Sejumlah peristiwa mewarnai pemberitaan di Jawa Barat (Jabar) hari ini, Selasa (19/8/2025). Mulai dari Plt Dirut Perumda Tirtawening, Kota Bandung, Tono Rusdiantono yang viral karena meminta CCTV di ruangan direksi dicabut, hingga penjelasan dokter soal kondisi balita perempuan bernama Raya asal Kabupaten Sukabumi yang meninggal setelah tubuhnya dipenuhi cacing.
Berikut rangkuman Jabar Hari Ini:
Viral Plt Dirut Perumda Tirtawening Emosi Minta CCTV Dicabut
Jagat media sosial TikTok sedang ramai dengan dugaan rekaman suara Plt Direktur Utama (Dirut) Perumda Tirtawening, Kota Bandung, Tono Rusdiantono, yang terdengar sedang marah-marah ke bawahannya. Penyebabnya karena ia meminta supaya pemasangan CCTV di ruangan direksi BUMD pengelola urusan perairan tersebut untuk dicabut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam rekaman suara yang tersebar, Tono awalnya terdengar sedang menasehati bawahannya. Tono sendiri menjabat sebagai Asisten Daerah (Asda) Bidang Administrasi Umum dan diangkat Wali Kota Bandung Muhammad Farhan pada 17 Juni 2025 untuk menjabat sebagai Plt Dirut Perumda Tirtawening.
Di momen itu, Tono membeberkan ia telah menjadi ASN dengan beberapa jabatan seperti lurah, camat, kadis hingga jadi Plh Sekda Kota Bandung. Tono kemudian menasehati bawahannya bahwa dia tidak pernah melawan perintah dari pimpinannya.
Kemudian, suara Tono terdengar mengkonfrontir seorang pegawai perempuan untuk menjelaskan tugasnya di Perumda Tirtawening. Perempuan itu pun lalu menjelaskan bahwa tugasnya adalah mensuport semua sistem terkait teknologi informasi, kelancaran administrasi hingga bisnis perusahaan.
Tak lama setelah mendapat penjelasan itu, Tono terdengar mulai meninggikan nada suaranya. Penyebabnya terjadi karena dia tidak mau ada CCTV yang terpasang di dalam ruangan direksi Perumda Tirtawening karena dianggap terus diawasi kinerjanya.
"Emang di dalem harus diawasi? Saya kan udah nyuruh beberapa kali, tolong yang di dalem CCTV-nya dicabut yah," kata Tono dalam suara itu seperti dilihat detikJabar dalam unggahan di TikTok @matabandung17, Selasa (19/8/2025).
Pegawai perempuan itu lalu menjawab kembali bahwa ia belum medapatkan semacam perintah untuk pencabutan CCTV itu. Selanjutnya, Tono terdengar makin meradang lalu mengkonfrontir seorang pegawai yang bernama Heri.
Suara pejabat yang bernama Heri itu lantas menjawab bahwa ia sudah berkoordinasi dengan senior manajer mengenai CCTV. CCTV di ruangan katanya sudah dinonaktifkan, hanya fisiknya saja yang belum dicabut karena masih menunggu arahan dari pejabat yang lebih tinggi.
Tono makin meradang mendengar jawaban ini. Sebab seharusnya kata dia dalam rekaman itu, perintahnya harus dijalankan tanpa harus banyak birokrasi ke berbagai pihak.
"Kenapa harus ke ibu dirum? Sekarang saya mau nyabut, saya harus buat surat ke bapak, cageur teu coba prosedurna. Saya harus bikin surat ke bapak, cageur teu saya coba, kan bapak teh di bawah saya. Coba pikir atuh, prosedur mekanismenya kumaha," ungkapnya.
"Harusnya verifikasi dong ke saya, saya pengen dicabut. Baru kemarin dicabut, pasti bocor itu yah. Setiap saya rapat di ruangan tuh ada yang ngedenger dan ada yang tahu tuh di luar. Memang ada kan, memang ada yang tahu. Itu pelanggaran tuh, SM pelanggaran, saya anggap pelanggaran berat. Coba kasih hukuman yah," tambahnya.
Di sela-sela itu, kembali terdengar suara seorang perempuan bahwa pemasangan CCTV dilakukan sesuai dengan ISO 270001 atau standar internasional yang menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen keamanan informasi. Bahkan, perempuan tersebut menyatakan jika CCTV dicabut, maka perusahaan tidak bisa mendapat sertifikasi ISO ini.
Jawaban Tono ternyata di luar dugaan. Dalam rekaman suara itu, Tono menyatakan tidak membutuhkan sertifikasi ISO 270001 dan meminta supaya CCTV di ruangan direksi untuk segera dicabut.
"Ya enggak perlu lah buat saya yah, kalau pimpinan enggak perlu, ya enggak perlu yah... Tidak perlu ISO sertifikasi. Tolong, yang di dalem ini jangan ada CCTV lagi yah, semuanya bocor, coba kasih Pelajaran dan kasih hukuman yah itu pelanggaran terberat yah," bebernya.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan pun buka suara soal masalah ini. Ia memastikan sudah mendapat informasi tersebut dan telah diselesaikan di jajaran Perumda Tirtawening.
"Udah, itu mah udah lama. Udah seminggu yang lalu, ya. Udah selesai masalahnya," kata Farhan ditemui detikJabar di Balai Kota Bandung.
Farhan pun memastikan sudah mengklarifikasi masalah ini. Sebagai kuasa pemilik modal (KPM), Farhan mengaku menyerahkan kewenangan seluruhnya kepada Direksi Perumda Tirtawening.
"Udah, udah beres Insyaallah," ucapnya.
"Nah itulah, kalau manajemen marah-marah, boleh dong. Masak enggak boleh. Saya kan, gini, beliau sudah punya kewenangan penuh Untuk menjalankan manajemen, maka saya sebagai KPM mempercayakan beliau mengelolaannya. Saya tidak akan intervensi, sok weh dikelola dengan baik dan benar," bebernya menambahkan.
Farhan sempat ditanya soal masalah ISO 270001 atau standar internasional yang menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen keamanan informasi. Farhan mengaku akan menanyakan hal itu kepada yang bersangkutan.
"Ya nanti saya akan tanyakan pada beliau dulu, ya," tutupnya.
Angin Segar Bagi Warga Cirebon Usai Walkot Evaluasi Kenaikan PBB
Pernyataan Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, yang akan mengevaluasi aturan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) memberi secercah harapan bagi warga. Pernyataan itu pun seperti hembusan angin segar di tengah kegelisahan yang selama ini mereka rasakan.
Meski begitu, masyarakat meminta ucapan wali kota tidak hanya berhenti sebagai janji. Mereka sangat berharap hal itu bisa benar-benar direalisasikan dan PBB bisa kembali diturunkan.
Yayat, warga Kelurahan Pegambiran, Kota Cirebon, mengaku sangat terbenani oleh kenaikan PBB yang ditetapkan Pemerintah Kota Cirebon sejak tahun lalu.
"Tahun 2023 itu (PBB) Rp380 ribu sekian. Tahun 2024 naik menjadi Rp2.377.000 sekian. Setelah ada stimulus masih di angka Rp1.783.000," kata Yayat saat dihubungi, Selasa (19/8/2025).
Yayat yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang las, dengan upah Rp120 ribu per hari mengaku sangat keberatan dengan kenaikan PBB yang ditetapkan pemerintah kota.
Kegelisahan terkait kenaikan PBB tidak hanya dirasakan Yayat. Sejumlah warga yang tergabung dalam Paguyuban Pelangi sebelumnya juga menyuarakan hal serupa. Mereka menaruh harapan pada pernyataan wali kota yang akan mengevaluasi aturan yang mengatur tentang kenaikan PBB.
Juru bicara Paguyuban Pelangi, Hetta Mahendrati menyambut baik pernyataan Wali Kota Cirebon, Effendi Edo. Namun, Hetta menegaskan, pihaknya sangat berharap wali kota dapat merealisasikan pernyataan tersebut.
"Terkait dengan adanya statement dari bapak wali kota sebetulnya ada sedikit angin segar buat kami," ucap Hetta.
"Tapi kami berharap (statement) ini bukan sekadar untuk menyenangkan kami. Kami berharap diberikan hal yang pasti," sambung dia.
Sesar Lembang Dua Kali Guncang Cimahi
Sesar atau Patahan Lembang menunjukkan lagi geliatnya setelah menggoyang Kota Cimahi dengan gempa bermagnitudo 2,3 pada Selasa (19/8/2025) sekitar pukul 11.41 WIB.
Berdasarkan informasi BMKG, gempa yang terjadi kali ini merupakan gempa darat yang pusatnya ada di 9 kilometer barat laut Kota Cimahi. Gempa dirasakan dengan skala MMI II-II di Bandung Barat, yang artinya getaran dirasakan beberapa orang dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
"Betul tadi terjadi gempa bermagnitudo 2,3. Dan sesuai rilis BMKG itu disebabkan oleh aktivitas Sesar Lembang," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Cimahi Fithriandy Kurniawan saat dikonfirmasi, Selasa (19/8/2025).
Gempa yang mengguncang Cimahi sebelumnya juga terjadi pada 29 Juni 2025. Saat itu, Cimahi diguncang gempa berkekuatan 2,7 magnitudo yang juga disebabkan oleh aktivitas Sesar Lembang.
"Seperti kita ketahui bahwa Sesar Lembang ini adalah sesar aktif. Sementara gempa-gempa di Cimahi ini penyebabnya memang karena hal itu (Sesar Lembang), tapi untuk informasi detail silakan ditanyakan langsung ke BMKG," kata Fithriandy.
Pihaknya meminta masyarakat mewaspadai potensi gempa lainnya akibat Sesar Lembang. Namun dari dua gempa yang sudah terjadi, tak diikuti langsung oleh gempa susulan.
"Kita minta masyarakat senantiasa waspada, tapi tidak sampai bereaksi berlebihan. Waspada memitigasi diri dan lingkungan terdekat," kata Fithriandy.
Berdasarkan Rencana Kontijensi Gempa Bumi Kota Cimahi, beberapa daerah paling rawan di antaranya Kelurahan Citeureup, Cipageran, dan Cibabat. Ketiganta ada di wilayah utara Kota Cimahi yang cuma berjarak tiga kilometer dari garis Sesar Lembang.
Sementara jarak dari garis Sesar Lembang ke pusat Pemerintahan Kota Cimahi hanya berjarak sekitar 5,8 sampai 6 kilometer. Lalu ke pusat keramaian Kota Cimahi di sekitaran taman Alun-alun Cimahi, jaraknya sekitar 8 kilometer.
"Maka yang terpenting itu kan mitigasi,.kita terus lakukan mitigasi bencana, terutama Sesar Lembang. Kemudian kita masifkan sosialisasi soal ancaman gempa itu ke masyarakat," tutur Fithriandy.
Pemuda Tewas gegara Tawuran di Kota Cirebon, Polisi Buru Pelaku
Seorang pemuda berinisial K (21) tewas dalam aksi tawuran antar kelompok di Kota Cirebon. Peristiwa tragis itu terjadi di Jalan Kesunean pada Selasa (19/8) sekitar pukul 04.00 WIB.
Kanit I Reserse Umum Satreskrim Polres Cirebon Kota, IPDA Gunawan membenarkan, adanya insiden tersebut. "Kejadiannya dini hari tadi sekitar pukul 04.00 WIB di Jalan Kesunean," kata Gunawan saat dikonfirmasi.
Menurutnya, peristiwa yang menewaskan seorang pemuda itu merupakan tawuran antar kelompok. Kedua kelompok telah membuat janji untuk melakukan aksi tawuran.
"Ini memang tawuran antar kelompok pemuda, mereka sudah janjian," ujar Gunawan.
Dalam peristiwa itu, ada satu korban meninggal dunia. Korban mengalami luka akibat sabetan senjata tajam. Luka bacok ditemukan di beberapa bagian tubuhnya.
"Korban yang baru diketahui ada satu, inisialnya K usia 21 tahun. Korban meninggal dunia diduga akibat terkena senjata tajam," kata dia.
Saat ini, polisi tengah memburu para pelaku yang melakukan aksi pembacokan hingga menyebabkan korban meninggal dunia.
Gunawan menambahkan, ada tiga orang yang diduga melakukan aksi pembacokan terhadap korban. Sejauh ini, satu orang terduga pelaku berhasil diamankan.
"Diduga ada tiga orang yang melakukan pembacokan. Yang diamankan baru satu, dua lagi masih proses pencarian. Nanti kita sampaikan info selanjutnya," kata Gunawan.
Dokter Ungkap Penyakit Bocah Raya yang Tubuhnya Digerogoti Cacing
Kisah pilu dialami seorang balita perempuan, Raya, anak asal Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Ia harus meregang nyawa setelah tubuhnya dipenuhi cacing. Kondisi yang dialaminya membuat dokter sempat kebingungan menentukan penyebab pasti penurunan kesadarannya.
Menurut penuturan dr Irfan, Humas sekaligus dokter IGD RSUD Syamsudin, Raya masuk ke instalasi gawat darurat pada 13 Juli 2025 sekitar pukul 20.00 WIB. Saat tiba di rumah sakit, kondisinya sudah tidak sadarkan diri sejak sehari sebelumnya.
"Pasien datang dibawa keluarga dan tim pengantar dalam keadaan tidak sadar. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan syok atau kekurangan cairan berat," kata Irfan kepada detikJabar, Selasa (19/8/2025).
Syok berhasil ditangani, namun penyebab penurunan kesadaran belum diketahui pasti. Hingga kemudian, momen mengejutkan terjadi.
"Saat di IGD, tiba-tiba keluar cacing dari hidung pasien. Dari situ, kita mulai menduga ada kaitannya dengan infeksi cacing," ujarnya.
Setelah kondisinya sedikit stabil, Raya dirujuk ke ruang PICU untuk mendapat penanganan intensif anak. Dari hasil pemeriksaan medis, diketahui infeksi yang menyerang tubuhnya adalah askariasis, penyakit akibat cacing gelang (Ascaris lumbricoides) yang umumnya hidup di tanah.
"Infeksi bisa terjadi ketika telur cacing tertelan, baik melalui makanan, minuman, maupun tangan yang kotor. Telur akan menetas di usus, lalu berkembang jadi larva yang bisa menyebar lewat aliran darah ke organ-organ, bahkan otak. Itu sebabnya pasien bisa tidak sadar," jelas Irfan.
"Tapi di lain sisi, yang sering kita temukan di paru makanya kenapa cacing bisa keluar lewat saluran nafas kita. Jadi dia merambat naik ke saluran atas ke hidung atau mulut. Kalau kondisi tidak sadar kan cacing dengan leluasa bisa bergerak kemana-mana termasuk ke BAB nya juga, karena banyak sekali cacingnya. Sudah dipastikan sarang utamanya ada di usus," sambungnya.
Irfan menambahkan, kondisi lingkungan tempat tinggal Raya turut memengaruhi. Keluarganya tinggal di rumah panggung sederhana dengan tanah terbuka di bawahnya.
"Sepertinya pasien sering bermain di tanah tanpa alas kaki. Itu memperbesar risiko infeksi," kata dia.
Meski infeksi cacing kerap ditemukan, kasus parah seperti yang dialami Raya sangat jarang hingga berujung kematian. Apalagi, pasien juga diduga mengalami komplikasi lain, yakni tuberkulosis meningitis, mengingat orang tua Raya sedang dalam pengobatan TB paru.
"Jadi kemungkinan penyebabnya kombinasi antara infeksi cacing dan TB," ujar Irfan.
Sayangnya, upaya medis tak mampu menyelamatkan nyawa Raya. Kondisinya yang sudah kritis sejak awal membuat obat cacing tak bekerja optimal.
"Raya dibawa ke rumah sakit dalam kondisi terminal. Kalau penilaian saya pribadi sudah amat sangat terlambat dibawa ke rumah sakit. Obat yang kita berikan tidak bisa seefektif itu. Pada akhirnya, Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB," tutup Irfan.
Simak Video "Video: PBB Jombang Naik hingga 1.202% Tapi Warganya Nggak Demo, Kok Bisa?"
[Gambas:Video 20detik]
(ral/mso)