Semalam di Badong Palabuhanratu dan Menanti Tarikan di Laut Tenang

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Rabu, 10 Sep 2025 17:31 WIB
Sejumlah pemancing bersiap untuk berangkat ke tengah laut Teluk Palabuhanratu (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar).
Sukabumi -

Senja menurunkan jingganya perlahan di langit selatan Jawa. Dari kejauhan, riak ombak berkejaran menuju bibir dermaga Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP), Kabupaten Sukabumi.

Di tepian, lampu-lampu kapal mulai menyala, memantul di permukaan air yang tenang. Bau solar bercampur dengan aroma asin laut, menyelimuti udara sore itu.

Di antara hiruk-pikuk suara nelayan dan deru mesin perahu, sekelompok pemancing tampak menyiapkan peralatan. Ada yang merapikan joran, ada yang mengisi kotak umpan dengan ikan segar, sementara beberapa lainnya sibuk memeriksa perlengkapan di atas perahu.

Menjelang senja itu, satu persatu kapal bergerak meninggalkan dermaga, membawa rombongan menuju badong - bagan apung di tengah Teluk Palabuhanratu yang kini jadi magnet baru para pencinta mancing malam.

Bagi Hendra (42), operator salah satu badong, musim kemarau seperti sekarang adalah waktu terbaik untuk memburu ikan malam. Setiap sore, ia mengantar para pemancing menuju bagan apung yang menjadi 'panggung' utama perburuan baronang, etem, hingga cumi orok.

"Kalau arusnya tenang dan anginnya pas, ikan datang sendiri ke lampu. Sejak magrib sudah mulai 'cakep' airnya. Pemancing biasanya siap-siap dari jam lima sore, setengah jam kemudian kita sudah jalan," ujarnya sambil memeriksa kabel lampu sorot yang akan menggantung di atas permukaan laut, Selasa (9/9/2025).

Menurut Hendra, tren badong membuat wajah Palabuhanratu sedikit berubah. Dulu, bagan apung murni dipakai nelayan untuk menangkap ikan. Kini, badong jadi paket wisata mancing yang digandrungi banyak orang.

"Banyak tamu datang dari Jakarta, Bogor, Depok, sampai Bandung. Mereka bukan cuma mau ikan, tapi mau merasakan sensasi semalam di laut. Kita siapkan kopi, mie instan, dan tempat rebahan sederhana. Jadi, selain mancing, ada rasa kebersamaannya," tuturnya.

Ia juga menekankan satu hal penting, yakni fase bulan menentukan hasil pancingan.

"Kalau bulan mati, ikan lebih banyak naik. Tapi kalau bulan terang, biasanya agak susah. Itu kenapa pemesanan badong sering disesuaikan sama kalender mancing," imbuhnya.

Di atas salah satu perahu, Rafli (32), pemancing asal Bogor, menatap lautan gelap dengan senyum tak sabar. Ia datang bersama komunitas mancingnya setelah melihat unggahan tentang badong Palabuhanratu yang pernah viral di media sosial.

"Awalnya cuma lihat di Instagram, kok hasilnya banyak banget. Pas nyobain, nagih. Begitu strike baronang dan layur bertubi-tubi, rasanya lupa pulang," ucapnya sambil terkekeh.

Rafli mengaku, pengalaman memancing di atas bagan apung memberi sensasi berbeda dibanding memancing di darat. "Bayangkan, tengah malam, lautnya tenang, lampu-lampu bagan nyala, lalu tiba-tiba joran melengkung. Deg-degannya beda," ujarnya.

Meski begitu, Sinta mengaku tidak terlalu khawatir karena operator badong sangat membantu pemula sepertinya. "Dikasih tahu cara pakai jig, cara pasang umpan, bahkan dibantu narik kalau kail nyangkut. Jadi, meskipun pertama kali, kita nggak bingung," katanya.

Simak Video "Video: Menembus Lokasi Terjebaknya Puluhan Mobil Akibat Longsor di Sukabumi"


(sya/mso)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork