Suasana di SD Negeri Legok Hayam, Desa Giri Mekar, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung pada Kamis (21/8) berjalan seperti biasa. Anak-anak berlarian di halaman sekolah, riang gembira menanti jam pulang. Tak ada yang menduga, beberapa jam kemudian, riang berubah menjadi tangisan dan kepanikan.
Feri Sobur (37), salah satu orang tua siswa, masih mengingat jelas momen saat menjemput putrinya, MAP. Waktu menunjukkan pukul 16.30 WIB ketika ia melihat anaknya berjalan lunglai.
"Pas pulang sekolah kemarin saya jemput itu di jalan udah muntah. Nah, dikirain udah reda muntah mual aja. Ternyata udah di jalan bilang, 'Yah, pusing, pusing. Sabar, sebentar lagi juga nyampe,' kata saya kepada anak teh," ujarnya saat ditemui di sekolah, Jumat (22/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, bukannya membaik, kondisi MAP semakin parah setibanya di rumah. Tubuh mungilnya terus-menerus muntah hingga sulit berdiri.
"Ternyata terus-menerus muntah, sudah periksa saja ke klinik yang dekat. Dari jalan susah nyampenya, soalnya terganggu sama muntah lagi muntah lagi. Terakhir muntah, dia ada pusing enggak bisa bangun gitu. Nah, yang dikhawatirkan yang dikhawatirkan itu. Langsung aja diperiksa dokter," katanya.
Di klinik, dokter langsung melakukan pemeriksaan. Dugaan pun mengarah pada makanan terakhir yang dikonsumsi MAP di sekolah.
"Terus ditanya makan apa saja. Cuman makan yang dikasih sekolah aja gak jajan apa apa. Soalnya uang jajannya ketinggalan. Terus menurut dokter kemarin keracunan makanan dan langsung di kasih obat yang buat nguras gas sama makanan," jelas Feri.
MAP akhirnya diperbolehkan pulang. Meski kondisinya berangsur membaik, ia masih trauma.
"Kalau sekarang mah alhamdulillah udah mendingan, cuma mules mules aja. Kalau kemarin mah terjadi muntah-muntah terus. Nah sekarang kondisinya terus buang air besar terus gitu," ujar Feri.
![]() |
"Eh, masih pusing lemas tadi mah terakhir muntah sudah enggak. Tapi enggak tahu kalau sudah diisi makan. Soalnya tadi ditinggalin belum makan. Belum mau dia masih trauma, belum mau makan," tambahnya.
12 Siswa Diduga Keracunan
Kepala SD Negeri Legok Hayam, Nendi Rohaendi, membenarkan insiden tersebut. Menurutnya, sebagian besar siswa yang terdampak adalah mereka yang masuk sekolah siang.
"Kalau menurut analisa kami dari sekolah yang siang itu proses apa pemanfaatan atau memakannya itu rata-rata di jam 13.00 WIB," ujarnya.
Nendi menyebutkan ada sekitar 12 siswa yang melaporkan keluhan serupa. Mereka langsung dibawa ke klinik atau puskesmas terdekat dan beruntung tidak ada yang harus dirawat inap.
"Yang terdampak hanya mungkin kalau di yang keluhan ke kami itu ada kurang lebih 12 orang," bebernya.
"Mungkin yang orang tua yang panik dan sebagainya langsung bergegas ke dokter. Dari dokter jadi ada yang menyimpulkan dokter pun ini dikasih obat yang takutnya ada bakteri atau apa untuk ini dari pencernaan. Alhamdulillah langsung tertangani dan tidak ada yang dirawat," kata Nendi menambahkan.
Dugaan dari Makanan MBG
Namun, ada dugaan penyebab dari makanan yang disajikan. Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dikonsumsi siswa siang hari diduga sama dengan menu pagi, hanya disimpan beberapa jam.
"Kalau yang siang itu datangnya jam 11.00 WIB, kalau yang pagi datang jam 8.00 WIB. Mungkin analisa kami ya jarena kita tidak tahu apakah ini makanan yang sama antara pagi dengan siang itu. Tapi kalau dilihat itu memang menunya sama gitu. Tapi masalah penyajiannya apakah memang di waktu yang sama atau memang berbeda gitu," ucapnya.
Beberapa orang tua bahkan mengeluhkan rasa makanan yang dibawa pulang anak mereka. "Ketika dicoba di rumah itu ya mohon maaf ada yang bilang hasem basi dan lain hal itu kita di luar kemampuan kita ya," ungkap Nendi.
Ia berharap pihak penyelenggara program MBG segera mengevaluasi kualitas makanan yang diberikan. "Saya pun telah meminta pihak MBG untuk di kaji ulang, dianalisa, dievaluasi, apakah memang ini merupakan makanan yang basi atau seperti apa," pungkasnya.
(dir/dir)