Di tengah meningkatnya kekhawatiran global terhadap adiksi gawai di kalangan anak-anak, sebuah gagasan tak lazim lahir dari Balai Kota Bandung pada penghujung tahun 2019. Gagasan itu bernama Chickenisasi.
Program Chickenisasi ini merupakan sebuah inisiatif ambisius dari almarhum Wali Kota Bandung Oded M. Danial yang menugaskan ribuan anak ayam untuk menjalankan misi mulia mengalihkan perhatian pelajar dari layar gawai dan menanamkan pendidikan karakter dengan cara yang sangat mendasar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Program yang secara resmi membagikan anak ayam kepada siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini sontak menjadi sorotan, memicu diskusi luas tentang metode pendidikan alternatif dalam menghadapi tantangan era digital.
Di tengah pencarian solusi tersebut, Wali Kota Bandung saat itu, Oded M. Danial, atau yang akrab disapa Mang Oded, muncul dengan sebuah terobosan yang disebut 'Chickenisasi'. Filosofi di balik program ini lebih dalam dari sekadar membagikan hewan peliharaan.
Tujuannya adalah untuk menciptakan sebuah ekosistem pendidikan karakter yang holistik dan terintegrasi. Dengan memberikan tanggung jawab untuk merawat makhluk hidup, diharapkan para siswa dapat belajar secara langsung tentang disiplin, empati, manajemen waktu, dan konsekuensi.
Program Chickenisasi resmi digulirkan pada 21 November 2019. Pada tahap awal, Pemerintah Kota Bandung membagikan sekitar 2.000 ekor anak ayam kepada para pelajar SD dan SMP. Sebanyak 12 sekolah di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Cibiru dan Kecamatan Gedebage, menjadi pilot project dari kebijakan ini.
Acara peluncuran simbolis diadakan di area Kolam Retensi Rancabolang, di mana Oded secara pribadi menyerahkan anak-anak ayam kepada perwakilan siswa. Oded menjelaskan pemberian anak ayam kepada para pelajar juga bagian dari upaya revolusi mental.
"Jadi bukan semata-mata mengalihkan perhatian dari gadget, bukan itu. Konsep ini membuka ke depannya pemuda menjadi lebih aktif, kreatif, inovatif, sehingga memiliki pemikiran yang terintegrasi," ucapnya.
Suasana sekolah-sekolah yang terlibat pun menjadi lebih hidup. Suara cicit anak ayam menjadi latar baru dalam keseharian para siswa. Mereka tidak hanya menerima anak ayam, tetapi juga didorong untuk berkolaborasi.
Seperti yang dilaporkan di SMP Negeri 54 Bandung, para siswa membentuk 36 kelompok untuk bekerja sama membuat kandang dan menyusun jadwal piket untuk merawat serta memberi makan ayam-ayam tersebut.
Sekitar dua bulan setelah program berjalan, Wali Kota Oded M. Danial menyatakan kegembiraannya atas hasil awal. Ia mengklaim program ini berhasil mencapai tujuannya dalam membentuk karakter anak. Dalam sebuah kunjungannya, ia menyampaikan observasinya secara langsung.
"Alhamdulilah setelah dua bulan lebih, anak-anak siswa dan siswi dikasih DOC (day old chicken) anak ayam, sekarang mencoba mengevaluasi dengan melihat ke lapangan ternyata alhamdulilah cukup menggembirakan," ucap Oded, 31 Januari 2020.
Menariknya, Oded juga melihat bahwa program ini tidak sepenuhnya menjauhkan anak dari teknologi, melainkan mendorong pemanfaatannya secara lebih produktif. Beberapa siswa bahkan membuat video dokumentasi tentang perkembangan ayam mereka, sebuah peralihan dari konsumsi konten pasif menjadi kreasi konten aktif.
'Kalaupun ada yang memanfaatkan IT ini, ternyata mereka gunakan untuk hal yang positif seperti membuat video. Itu luar biasa. Mudah-mudahan apa yang Mang Oded inginkan dari pendidikan karakter memberikan anak ayam kepada anak ini ternyata sudah terpenuhi," ujarnya.
Di sisi lain, pelaksanaan program ini menghadapi tantangan yang sangat alamiah. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa beberapa anak ayam yang dipelihara siswa mati karena dimangsa predator seperti kucing dan tikus.
"Kalau dari tingkat kematian masih di bawah ambang toleransi kurang dari 10 persen dan itu pun bukan disebabkan karena penyakit atau pemeliharaan. Tetapi karena dimakan predator seperti kucing atau tikus," kata Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar, Jumat 3 Januari 2020.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Oded M. Danial menyebutnya sebagai sebuah hal yang biasa dalam proses beternak dan merupakan bagian dari pembelajaran. Menurutnya, bahkan peternak profesional pun mengalami risiko kematian ternak.
Namanya edukasi pastinya ada yang gagal dan berhasil. Gagalnya juga bisa macam-macam. Mati karena teu kaparaban (enggak dikasih makan) atau dimakan tikus tadi. Hal itu hal biasa saya kira," kata Oded, Minggu 5 Januari 2020.
Untuk mendanai ekspansi besar ini, pemerintah kota berencana untuk tidak hanya mengandalkan APBD, tetapi juga menggandeng pihak swasta melalui skema Corporate Social Responsibility (CSR).
Namun, rencana ambisius ini harus menghadapi kenyataan pahit. Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 melanda dunia dan memaksa adanya perubahan prioritas serta pembatasan sosial berskala besar.
Akibatnya, program Chickenisasi terpaksa dihentikan untuk sementara waktu karena kendala pandemi dan pada akhirnya tidak dilanjutkan sesuai rencana semula. "Insyaallah, ini berhenti karena COVID-19," kata Oded di Pendopo Kota Bandung, Senin 22 Maret 2021.
Hal senada juga dismapaikan Gin Gin. Menurutnya rencana melanjutkan program Chickenisasi terkendala pandemi yang melanda hingga pemerintah memutuskan menghentikan dulu program itu.
"Kemarin pada tahap pertama, sebetulnya sudah kita siapkan untuk tahap berikutnya. Cuman pas mau digulirkan ketemu sama pandemi, jadi sulit untuk mengkoordinasikan dengan anak-anak karena harus ada pendampingan dan sosialisasi," kata Gin Gin.
"Kita koordinasikan sama Disdik, sementara Disdik menunda dulu, padahal dari sisi chicken atau DOC sudah kita siapkan. Enggak tahu pas nanti normal kembali pas tatap muka (dilanjutkan lagi)," ujarnya.
Meski sudah empat tahun berlalu, program Chickenisasi masih diingat oleh sejumlah warga Kota Bandung. Warga menyebut program itu ramai diperbincangkan di medio tahun 2019 hingga awal 2020.
Hal itu diungkap Osah Diana (39), salah satu warga Babakan Ciamis, Kota Bandung. Menurut Osah, pemberian anak ayam kepada siswa sekolah dilakukan di era Wali Kota Oded.
"Oh iya zaman Mang Oded ada dikasih anak ayam satu anak satu ekor," ucapnya, Rabu (20/8/2025).
Namun Osah bukan termasuk yang menerima anak ayam untuk diternak. Sebab, putrinya saat itu masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK). Sementara program Chickenisasi diberikan kepada siswa sekolah dasar dan menengah pertama.
"Tapi enggak dapat, soalnya anak masih TK, yang dapat anak SD," singkatnya.
(bba/orb)