Usai Warga Pikul Jenazah di Sungai Cikarang, Kini Siswa Bertaruh Nyawa

Kabupaten Sukabumi

Usai Warga Pikul Jenazah di Sungai Cikarang, Kini Siswa Bertaruh Nyawa

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Jumat, 22 Agu 2025 13:53 WIB
Menggenggam tangan, melawan arus. Begitulah cara pelajar Kampung Tanjung, Sukabumi, menantang derasnya Sungai Cikarang untuk berangkat sekolah. Tak ada jembatan, tak ada pilihan lain, selain bertaruh nyawa setiap pagi
Menggenggam tangan, melawan arus. Begitulah cara pelajar Kampung Tanjung, Sukabumi, menantang derasnya Sungai Cikarang untuk berangkat sekolah. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Setelah video viral warga Kampung Tanjung memikul jenazah menyeberangi Sungai Cikarang, kisah lain yang tak kalah pilu terungkap. Aulia Rahmawati (11), seorang siswi sekolah dasar, harus melakukan hal serupa hampir setiap hari. Bedanya, bukan untuk membawa jenazah, melainkan demi sekolah.

Pagi itu, Aulia berdiri di tepi Sungai Cikarang. Seragam putih-merahnya tampak rapi, tetapi wajahnya tegang. Tangannya menggenggam plastik bening berisi buku-buku sekolah, sementara matanya memandang arus keruh yang berderu deras di hadapannya. Perlahan, ia melipat celana seragamnya, menatap teman-temannya, lalu menarik napas panjang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tanpa banyak kata, mereka mulai melangkah. Air sungai yang dingin langsung menyentuh kaki mungilnya, mendorong tubuh kecilnya ke samping.

Aulia menggandeng tangan temannya erat-erat, sementara seorang warga berjalan di depan, menuntun mereka mencari pijakan batu agar tak tergelincir. Setiap langkah terasa ragu-ragu, sesekali Aulia menunduk, bibirnya terlihat komat-kamit, seolah berdoa dalam hati.

ADVERTISEMENT

Di tengah arus yang makin kencang, satu temannya sempat oleng karena salah pijakan, hampir terseret derasnya air. Warga sigap memegang tangannya, menariknya ke posisi aman.

Setelah beberapa puluh detik menahan napas dan melawan derasnya arus, Aulia dan rombongan akhirnya mencapai tepi seberang. Napasnya terlihat terengah, wajahnya basah oleh percikan air sungai.

"Perasaan saya takut, tapi mau bagaimana lagi. Kadang kalau airnya lagi pasang, lagi besar, saya suka dianterin sama ayah, atau kalau misal ayah saya enggak ada, saya suka berangkat sekolahnya sama teman-teman saja, hampir tiap hari," kata Aulia, Rabu (20/8/2025).

Sekolah Aulia berada di Kampung Cibungur, Desa Mekarmukti, dan satu-satunya akses tercepat adalah melalui jembatan gantung yang kini hanyut diterjang banjir. Jalur alternatifnya terlalu jauh, harus memutar hampir 20 kilometer melewati jalur protokol Waluran.

"Kebetulan rumah saya agak jauh dari perbatasan, saya di sini hanya ini yang dekat, harus melintasi sungai," ucapnya lirih.

"Harapan saya semoga di sini ke depannya ada lagi pembangunan jembatan ke sini, soalnya kita hampir tiap hari sekolah harus nyebrang kayak gini. Susah, takut kalau airnya besar, apalagi kalau pulang sekolah, kan kalau hujan itu biasanya airnya besar," sambungnya.

Menggenggam tangan, melawan arus. Begitulah cara pelajar Kampung Tanjung, Sukabumi, menantang derasnya Sungai Cikarang untuk berangkat sekolah. Tak ada jembatan, tak ada pilihan lain, selain bertaruh nyawa setiap pagiMenggenggam tangan, melawan arus. Begitulah cara pelajar Kampung Tanjung, Sukabumi, menantang derasnya Sungai Cikarang untuk berangkat sekolah. Tak ada jembatan, tak ada pilihan lain, selain bertaruh nyawa setiap pagi Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Jembatan Hanyut, Akses Warga Terputus

Kisah Aulia hanyalah satu dari ratusan cerita warga Kampung Tanjung dan Kampung Cibungur yang terdampak. Kepala Desa Tanjung Dasep Taufikul Hikmah menjelaskan jembatan gantung sepanjang kurang lebih 50 meter yang dulunya menjadi akses vital hanyut pada Maret 2025 setelah diterjang banjir bandang.

"Memang adanya seperti itu, kejadian yang viral kemarin betul adanya, bahwa warga kami Kampung Tanjung menyeberangi sungai karena jembatannya terputus. Dulu waktu tahun 2017 dibangun oleh Pemda Kabupaten Sukabumi, terjadi bencana di tahun 2024 itu di bulan Desember sehingga putus, lalu kerja sama dengan masyarakat swadaya gotong royong alhamdulillah terbangun kembali. Cuma sayang ada bencana susulan di bulan Maret 2025, terjadi lagi, bukan putus lagi, habis terbawa arus air karena saking derasnya air, dan sampai saat ini belum bisa terbangun kembali," beber Dasep.

Menurutnya, jembatan itu adalah urat nadi kehidupan warga dua kecamatan. Tanpa jembatan, akses pendidikan, ekonomi, pertanian, hingga kesehatan lumpuh total.

"Jembatan tersebut betul-betul satu-satunya akses untuk ekonomi atau jual-beli, pendidikan, kesehatan, sehingga areal persawahan pun ada di desa sebelah. Kebetulan warga kami pesawahannya pun ada di Kecamatan Waluran tersebut, sehingga akses ekonomi dan pendidikan ini satu-satunya lewat jembatan yang putus ini," jelasnya.

Bukan hanya anak-anak seperti Aulia, warga dewasa pun harus menantang bahaya. Wahyudin (49), warga Kampung Tanjung, mengaku sering terpaksa menyeberangi sungai, termasuk ketika ada warga meninggal dunia.

"Itukan jadi tidak ada lagi akses lain untuk menuju pemakaman kalau lagi ada yang meninggal, jadi saya itu terpaksa harus menyeberangi sungai walaupun airnya deras dan lagi banjir keadaannya. Itu bukan cuman satu kali, itu sudah sering itu," ujar Wahyudin.

Selain itu, aktivitas warga sehari-hari pun terganggu. Banyak dari mereka memiliki sawah, usaha penggilingan padi, hingga akses ke pasar dan rumah sakit di Mekarmukti. Tanpa jembatan, distribusi hasil tani dan kebutuhan pokok melambat, jarak tempuh pun bertambah jauh dan melelahkan.

Sejak hanyutnya jembatan, warga sudah beberapa kali melakukan gotong royong membuat jembatan darurat, tetapi tak bertahan lama. Bantuan dari Jampang Peduli sempat turun, namun pembangunan jembatan permanen hingga kini belum terealisasi.

"Harapannya ini mudah-mudahan secepatnya bisa terbangun kembali karena ketika belum terbangun ini lumpuh total, segi ekonomi, pendidikan, jual-beli pun kesehatan akan lumpuh. Harapannya lebih berharap lagi bisa dibangun jembatan yang bisa dilintasi mobil," pungkas Dasep.

(sya/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads