Nyala Lilin dari ITB Jadi Simbol Keprihatinan Kondisi Bangsa

Nyala Lilin dari ITB Jadi Simbol Keprihatinan Kondisi Bangsa

Rifat Alhamidi - detikJabar
Selasa, 02 Sep 2025 21:06 WIB
Aksi solidaritas KM ITB untuk keprihatinan Bangsa Indonesia.
Aksi solidaritas KM ITB untuk keprihatinan Bangsa Indonesia. (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar)
Bandung -

Keluarga Mahasiwa ITB (KM ITB), menggelar aksi solidaritas untuk Bangsa Indonesia. Dipusatkan di Kolam Indonesia Tenggelam (Intel), mahasiswa ITB menyerukan keprihatinan untuk kondisi Tanah Air saat ini.

Aksi solidaritas yang ditutup dengan penyalaan lilin itu dimulai pada Selasa (2/9/2025) sore. Sejumlah orasi pun disuarakan untuk mendesak supaya reformasi di berbagai bidang segera dilakukan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini merupakan aksi simbolik untuk menyikapi keprihatinan kami terhadap kondisi dan situasi yang ada di bangsa ini. Dimana sekarang tuntutan-tuntutan yang ada itu harus sesegera mungkin dicapai agar pada akhirnya bisa memulihkan kondisi Indonesia ini untuk mencapai stabilitasnya seperti sediakala," kata Ketua Kabinet KM ITB Farell Faiz Firmansyah.

Mahasiswa jurusan Teknik Geodesi itu turut menuntut penyelesaian represifitas aparat saat di kampus Unisba dan Unpas. Karena bagi KM ITB, kampus adalah area steril yang tidak boleh diganggu keberadaannya oleh aparat keamanan.

ADVERTISEMENT

"Kabar terakhir di malam hari tadi, di Bandung itu kondisinya cukup memprihatinkan, cukup mencekam karena aparat ini sudah mulai berani untuk menyerang kampus dengan beberapa gas air mata yang ditembakkan kepada pos-pos medik yang ada di dalam kampus. Seharusnya itu merupakan safe zone bagi masa aksi atau bagi demonstran untuk bisa melakukan istirahat, untuk bisa melakukan penanganan medik, dan lain sebagainya," tegas Farell.

Farell memastikan KM ITB tidak diam dan berdiri untuk menyuarakan suara rakyat. Mereka pun mendesak sejumlah tuntutan supaya bisa segera direalisasikan mulai dari penuntasan RUU Perampasan Aset hingga masalah hedonisme pejabat.

"Beberapa kali aksi massa untuk menolak kebijakan yang telah ditetapkan. Namun kita lihat apa hasilnya, minim sekali tuntutan dari mahasiswa, minim sekali tuntutan dari masyarakat yang betul-betul didengar dan pada akhirnya dikabulkan oleh pemerintah. Dan ini merupakan momentum juga karena setelah masa aksi ada yang meninggal, ada yang menjadi korban dari represifitas aparat," ungkapnya.

"Kini masyarakat itu semakin marah dan semakin ingin menuntut kepada pemerintah untuk segera membenahi kebijakan-kebijakannya dan untuk segera membenahi segala permasalahan yang ada di Indonesia. Lalu ada dorongan juga untuk pengesahan secepat mungkin terkait dengan kebijakan-kebijakan yang perlu rakyat seperti RUU Ketenagakerjaan, RUU Perampasan Aset, serta menuntut reformasi terhadap institusi pertahanan dan juga keamanan di pemerintah saat ini, serta menuntut evolusi secara besar-besaran, entah di tubuh pemerintah maupun di tubuh dewan legislatif," pungkasnya.

(ral/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads