Kisah Umar Patek dan Dadang Khatam Al-Qur'an 18 Kali di Balik Penjara

Kabupaten Sukabumi

Kisah Umar Patek dan Dadang Khatam Al-Qur'an 18 Kali di Balik Penjara

Siti Fatimah - detikJabar
Senin, 04 Agu 2025 21:30 WIB
Dadang (62) salah satu warga binaan yang khatam Al-Quan sebanyak 18 kali di lapas
Dadang (62) salah satu warga binaan yang khatam Al-Qu'an sebanyak 18 kali di lapas. Foto: Siti Fatimah
Sukabumi -

Ratusan pasang mata tertuju pada satu sosok di tengah lapang Lapas Kelas IIB Sukabumi. Sosok itu tak asing bagi dunia komunikasi, motivator kawakan Aqua Dwipayana, yang hari itu hadir bukan sekadar membagikan ilmu, tetapi juga menyalakan bara semangat di dada para warga binaan.

Bukan kali pertama ia berbicara di hadapan para penghuni lembaga pemasyarakatan. Tapi, setiap pertemuan selalu punya cerita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sudah keliling dari Aceh sampai Papua. Tapi hari ini, saya merasa luar biasa. Pertama, saya merasa bahwa saya sebagai manusia itu bisa bermanfaat buat mereka dan yang kedua, itu adalah meningkatkan rasa syukur bagi saya pribadi," kata Aqua ditemui di Lapas Kelas IIB Sukabumi, Senin (4/8/2025).

Aqua tidak datang dengan teori-teori rumit. Ia hadir membawa pesan sederhana bahwa semua orang bisa berubah, dan setiap manusia punya kesempatan kedua.

ADVERTISEMENT

"Yang namanya warga binaan, tak satu pun dari mereka yang bercita-cita jadi seperti itu (warga binaan). Tapi hidup ini kompleks. Maka, saya datang membawa harapan. Saya tunjukkan bahwa kehidupan baru itu mungkin," ujar pria yang telah memberi motivasi kepada puluhan ribu narapidana di seluruh Indonesia itu.

Salah satu cerita yang ia bagikan hari itu membuat seluruh ruangan terdiam. Tentang sahabatnya, mantan narapidana kasus terorisme bernama Umar Patek. Nama yang sempat membuat dunia internasional bergidik, karena kepalanya pernah dihargai hingga 1 juta dolar AS oleh pemerintah Amerika Serikat.

Kini, Umar bukan lagi teroris. Ia memilih jalan hijrah, secara harfiah dan maknawi dengan membuka usaha kopi di Surabaya.

"Dia sekarang punya bisnis kopi. Bayangkan, orang yang dulu paling diburu, sekarang memilih hidup halal, menafkahi keluarganya dari jalan yang diridai Allah. Itu artinya, siapa pun bisa berubah," kata Aqua dengan mata berbinar.

Kisah Dadang Khatam Al-Qur'an 18 Kali di Lapas

Cerita Omar bukan sekadar kisah. Di Kota Sukabumi, harapan itu tumbuh dari hal-hal kecil. Dari wajah-wajah para warga binaan yang menyimak dengan seksama, dari tanya-jawab yang menggugah nurani, hingga dari pribadi-pribadi seperti Dadang (62), mantan kepala sekolah yang kini menjadi teladan di balik jeruji.

"Saya kaget, Pak Dadang sudah 18 kali khatam Al-Qur'an selama di sini. Kita yang di luar saja, jangankan 18 kali, dua atau tiga kali pun belum tentu. Itu bukti bahwa tempat ini bukan akhir. Justru awal untuk memperbaiki diri," ucap Aqua.

Motivasi yang ia sampaikan bukan hanya teori. Ia menyentuh mereka dengan bahasa hati. Ia melihat mereka bukan sebagai narapidana, tapi sebagai saudara. Sesama manusia yang sedang menjalani ujian hidup.

"Kalau ada yang bilang, 'nanti kalau saya keluar masih dicibir', saya cuma jawab 'nggak usah dipusingin'. Bahkan kita yang berbuat baik pun belum tentu disukai semua orang. Yang penting orientasi kita lillahi ta'ala," katanya.

Hari itu, bukan hanya Aqua yang memberi motivasi. Para warga binaan pun, tanpa sadar, telah memberikan pelajaran hidup. Bahwa di balik jeruji, ada cahaya. Bahwa di balik masa lalu yang kelam, selalu ada ruang untuk harapan.

Selain warga binaan, puluhan sipir pun mendapatkan motivasi untuk bekerja sekaligus ibadah. Momen itu pun dimanfaatkan petugas untuk bertukar pengalaman dan pikiran.

"Kami ibaratnya orang yang paling beruntung, Lapas Sukabumi dan warga binan mendapat langsung motivasi dari pakarnya, Pak Aqua, yang kami hanya bisa nonton di Youtube awalnya," kata Kalapas Kelas IIB Sukabumi Budi Hardiono.

"Ini untuk kemajuan pelayanan prima untuk Lapas Sukabumi dan juga kami di sini banyak permasalahan-permasalahan, kami harus menjadi ini. Di kala warga binan kami sakit, kami harus bisa jadi dokter. Di kala warga binan kami mau jadi petani, kami harus bisa menjadi bina taninya. Nah, beliau memberikan jawaban dan motivasi," tutupnya.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads