Utopia Keluarga Ursone Ubah Lembang Serupa Friesland

Lorong Waktu

Utopia Keluarga Ursone Ubah Lembang Serupa Friesland

Whisnu Pradana - detikJabar
Senin, 04 Agu 2025 18:00 WIB
Bekas lahan peternakan sapi milik Nagel-Meyer di Lembang
Bekas lahan peternakan sapi milik Nagel-Meyer di Lembang (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Bandung -

Kawasan Bandung Utara (KBU) termasuk Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) punya bentang alam serta suhu udara yang cocok untuk peternakan sapi khususnya sapi perah.

Hal itu yang kemudian mengawali kiprah Hindia Belanda ketika menjajah Indonesia, menjadikan Lembang, Cisarua, hingga Pangalengan di Bandung selatan sebagai daerah penghasil susu, serupa dengan Provinsi Friesland, di Belanda sana.

Dalam buku Bandung Baheula Jeung Kiwari Bandoengsche Melk Centrale (BMC) karya Sudarsono Katam, disebutkan kalau bibit sapi yang akan diternakkan di Priangan kala itu ialah jenis Friesien Holstein dari Provinsi Friesland.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sapi jenis itu sudah dikenal karena kualitas dan kemampuannya yang tinggi dalam memproduksi susu. Sapi Friesien Holstein punya corak khas yakni warna hitam dengan aksen putih. Tenang dan jinak, sehingga mudah dikuasai. Berat badannya berkisar 850 kilogram sampai 1 ton untuk sapi jantan, dan 700-an sampai 850 kilogram untuk sapi betina.

Perjalanan peternakan sapi di daerah Lembang, diawali oleh keluarga Ursone, orang berkewarganegaraan Italia. Tiga kakak beradik Ursone, yakni P. A. Ursone, G. Ursone, dan A. Ursone menjadikan Lembang sebagai produsen susu kualitas unggul.

ADVERTISEMENT

Mereka mendirikan perusahaan susu bernama Lembangsche Melkerij Ursone. Perusahaan itu bergerak dalam bidang pemerahan susu. Sapi yang diternakkan sebanyak 30 ekor dilepasliarkan di lahan perkebunan Baroe Adjak.

"Peternakan di Lembang diawali oleh keluarga Ursone pada tahun 1895. Kalau sekarang, masih ada sisanya itu bangunan Kapel Deetje, sekarang jadi Piknik Kopi Lembang," kata pegiat sejarah dari Komunitas Sejarah Lembang, Malia Nur Alifa saat dikonfirmasi, Minggu (3/8/2025).

Di awal kiprahnya, tiga kakak beradik Ursone yakni P. A. Ursone, G. Ursone, dan si bungsu A. Ursone memiliki 30 ekor sapi. Dalam sehari sapi itu bisa menghasilkan 30 liter susu berkualitas tinggi. Lalu di tahun 1940, sapi perah di Peternakan Ursone terus bertambah sampai sebanyak 250 ekor dengan produksi ribuan liter susu per hari.

"Salah satu dari keluarga Ursone itu kemudian mendirikan Bandoengsche Melk Centrale atau Pusat Pengolahan Susu Bandung. Peternakan sapi keluarga Ursone terus bertambah hingga mencapai 6 ribuan ekor.

"Jadi saat itu, sekitar 6 ribuan ekor sapinya yang tersebar di banyak titik di Lembang. Jadi keluarga Ursone ini punya perusahaan susu terbesar se-Asia Tenggara saat itu," kata Malia.

Membahas sedikit soal BMC, dalam buku tersebut dijelaskan bahwa BMC berdiri di akhir tahun 1928. Di dalamnya ada para peternak sapi perah dan pengusaha susu di Bandung dan sekitarnya. BMC kala itu berkantor di Kebon Sirihweg nomor 58, yang kini berubah menjadi Jalan Aceh nomor 30.

Bangunan Kapel Deetje di Baroe Adjak, tempat peternakan sapi milik Keluarga Ursone di LembangBangunan Kapel Deetje di Baroe Adjak, tempat peternakan sapi milik Keluarga Ursone di Lembang Foto: Whisnu Pradana/detikJabar

Penentuan lokasi BMC di Kebon Sirihweg karena nantinya bermuara pada Logeweg atau Jalan Wastukancana seeta Tjitjendoweg atau yang kini disebut Jalan Cicendo. Hal itu bakal memudahkan pengangkutan susu daru peternakan ke BMC.

Kiprah keluarga Ursone di Lembang yang sukses sebagai peternak sapi dan pengusaha susu sukses, tak membuat Ursone bersaudara lupa diri. Mereka tercatat rajin bederma, salah satunya lahan yang mereka miliki.

"Kalau ada yang tahu Observstorium Bosscha, nah itu lahannya seluas 6 hektare itu hibah dari Keluarga Ursone," kata Malia.

Ada satu hal yang perlu diluruskan, yakni soal rumah Keluarga Ursone. Malia menyebut rumah tua berarsitektur art deco di Baruajak Lembang saat ini bukan merupakan rumah keluarga musisi tersebut.

"Jadi yang sekarang jadi Piknik Kopi Lembang itu bukan rumah Keluarga Ursone, tapi peternakan dan perusahaannya. Sempat beberapa kali berubah fungsi, seperti jadi poliklinik dan terakhir jadi Kapel Deetje, istri dari P. A. Ursone. Kalau rumahnya itu sudah tidak ada, dulu ada di seberang Grand Hotel Lembang, sekarang sudah berubah jadi SPBU swasta dan restoran," kata Malia.

Makam UrsoneMakam Ursone Foto: (Muhamad Fikri Nugraha/d'Traveler)

Peternakan sapi di Lembang tak cuma dimiliki Keluarga Ursone. Ada banyak peternakan sapi lainnya yang juga memproduksi susu berkualitas. Salah satunya milik Nagel dan Meyer M. V.

"Dulu peternakannya itu ada dekat Alun-alun Lembang. Lahannya luas, kemudian sempat dijadikan tempat wisata minum susu sampai tahun 2000-an. Sekarang cuma sisa lahannya saja," kata Malia.

Sampai saat ini Lembang masih dikenal sebagai daerah peternakan sapi, penghasil susu, serta pertanian. Masalah yang dihadapi peternak saat ini lebih kompleks. Mulai dari harga jual susu yang tak stabil, hingga tudingan pencemaran sungai oleh kotoran hewan.

Menurut Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) KBB, Wiwin Aprianti mengatakan tak mudah untuk mengentaskan masalah pencemaran kotoran hewan di sungai.

"Kendalanya memang di lahan. Peternak di Lembang ini tidak punya lahan luas untuk menampung kotoran sapinya," kata Wiwin saat ditemui, Jumat (25/7/2025).

Wiwin menyebut dari 6 ribuan lebih peternak sapi di Lembang dengan jumlah populasi sapi sebanyak 26.300-an ekor, penyelesaian kotoran hewan yang dihasilkan diperkirakan baru 30 persennya.

"Mungkin baru 30 persennya terselesaikan dengan biogas, cacing untuk kosmetik, pupuk organik. Nah yang harus diselesaikan ini 70 persennya. Mereka juga terkendala ketersediaan anggaran kalau harus membuat pengolahan limbah sendiri," kata Wiwin.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads