Netanyahu Disebut Penghalang Terakhir Sudahi Perang di Gaza

Kabar Internasional

Netanyahu Disebut Penghalang Terakhir Sudahi Perang di Gaza

Devi Setya - detikJabar
Minggu, 14 Sep 2025 20:00 WIB
Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu attends the U.S. Independence Day reception, known as the annual Fourth of July celebration, hosted by Newsmax, in Jerusalem August 13, 2025. REUTERS/Ronen Zvulun/Pool/ File Photo Purchase Licensing Rights
PM Israel Benjamin Netanyahu (Foto: REUTERS/Ronen Zvulun/Pool/ File Photo Purchase Licensing Rights)
Bandung -

Kontroversi terkait upaya pembebasan sandera yang masih berada di Gaza kian memanas. Pada Sabtu, kelompok utama di Israel yang selama ini aktif memperjuangkan pembebasan tawanan menyebut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai penghambat utama pemulangan mereka.

Situasi politik Israel kembali memanas setelah forum sandera dan orang hilang melontarkan kritik keras terhadap Netanyahu. Forum yang sejak awal menggalang kampanye pembebasan sandera itu menilai Netanyahu menjadi penghalang terbesar bagi upaya mengakhiri perang sekaligus memulangkan para tawanan.

Mengutip Arab News, Minggu (14/9), dalam pernyataan resmi pada Sabtu, forum tersebut menyoroti operasi militer Israel di Qatar yang menyasar pertemuan anggota Hamas. Mereka menegaskan bahwa tindakan itu memperjelas siapa yang menjadi hambatan sebenarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Operasi terarah di Qatar membuktikan tanpa keraguan bahwa ada satu penghalang untuk mengembalikan para sandera dan mengakhiri perang: Perdana Menteri Netanyahu," demikian isi pernyataan forum.

ADVERTISEMENT

Forum tersebut juga menuding Netanyahu berulang kali merusak setiap peluang tercapainya kesepakatan. "Setiap kali sebuah kesepakatan mendekat, Netanyahu menggagalkannya," tambah forum tersebut.

Pernyataan Netanyahu

Di sisi lain, Perdana Menteri Netanyahu menegaskan bahwa keberadaan para pemimpin Hamas di Qatar adalah penyebab utama perang belum berakhir. Ia menuding kelompok itu terus menghalangi upaya gencatan senjata.

"Para pemimpin teroris Hamas yang tinggal di Qatar tidak peduli dengan rakyat Gaza. Mereka memblokir semua upaya gencatan senjata demi menyeret perang ini tanpa akhir," kata Netanyahu melalui platform X.

Lebih jauh, ia menekankan bahwa eliminasi terhadap para pemimpin Hamas di Qatar akan mempercepat jalan menuju akhir konflik. "Mengenyahkan mereka berarti menyingkirkan penghalang utama untuk membebaskan semua sandera kami dan mengakhiri perang," ujarnya.

Pernyataan Netanyahu itu justru dianggap sebagai bentuk pengalihan isu. Forum menilai alasan yang disampaikan perdana menteri hanyalah upaya untuk mempertahankan posisinya di pemerintahan.

"Sudah waktunya mengakhiri alasan-alasan yang hanya untuk membeli waktu agar ia bisa tetap berkuasa," tegas forum.

Lebih lanjut, mereka memperingatkan bahwa penundaan dalam menyelesaikan konflik akan semakin membahayakan nasib sandera. "Penundaan ini... mengancam nyawa sandera lain yang hampir tidak bertahan hidup setelah hampir dua tahun dalam penyanderaan, serta menghambat pemulihan jenazah mereka yang telah meninggal."

Peristiwa penyanderaan bermula pada 7 Oktober 2023, ketika militan Hamas melancarkan serangan ke Israel dan menculik 251 orang. Dari jumlah itu, 47 orang masih ditahan di Gaza, termasuk 25 orang yang menurut militer Israel telah meninggal dunia.

Kemarahan publik atas lambatnya penyelesaian konflik terlihat jelas di jalanan. Ribuan warga Israel dilaporkan turun ke Tel Aviv pada Sabtu malam, menuntut pemerintah segera mengakhiri perang dan membuat kesepakatan pembebasan sandera.

Menurut laporan koresponden AFP, massa menyerukan agar pemerintah lebih fokus pada keselamatan warga yang masih ditawan ketimbang memperpanjang konflik yang telah memakan banyak korban.

Artikel ini telah tayang di detikHikmah

(dvs/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads