Memulai kiprah manis dari panggung hiburan Tanah Air kemudian melenggang mulus ke gelanggang politik dengan menduduki kursi empuk legislatif di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Gambaran nyata itulah yang dirasakan kalangan pesohor macam Eko Patrio dan Uya Kuya dari Partai Amanat Nasional (PAN) serta Nafa Urbach dari Partai NasDem dalam menapaki warna-warni perjalanan karier berpolitik.
Belakangan ini nama jembar ketiganya membetot perhatian masyarakat seantero nusantara. Reaksi kritis dan suara protes publik mengalir deras yang berujung mereka dinonaktifkan oleh partainya.
Apa penyebab mereka dinonaktifkan dari anggota DPR RI? Berikut adalah rangkuman persoalan tersebut yang dihimpun detikJabar pada Senin (1/9/2025) berdasarkan pemberitaan di detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kontroversi dan Keputusan Partai
Lima anggota DPR RI dinonaktifkan oleh partai politik (parpol) masing-masing. Mereka adalah Uya Kuya dan Eko Patrio (PAN), Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach (Partai NasDem), serta Adies Kadir (Partai Golkar).
Keputusan ini diambil sebagai respons atas kontroversi ucapan dan sikap mereka yang dianggap mencederai perasaan rakyat, khususnya terkait polemik tunjangan dan kinerja wakil rakyat. Penonaktifan efektif mulai 1 September 2025.
![]() |
Latar Belakang Kontroversi yang Memicu Penonaktifan
Kontroversi ini bermula dari serangkaian pernyataan dan aksi yang viral di media sosial. Uya Kuya dan Eko Patrio menjadi pusat perhatian setelah video mereka berjoget di Sidang Paripurna MPR pada 15 Agustus 2025 beredar luas, dianggap tidak sensitif terhadap kondisi ekonomi masyarakat.
Sementara itu, Nafa Urbach dikecam karena pernyataannya membela kenaikan tunjangan perumahan anggota DPR sebesar Rp50 juta per bulan. Namun, alih-alih mendapat dukungan, pernyataan tersebut memicu kemarahan warganet. Dia juga mengeluhkan kemacetan parah yang ia hadapi dari kediamannya di Bintaro, Tangerang Selatan, menuju Senayan.
Ahmad Sahroni menjadi sorotan karena ucapannya yang menyebut wacana pembubaran DPR sebagai 'ide orang tolol sedunia'. Pernyataan itu disampaikan Sahroni usai Kunjungan Kerja (Kunker) di Polda Sumut, Jumat 22 Agustus 2025.
Adies Kadir, Wakil Ketua DPR RI dari Golkar, menambah daftar dengan pernyataannya bahwa tunjangan rumah Rp50 juta per bulan 'masuk akal' karena harga properti di Jakarta mahal. Pernyataan itu diucapkan Adies kepada wartawan pada 19 Agustus 2025.
Ucapan dan sikap mereka memicu reaksi publik. Demonstrasi memuncak pada 28-30 Agustus 2025 di sejumlah wilayah Indonesia.
Keputusan Resmi dari Partai Politik
- Sikap NasDem
![]() |
Partai NasDem lebih dulu mengambil langkah pada 31 Agustus 2025, menonaktifkan Nafa Urbach dan Ahmad Sahroni. Dalam siaran pers yang ditandatangani Ketua Umum Surya Paloh dan Sekjen Hermawi Taslim, disebutkan:
"Bahwa atas pertimbangan hal-hal tersebut di atas dengan ini DPP Partai NasDem menyatakan terhitung sejak hari Senin, 1 September 2025, DPP Partai NasDem menonaktifkan saudara Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach sebagai Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem."
NasDem mengatakan ucapan yang mencederai perasaan rakyat bertentangan dengan sikap partai. NasDem menyatakan aspirasi masyarakat harus menjadi arus utama.
"Bahwa dalam perjalanan mengemban aspirasi masyarakat ternyata ada pernyataan daripada wakil rakyat khususnya Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem yang telah menyinggung dan mencederai perasan rakyat, dan hal tersebut merupakan pernyimpangan terhadap perjuangan partai NasDem," lanjut isi pernyataan itu.
- Sikap PAN
![]() |
PAN menyusul dengan menonaktifkan Eko Patrio dan Uya Kuya. Wakil Ketua Umum Viva Yoga Mauladi menyatakan:
"Mencermati dinamika dan perkembangan saat ini, DPP PAN memutuskan untuk menonaktifkan Saudaraku Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio) dan Saudaraku Surya Utama (Uya Kuya) sebagai Anggota DPR RI dari Fraksi PAN DPR RI, terhitung sejak hari Senin, 1 September 2025."
Viva juga menghimbau masyarakat tetap tenang dan percayakan penyelesaian kepada pemerintah Prabowo Subianto. Viva menegaskan:
"PAN mengimbau kepada masyarakat untuk bersikap tenang, sabar dan mempercayakan secara penuh kepada pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto untuk menyelesaikan persoalan ini secara tepat, cepat, dan selalu berpihak kepada rakyat serta untuk kemajuan bangsa Indonesia ke depan."
- Sikap Golkar
![]() |
Keputusan serupa diambil Golkar dengan menonaktifkan Adies Kadir. Sekjen Golkar Sarmuji mengatakan:
"Menonaktifkan saudara Adies Kadir sebagai Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, terhitung sejak Senin, 1 September 2025."
Sarmuji menegaskan keputusan tersebut dalam rangka pendisiplinan dan etika sebagai anggota dewan.
Latar Belakang sebagai Artis di Legislatif
Ketiga berlatar belakang artis yaitu Eko Patrio, Uya Kuya dan Nafa Urbach memiliki perjalanan unik dari panggung hiburan ke kursi DPR RI, yang sering menjadi perdebatan tentang kapabilitas artis di politik. Berikut ringkasannya:
- Uya Kuya (PAN, Komisi IX DPR RI): Sebagai presenter dan artis terkenal, pria bernama asli Surya Utama ini memiliki gelar Sarjana Ilmu Politik dari Universitas Indonesia. Uya Kuya sadar banyak yang meragukan kemampuannya sebagai anggota DPR karena latar belakang entertainer. Uya menilai artis punya kelebihan akses media sosial untuk komunikasi cepat dengan masyarakat.
- Eko Patrio (PAN, Komisi VI DPR RI): Komedian senior bernama asli Eko Hendro Purnomo ini telah nyaleg empat kali dan berhasil lolos ke DPR RI dari dapil DKI Jakarta I. Sebagai Sekjen PAN periode 2024-2029, Eko dianggap rasional karena capaiannya, termasuk meraih kursi Wakil Ketua DPRD DKI sebelumnya. Latar belakangnya sebagai entertainer sering dikaitkan dengan popularitas, tapi ia aktif dalam tim kampanye nasional, seperti TKN Prabowo-Gibran.
- Nafa Urbach (NasDem, Komisi IX DPR RI): Artis dan penyanyi ini meraih suara tertinggi di Partai NasDem untuk dapil Jawa Tengah VI pada Pemilu 2024. Sebagai Bendahara Fraksi, Nafa dikenal dengan gaya kantoran yang stylish.
Respons dan Permintaan Maaf terhadap Kontroversi
Sebelum penonaktifan resmi, lima anggota DPR RI tersebut menyampaikan permintaan maaf melalui media sosial. Uya Kuya mengatakan:
"Saya Uya Kuya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, tulus dari hati saya yang paling dalam untuk seluruh masyarakat Indonesia atas apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini."
Eko Patrio menegaskan bahwa ini menjadi introspeksi berarti baginya. Eko Patrio mengucapkan:
"Dengan penuh kerendahan hati, saya Eko Patrio menyampaikan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya kepada masyarakat atas keresahan yang timbul akibat perbuatan yang saya lakukan."
Senada disampaikan Nafa Urbach. Nafa Urbach menyatakan:
"Dengan segala kerendahan hati dan hormat yang begitu besar untuk masyarakat Indonesia, Saya, Nafa Indria Urbach, meminta maaf yang sebesar-besarnya atas setiap perkataan yang keluar dari mulut saya, yang menyakiti hati masyarakat Indonesia."
Namun, permintaan maaf ini tidak cukup meredam amarah. Massa menjarah isi rumah Uya Kuya dan Eko Patrio.
(bbp/bbn)