Gelombang demonstrasi terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk di Jawa Barat. Demonstrasi ini disinyalir merupakan ledakan kekecewaan warga atas isu-isu kontroversial yang kerap ditampilkan para legilastor di depan publik.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut lini masa kontroversi tunjangan anggota DPR RI dan represivitas aparat dalam dua pekan terakhir yang memicu respons masif dari warga.
15 Agustus 2025 Joget-joget Para Anggota DPR RI yang Panen Kritik
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Video Anggota DPR RI berjoget viral dan memicu polemik karena bertepatan dengan isu kenaikan tunjangan anggota DPR yang sedang hangat diperbincangkan.
Banyak masyarakat menilai aksi joget itu tidak menunjukkan empati terhadap kondisi rakyat yang sedang sulit.
Para legislator diketahui berjoget saat Sidang Tahunan MPR pada Jumat, 15 Agustus 2025. Momen tersebut terjadi setelah Presiden Prabowo memberi pidato RAPBN 2026 dan Nota Keuangan selesai.
Joget dilakukan secara spontan di kursi masing-masing anggota DPR sambil menikmati alunan musik pertunjukan orkestra dari Universitas Pertahanan yang membawakan lagu-lagu daerah.
20 Agustus 2025: Tunjangan Perumahan Rp 50 Juta per Bulan
![]() |
Wakil Ketua DPR RI Adies Kadier memastikan tak ada kenaikan gaji. Adies menegaskan, yang naik adalah tunjangan perumahan yang nilainya sekitar Rp 50 juta per bulan.
"Dimulai awal periode 2024-2029, Anggota DPR RI tidak lagi mendapatkan fasilitas rumah dinas, karena pemerintah pusat melalui sekretariat Negara telah mengambil alih dan mengalihfungsikan rumah dinas yang sebelumnya digunakan oleh Anggota DPR, sebagai gantinya diberikan tunjangan perumahan sekitar Rp 50 juta per bulan kepada anggota DPR," terang Adies dalam keterangan tertulis, Rabu (20/8/2025)
22 Agustus 2025, Kontroversi Nafa Urbach Dan Ahmad Sahroni
Nafa Urbach Dihujani Kritik
Politikus dari partai NasDem Nafa Urbach kemudian menyinggung soal tunjangan perumahan anggota DPR RI yang senilai Rp 50 juta. Ia menjelaskan bahwa tunjangan Rp 50 juta itu bukan kenaikan, melainkan kompensasi karena rumah jabatan bagi anggota DPR sudah tak tersedia lagi.
"Iya itu tadi, itu tuh bukan kenaikan, itu kompensasi untuk rumah jabatan. Ya, kan, rumah jabatan yang sekarang ini sudah tidak ada lagi. Jadi sekarang itu mendapat kompensasi untuk kontrak. Jadi anggota Dewan itu kan, gak orang Jakarta semuanya guys. Itu kan dari seluruh pelosok Indonesia gitu. Jadi gak semuanya punya rumah di Jakarta gitu,"
"Banyak sekali anggota Dewan yang dari luar kota, maka dari itu banyak sekali anggota dewan yang kontrak di dekat Senayan supaya memudahkan mereka untuk ke DPR, ke kantor. Saya saja yang tinggal di Bintaro itu macetnya luar biasa, ini sudah setengah jam di perjalanan masih macet," ujar Nafa Urbach.
Sontak perkataannya itu mengundang beragam reaksi dari netizen, termasuk para pekerja yang sehari-hari bermacet-macetan dengan menggunakan transportasi umum yang menghabiskan waktu berjam-jam dari rumah ke tempat kerjanya.
Pada 22 Agustus 2025, usai komentar tersebut menyebar dan menuai kritik, Nafa Urbach menyampaikan permintaan maaf melalui akun Instagram-nya:
"Guys maafin aku yah kalau statement aku melukai kalian, but percayalah aku gak akan tutup mata untuk memberikan hidup aku buat rakyat di dapil aku sebaik mungkin yang bisa aku kerjakan saat ini."
"Saya memahami kekecewaan masyarakat, di tengah kondisi masyarakat hari ini dan bagi saya kepentingan rakyat selalu diutamakan. Masukan dan kritik dari masyarakat akan menjadi pengingat agar saya bekerja lebih sungguh-sungguh, amanah, dan berpihak pada rakyat."
Ahmad Sahroni: Orang Tolol Sedunia
![]() |
Di tengah isu tunjangan itu, mulan menghangat di media sosial seruan untuk membubarkan DPR. Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni menganggap orang yang menyerukan pembubaran DPR itu adalah orang tolol.
"Orang yang cuman mental bilang bubarin DPR, itu adalah orang tolol sedunia," kata Sahroni usai Kunjungan Kerja (Kunker) di Polda Sumut, Jumat (22/8/2025).
Namun demikian, dia mengaku tidak masalah jika masyarakat mengkritik, bahkan mencaci maki. Dia hanya berpesan agar hal tersebut tidak perlu berlebihan karena bisa merusak mental.
25 Agustus : Demonstrasi Dimulai
![]() |
Sejumlah elemen masyarakat menggelar demonstrasi di depan gedung MPR/DPR RI, Jakarta, Senin (25/8/2025). Demo yang digelar sejak siang hari itu kemudian berakhir ricuh.
Masyarakat menggelar demo 25 Agustus untuk menyampaikan aspirasi sekaligus mengkritik soal naiknya nominal tunjangan anggota DPR. Salah satu hal yang menjadi kontroversi adalah pemberian tunjangan perumahan senilai Rp 50 juta per bulan.
Dalam siaran pers Aliansi Rakyat Bergerak di akun Instagram (IG) @gejayamemanggil, aksi itu dinamai "Indonesia Gelap, Revolusi Dimulai", salah satu poin tuntutan aksi yang disuarakan adalah membatalkan tunjangan rumah untuk anggota DPR.
28 Agustus : Tragedi Affan Kurniawan
![]() |
Pada 28 Agustus 2025, aksi unjuk rasa kembali terjadi di Jakarta sebagai lanjutan protes terhadap kebijakan DPR terkait tunjangan perumahan Rp 50 juta dan fasilitas lain yang dianggap berlebihan di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang sulit.
Massa yang terdiri dari mahasiswa, buruh, hingga pengemudi ojek online turun ke jalan menyuarakan penolakan. Mereka menuntut evaluasi total terhadap tunjangan anggota DPR, transparansi anggaran negara, serta kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat. Situasi sempat memanas ketika barikade polisi menghadang laju massa menuju gedung DPR.
Affan Kurniawan Terlindas Rantis
Kericuhan pecah saat lemparan batu dan molotov terjadi di sekitar titik demonstrasi. Aparat kepolisian merespons dengan gas air mata dan pengerahan kendaraan taktis Brimob.
Di tengah kekacauan itu, seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan yang sedang mencari nafkah di sekitar lokasi ikut terjebak dalam kerumunan. Naas, Affan tertabrak hingga terlindas kendaraan taktis Brimob yang berusaha menerobos kerumunan. Peristiwa itu terekam video warga dan segera viral di media sosial.
29-30 Agustus : Kerusuhan di Berbagai Kota, Rumah Ahmad Sahroni Dijarah Warga
![]() |
Kabar meninggalnya Affan Kurniawan menyulut gelombang simpati sekaligus kemarahan publik. Ia dikenal sebagai tulang punggung keluarga yang bekerja keras untuk menghidupi orang tua dan adiknya. Keluarganya menuntut keadilan, sementara publik menjadikan peristiwa ini sebagai simbol perlawanan terhadap represivitas aparat.
Pada tanggal 29-30 Agustus 2025, gelombang demonstrasi yang awalnya menuntut keadilan dan reformasi politik bereskalasi menjadi kerusuhan di berbagai kota.
Di Solo, massa sempat membakar Gedung DPRD Kota Solo serta Gedung Sekretariat Dewan (Setwan), setelah menerobos pertahanan dan melampiaskan ketidakpuasan mereka melalui perusakan dan pembakaran fasilitas internal
Sementara itu di Bandung, aksi berakhir rusuh di depan Gedung DPRD Jawa Barat. Beberapa fasilitas umum dilaporkan rusak parah, termasuk videotron, pagar gedung, dan water barrier yang dibakar massa. Bahkan, rumah aset MPR RI di seberang lokasi turut menjadi korban kekerasan massa, termasuk pembakaran
Kerusakan lain mencakup beberapa gedung cagar budaya yang musnah, kantor bank, kantor sekuritas, warung makan, serta instalasi lalu lintas seperti lampu isyarat yang turut hancur terbakar.
Di tingkat nasional, sejumlah daerah lain juga mengalami kerusakan fasilitas publik. Di Jakarta, puluhan halte TransJakarta dibakar, lampu lalu lintas dan CCTV dirusak, serta gerbang tol dan Pos Polisi dibombardir dengan api. Beberapa stasiun MRT seperti Istora juga diobrak-abrik dengan perusakan vending machine dan kamera pengawas
Kota-kota seperti Makassar, Mataram, serta Surabaya juga mencatatkan kerusakan fatal, termasuk kebakaran gedung DPRD, hilangnya kendaraan dinas, serta fasilitas umum lain yang rusak atau dibakar.
Rumah Ahmad Sahroni Dijarah Warga
![]() |
Aksi perusakan rumah anggota DPR RI Ahmad Sahroni di Kelurahan Kebon Bawang, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara (Jakut).
Pantauan detikcom di lokasi, Sabtu (30/8/2025), pukul 17.30 WIB, massa masih memenuhi rumah Sahroni. Mereka menjarah isi rumah Sahroni.
Perabotan rumah seperti lemari, kursi, kulkas, meja, ijazah, pakaian hingga barang lainnya dijarah massa. Mereka melemparkan pakaian dari rumah Sahroni ke warga yang berada di bawah.
Kaca rumah Sahroni juga tampak pecah dan dirusak. Massa dengan leluasa menguasai dan menjarah rumah tersebut. Massa juga merusak mobil Lexus yang terparkir di garasi rumah Sahroni. Mereka mengeluarkan semua barang dari rumah tersebut.
"Ambil, ambil," teriak massa. Itulah urutan lini masa kontroversi DPR hingga berujung demonstrasi di sejumlah daerah di Indonesia.