertamina EP Foto: Irvan Maulana/detikJabar

Oleh karena itu, dibentuk program PCP Bamboo Sweet guna meningkatkan kapasitas pada HP Separation System yang berdampak pada meningkatnya pendapatan perusahaan dengan penambahan gas sales.

Karena terbatasnya fasilitas HP Separation System existing yang hanya memiliki kapasitas 6 MMSCFD (million standard cubic feet per day) atau enam juta standar kaki kubik per hari sesuai plan of development produksi gas awal.

Hp separation system di SP BBS Pertamina EP Plawad KarawangHp separation system di SP BBS Pertamina EP Plawad Karawang Foto: Irvan Maulana/detikJabar

Sedangkan tingginya produksi gas di SP BBS diperkirakan mencapai 13 MMSCFD dari 18 sumur yang saat ini existing atau tengah beroperasi. Oleh karena itu SP BBS perlu menambah HP Separation System.

Jika menambah biaya investasi pengadaan peralatan baru, kata Benny, Pertamina EP perlu mengeluarkan biaya kurang lebih Rp5,2 miliar dengan waktu pengerjaan kurang lebih satu tahun.

Saat itulah program PCP Bamboo Sweet menghadirkan solusi dengan pemenuhan peralatan dengan memanfaatkan aset idle (aset yang sudah ada) dengan estimasi biaya hanya Rp1 miliar dengan waktu pengerjaan kurang lebih tujuh bulan.

"Kita gunakan opsi memanfaatkan aset idle karena biayanya murah, dan estimasi pengerjaannya lebih cepat. Alatnya dari mana? Nah, kita instal ulang HP Separation System dari sumur yang sudah suspend di wilayah Bekasi untuk dipasang di sini," ungkap Benny.

Sejak beroperasi pada tahun 2019, HP Separation System baru ini mampu meningkatkan produksi gas dari 13 MMSCFD sesuai perkiraan menjadi 15 MMSCFD per tahun dan meningkatkan pendapatan perusahaan sebesar 2,52 MMSCFD atau setara Rp91 miliar per tahun.

"Dengan PCP Bamboo Sweet, penjualan gas lapangan untuk industri dari Bambu Besar Zona 7 Subang Field jadi salah satu sumber pendapatan perusahaan yang sangat penting, karena telah berhasil menambah gas sales sebesar 2,5 MMSCFD dari meningkatkan kapasitas HP Separation System menggunakan aset idle, sehingga menambah pendapatan perusahaan sebesar Rp91 miliar per tahun," ungkap Benny.

Bahkan, dengan peningkatan produksi yang dilakukan oleh SP BBS, kata Benny, juga turut mengurangi potensi emisi gas flare yang berbahaya bagi atmosfer.

"Dan dari peningkatan produksi ini, kita juga mengurangi dampak emisi gas flare yang berfungsi untuk mencegah pelepasan gas berbahaya ke atmosfer, dan hal ini dapat kita kurangi karena yang harusnya dibakar melalui gas flare, sekarang kita produksi jadi gas untuk menambah penjualan," pungkasnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads