Belasan sapi milik peternak di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) mati mendadak. Kematian ternak itu terjadi sejak awal tahun 2025.
Petugas dari Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Bandung Barat melakukan investigasi. Kondisi kandang dicek, kemudian sampel makanan hingga darah ternak yang masih hidup dan mati diambil untuk diuji laboratorium.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil uji laboratorium akhirnya keluar. Kepala Bidang Kesehatan Hewan pada Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Kabupaten Bandung Barat (KBB) Acep Rohimat mengatakan, penyebab kematian 16 ternak itu bukan karena wabah.
"Sesuai hasil antigen Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serts pemeriksaan kimia, semuanya aman. Tidak ditemukan penyakit, jadi ini berkaitan dengan manajemen kandang," kata Acep saat dikonfirmasi, Kamis (31/7/2025).
Berdasarkan pemeriksaan darah ternak yang mati, hewan tersebut diketahui mengalami kekurangan asupan kalsium dan energi. Hal itu yang menyebabkan sapi betina itu mati terlebih dalam masa laktasi.
"Hasil lab menunjukkan sapi itu kurang kalsium dan energi. Apalagi sapi baru melahirkan dan sedang dalam masa laktasi, kebutuhan energi dan kalsiumnya cukup tinggi," ujar Acep.
Temuan lain dari dalam tubuh bangkai sapi itu terdapat benda asing seperti paku dan tali tambang. Hal itu diketahui berdasarkan pembedahan yang dilakukan dokter hewan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU).
"Laporan dari dokter keswan, itu ternyata setelah dibedah dari dalam perut bangkai sapi ditemukan benda asing seperti paku, lalu tambang," kata Acep.
Dari hasil pengecekan kandang yang dilakukan sebelumnya, pihaknya menggarisbawahi beberapa poin penting. Terutama soal kebersihan kandang sapi, yang dianggapnya masih kurang memadai. Ia kemudian meminta peternak menerapkan biosecurity.
"Salah satu faktor penting dalam menjaga kesehatan ternak adalah biosecurity kandang. Kemudian kalau ada hewan sakit, itu dipisahkan dengan yang sehat. Lapor ke dinas jika ada yang sakit," kata Acep.
(mso/mso)