Pemkot Bandung sedang menggagas proyek ambisius di bidang angkutan massal. Sebuah prototype atau purwarupa yang diberi nama Angkot Pintar, kini telah disiapkan sebagai bagian dari peremajaan moda transportasi di Kota Kembang.
Purwarupa Angkot Pintar yang diberi nama Angklung (Angkutan Listrik Kota Bandung) pun sudah siap mengaspal. Namun di balik proyek itu, ada tantangan yang perlu dipersiapkan karena pembuatannya butuh biaya yang begitu besar.
Saat berbincang dengan wartawan, Ketua Koperasi Angkutan Milik Masyarakat (Kopamas) Kota Bandung Budi Kurnia turut berkomentar soal kehadiran prototype Angkot Pintar. Rupanya, prototype itu hadir dari inisiasi sejumlah koperasi angkutan mulai dari Kopamas, Kobanter hingga Kobutri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Angkot emang harus pintar supaya penumpangnya lebih nyaman ya terus lebih aman. Makanya kami bareng-bareng dengan Marlip mendesain supaya si angkot tersebut betul-betul seperti diharapkan sesuai standar pelayanan minimum (SPM) yang ditetapkan oleh pemerintah," katanya, Senin (4/8/2025).
Budi Kurnia mengungkapkan, aturan peremajaan angkutan sudah tertuang dalam peraturan daerah (Perda). Sehingga berdasarkan regulasi itu, sekitar 5.521 unit angkot di Kota Bandung harus diremajakan.
Namun kemudian, muncul masalah di kalangan pengusaha angkot. Butuh biaya besar jika angkot-angkot yang tersedia harus diremajakan.
Kopamas, Kobuntri dan Kobanter pun lalu mencari jalan baru agar regulasi peremajaan itu bisa sesuai dengan kebutuhan. Kendaraan berbasis listrik pun disepakati untuk bisa diterapkan di angkot-angkot modern yang kini purwarupanya sudah hadir dalam bentuk Angkot Pintar bernama Angklung.
Namun ternyata, Angkot Pintar yang merupakan kendaraan berbasis listrik butuh biaya yang tak sedikit. Pihaknya pun berharap Pemkot Bandung tak lepas tangan supaya proyek peremajaan angkot masih bisa dijalankan.
"Ada rupa kan ada harga. Nah, bagaimana supaya ini bisa dijangkau masyarakat, makanya di situ unsur pemerintahnya harus turun," ucapnya.
Stasiun Pengisian Masih Minim
Selain itu, kata Budi, Kota Bandung saat ini masih minim stasiun pengisian untuk mobil berbasis listrik. Kondisi itu tentu menjadi tantangan jika nanti Angkot Pintar mengaspal di jalanan.
"Kami terus mitigasi terutama kesulitan-kesulitan misalnya statiun charging untuk baterainya. Tapi ada jaminan dari Marlip bahwa untuk hal-hal seperti itu tidak usah kami khawatirkan. Karena Marlip akan membantu kami, jadi kan tinggal melihat saja bagaimana buktinya nanti," tandasnya.
Meski demikian, Budi Kurnia memastikan Kopamas bakal sejalan dengan ambisi pemerintah untuk peremajaan angkot di Kota Bandung. Rencananya, prototype Angkot Pintar itu hanya tinggal menunggu Sertifikat Uji Rancang dan Tipe (Serut) dari Kementerian Perhubungan untuk bisa dioperasikan.
"Intinya gini, kenapa kami beralih pada mobil listrik itu awalnya kami resah. Malau peremajaan konvesional kami tidak mampu biaya operasionalnya tinggi terutama BBM. Terus kami mencari karena usaha kami harus sustain karena ini bukan hanya koperasinya tapi seluruh anggota, akhirnya ketemu dengan Marlip. Kita ngobrol setelah kita hitung ternyata kita mampu dan setelah banyak belajar tentang mobil listrik banyak keunggulan-keunggulan dan tentu saja ada kesulitan," katanya.
CEO dan Founder PT Marlip Indo Mandiri, Masrah Marang yang menggarap prototype Angkot Pintar membeberkan bahwa biaya untuk membuat satu unit angkutan tersebut membutuhkan biaya hingga Rp 400 jutaan. Meski demikian, ia memastikan biaya perawatannya jauh lebih rendah dengan angkot konvensional.
"Tapi harapan kita ini itu masih dibawah dari Rp 400 juta, supaya masih terjangkau. Dan keuntungannya, biaya maintenance-nya rendah. Kalau angkot konvensional bisa Rp 4-5 jutaan, ini paling hanya Rp 1,5 juta sampai Rp 2 jutaan," pungkasnya.
(ral/yum)