Nestapa di Sungai Sukabumi: Pikul Jenazah-Pelajar Bertaruh Nyawa

Nestapa di Sungai Sukabumi: Pikul Jenazah-Pelajar Bertaruh Nyawa

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Senin, 25 Agu 2025 10:30 WIB
Menggenggam tangan, melawan arus. Begitulah cara pelajar Kampung Tanjung, Sukabumi, menantang derasnya Sungai Cikarang untuk berangkat sekolah. Tak ada jembatan, tak ada pilihan lain, selain bertaruh nyawa setiap pagi
Pelajar Sukabumi seberangi sungai (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Derasnya Sungai Cikarang menyimpan dua kisah nestapa yang mengguncang publik. Pekan lalu, video warga Kampung Tanjung, Desa Tanjung, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi, memikul jenazah menyeberangi sungai viral di media sosial.

Potret getir lain dari sungai yang sama terungkap kala puluhan pelajar sekolah dasar terpaksa melawan arus air setiap pagi demi bisa belajar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga berharap, nestapa ini segera berakhir. Mereka menanti pemerintah membangun kembali jembatan gantung yang hanyut diterjang banjir, penghubung vital antara Desa Tanjung dan Desa Mekarmukti, Kecamatan Waluran.

Video Viral Pikul Jenazah

Pada Selasa (19/8/2025) sore, publik dikejutkan video amatir berdurasi singkat yang memperlihatkan rombongan warga memikul keranda jenazah menyeberangi Sungai Cikarang.

ADVERTISEMENT

Dalam rekaman, beberapa orang dewasa tampak bergandengan, menjaga keseimbangan di tengah derasnya arus, sementara keranda hijau diangkat bersama-sama agar tak terendam air.

"Itukan jadi tidak ada lagi akses lain untuk menuju pemakaman kalau lagi ada yang meninggal, jadi saya itu terpaksa harus menyebrangi sungai walaupun airnya deras dan lagi banjir keadaannya. Itu bukan cuman satu kali, itu sudah sering," ujar Wahyudin (49), warga Kampung Tanjung, Rabu (20/8/2025).

Warga pikul keranda lintasi sungai - bukit di SukabumiWarga pikul keranda lintasi sungai - bukit di Sukabumi Foto: Tangkapan layar video viral

Menurutnya, lokasi pemakaman umum berada di Kampung Cibungur, Desa Mekarmukti, dan jalur tercepat hanya bisa ditempuh lewat jembatan gantung yang kini hanyut. Jika memutar, jaraknya mencapai 20 kilometer.

Pagi yang Penuh Ketakutan untuk Pelajar

Sehari setelah video jenazah viral, rekaman lain kembali menyayat hati. Puluhan anak berseragam putih-merah dan putih-biru terlihat bergandengan menyeberangi Sungai Cikarang.

Air keruh mencapai lutut, arusnya deras, dan beberapa anak tampak menggenggam plastik berisi buku pelajaran agar tak basah. Di depan, seorang pria dewasa menuntun langkah mereka satu per satu.

Di antara mereka, ada Aulia Rahmawati (11). Wajahnya tegang, tapi kakinya terus melangkah, menolak kalah oleh derasnya arus.

"Perasaan saya takut, tapi mau bagaimana lagi. Kadang kalau airnya lagi pasang, lagi besar, saya suka dianterin sama ayah, atau kalau misal ayah saya enggak ada, saya suka berangkat sekolahnya sama teman-teman saja, hampir tiap hari," ucap Aulia, Rabu (20/8/2025).

Sekolah Aulia berada di Kampung Cibungur, Desa Mekarmukti. Tanpa jembatan, jalur lain terlalu jauh.

"Kebetulan rumah saya agak jauh dari perbatasan, saya di sini hanya ini yang dekat, harus melintasi sungai. Harapan saya semoga di sini ke depannya ada lagi pembangunan jembatan ke sini, terutama untuk bapak KDM saya mohon harapannya, soalnya kita hampir tiap hari sekolah harus nyebrang kayak gini. Susah, Pak, takut kalau airnya besar, apalagi kalau pulang sekolah, kan kalau hujan itu biasanya airnya besar," tambahnya lirih.

Jembatan Gantung Hanyut Dua Kali

Kepala Desa Tanjung, Dasep Taufikul Hikmah, mengatakan jembatan gantung sepanjang kurang lebih 50 meter yang jadi urat nadi dua kecamatan itu dibangun Pemkab Sukabumi pada 2017. Namun, musibah datang berturut-turut.

"Memang adanya seperti itu, kejadian yang viral kemarin betul adanya, bahwa warga kami Kampung Tanjung menyebrangi sungai karena jembatannya terputus. Dulu waktu tahun 2017 dibangun oleh pemda Kabupaten Sukabumi, terjadi bencana di tahun 2024 itu di bulan Desember sehingga putus, lalu kerjasama dengan masyarakat swadaya gotong royong alhamdulillah terbangun kembali. Cuma sayang ada bencana susulan di bulan Maret 2025, terjadi lagi, bukan putus lagi, habis terbawa arus air karena saking derasnya air, dan sampai saat ini belum bisa terbangun kembali," kata Dasep.

Dasep menegaskan, tanpa jembatan, kehidupan warga lumpuh total. Mulai dari pertanian, aktivitas ekonomi, distribusi beras, hingga akses kesehatan dan pendidikan, semuanya terganggu.

"Jembatan tersebut betul-betul satu-satunya akses untuk ekonomi atau jual-beli, pendidikan, kesehatan, sehingga areal persawahan pun ada di desa sebelah. Kebetulan warga kami pesawahannya pun ada di Kecamatan Waluran tersebut, sehingga akses ekonomi dan pendidikan ini satu-satunya lewat jembatan yang putus ini," ujarnya.

Nestapa Sungai Cikarang masih berlangsung. Dari jenazah yang dipikul melawan arus hingga pelajar yang menggenggam erat tangan temannya, setiap orang di Kampung Tanjung berharap hal yang sama, jembatan baru.

"Harapannya ini mudah-mudahan secepatnya bisa terbangun kembali karena ketika belum terbangun ini lumpuh total, segi ekonomi, pendidikan, jual-beli pun kesehatan akan lumpuh. Harapannya lebih berharap lagi bisa jembatan biasa yang bisa lewat mobil," pungkas Dasep.




(sya/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads