Menelusuri Peternakan Sapi di Lembang yang Dicap Cemari Cikapundung

Menelusuri Peternakan Sapi di Lembang yang Dicap Cemari Cikapundung

Whisnu Pradana - detikJabar
Jumat, 25 Jul 2025 19:30 WIB
Peternakan sapi di Lembang, Bandung Barat.
Peternakan sapi di Lembang, Bandung Barat. (Foto: Whisnu Pradana)
Bandung Barat -

Peternakan sapi yang tersebar di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) dicap sebagai sumber pencemar aliran sungai yang bermuara ke Sungai Cikapundung, Kota Bandung.

detikJabar menelusuri keberadaan peternakan sapi yang disinyalir membuang kotoran hewannya ke sungai secara langsung. Perjalanan diawali dari Desa Kayuambon menuju Desa Cikidang, daerah yang diyakini akan keberadaan peternak sapi pencemar sungai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjalanan menggunakan sepeda motor itu, melewati area perkebunan warga. Di sebelahnya, mengalir sungai kecil yang debitnya lumayan deras. Dari warna airnya, bisa terlihat dengan jelas memang tercemar limbah kotoran hewan. Warna airnya kehijauan agak pekat juga berbusa.

Perjalanan berlanjut sampai ke Kampung Cireyod serta Cikareumbi, Desa Cikidang, Lembang. Cukup sulit menemukan keberadaan peternakan sapi, di dua kampung itu justru kebanyakan area perkebunan serta rumah-rumah warga.

ADVERTISEMENT

Akhirnya detikJabar berhasil menemukan satu peternakan sapi di Kampung Cireyod, Desa Cikidang, Lembang. Lokasinya memang agak 'ngumpet', di antara perkebunan warga, dengan pagar tertutup. Tak ada yang bakal menyangka kalau bangunan itu merupakan peternakan sapi.

Peternakan sapi di Lembang, Bandung Barat.kondisi sungai di Lembang tercemar limbah kotoran sapi Foto: Whisnu Pradana

detikJabar berkesempatan ngobrol dengan Rustadin, salah seorang pengurus peternakan tersebut. Rustadin mengatakan peternakan tempatnya bekerja sudah mengolah kotoran sapi menjadi pupuk.

"Kalau di sini, kotorannya sudah dijadikan pupuk organik. Jadi dikumpulkan kemudian dikeringkan, nanti dimasukkan ke dalam karung," kata Rustadin saat ditemui, Jumat (25/7/2025).

Kotoran sapi dari peternakan itu disimpan di bagian belakang. Dibiarkan begitu saja di atas tanah. Tak pelak, lalat mengerubungi gundukan kotoran sapi tersebut. Warnanya hijau pekat, sudah agak mengering.

"Memang ini kita kasihkan gratis buat warga di sini yang bertani, ya lumayan bantu-bantu kebutuhan pupuk mereka. Kurang tahu juga mereka cuma pakai organik saja atau pakai pupuk kimia juga," kata Rustadin.

Di belakang peternakan itu ada selokan yang nantinya mengalir ke Sungai Cikawari. Kondisinya memang juga hijau, namun ia berdalih bahwa tak pernah sengaja membuang limbah kotoran hewan ke sungai atau saluran air.

"Enggak pernah, karena berbahaya kalau kita buang ke sungai. Ya paling ada sedikit-sedikit yang masuk (ke sungai) itu kan enggak sengaja," kata Rustadin.

Menurutnya, cukup sulit menelusuri keberadaan peternak yang membuang kotoran sapi langsung ke sungai. Bukan tidak ada, namun tak mudah menangkap basah pelakunya.

"Masalahnya kan di sini peternak itu pribadi, di rumah juga kandangnya. Bukan kandang yang lahannya luas seperti peternak skala besar, di sini cuma peternak kecil. Paling seorang cuma punya 2 sampai 5 ekor sapi," kata Rustadin.

Peternak lainnya, Hidayat (65), justru bertolak belakang dengan Rustadin. Ia mengakui memang membuang kotoran sapi ke sungai namun tidak dalam jumlah banyak. Ia tak mau menunjukkan kandang sapinya di daerah Cibogo, Lembang.

"Iya saya salah satu yang buang limbah kotoran sapi ini ke sungai. Ya karena di saya lahannya ini sempit, bingung mau buang kotorannya kemana," kata Hidayat.

Ia mengaku dampak dari perbuatannya bisa mencemari lingkungan. Namun hal itu terpaksa dilakukan, terlebih beternak sapi buatnya merupakan pekerjaan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Ya karena saya cuma bekerja ini, jangankan buat penampungan limbah kotoran sapi, buat makan saja pas-pasan. Ini juga kan sapinya bukan punya saya semua, ada yang nitip," kata Hidayat.

Diberitakan sebelumnya, Kepala UPTD Tahura Ir H Djuanda Bandung Lutfi Erizka mengatakan dari hasil pantauannya, ada 20 ribuan sapi dari 3.000-an peternak yang berada di Lembang. Mereka membuang kotoran sapinya ke Sungai Cikapundung hingga mencapai 234 ton per hari.

"Beberapa kali sudah dilakukan koordinasi dan kolaborasi dengan OPD terkait, bahkan sudah mengunjungi kolam tando untuk dilakukan mitigasi ke depan seperti apa. Kami harapkan ini harus jadi skala prioritasnya pemda," katanya, Kamis (24/7/2025).

Lutfi menyatakan dampak pencemaran Cikapundung membuat aliran sungai berubah warna menjadi kehijauan. Kemudian, air sungai juga mengeluarkan bau tak sedap dari kotoran sapi yang dibuang dari wilayah peternakan di Lembang.

"Apalagi kalau di atas di kolam tando Pakar, ketika airnya surut, itu baunya sangat mengganggu bahkan sampe ke kantor kami. Dan endapan di kolam tandonya itu semua nyaris kotoran hewan," ucapnya.

Jalan Terjal Penyelesaian Pencemaran

Pencemaran kotoran hewan di Sungai Cikapundung, Kota Bandung, tengah jadi sorotan. Sumbernya diyakini berasal dari peternakan sapi di daerah Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Jika dilihat di hulunya, memang aliran sungai di daerah Maribaya, berwarna hijau pekat dengan buih putih. Hal itu menandakan aliran sungai itu dicemari kotoran hewan dari sapi milik peternak.

Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) KBB, Wiwin Aprianti mengatakan tak mudah untuk mengentaskan masalah pencemaran kotoran hewan di sungai.

"Kendalanya memang di lahan. Peternak di Lembang ini tidak punya lahan luas untuk menampung kotoran sapinya," kata Wiwin.

Wiwin menyebut dari 6 ribuan lebih peternak sapi di Lembang dengan jumlah populasi sapi sebanyak 26.300-an ekor, penyelesaian kotoran hewan yang dihasilkan diperkirakan baru 30 persennya.

"Mungkin baru 30 persennya terselesaikan dengan biogas, cacing untuk kosmetik, pupuk organik. Nah yang harus diselesaikan ini 70 persennya. Mereka juga terkendala ketersediaan anggaran kalau harus membuat pengolahan limbah sendiri," kata Wiwin.

Pengentasan masalah pencemaran ini akhirnya didengar oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat. Ada beberapa langkah penanganan pencemaran limbah kotoran sapi yang sudah disiapkan.

"Nanti informasinya akan dibikin kolam tandon di lahan salah satu perusahaan bekerjasama dengan provinsi, dan itu sudah kita bahas. Nanti dari hulu kotoran akan ditampung, lalu akan dibuatkan semacam pengolahannya," kata Wiwin.

Sebetulnya, kata Wiwin, peternak yang membuabg limbah kotoran sapi ke aliran sungai diyakini hanya segelintir saja. Terutama mereka peternak mandiri yang cuma memiliki sedikit sapi peliharaan.

"Enggak semua ke sungai, kalau semua ya sungai tercemar parah. Sebenarnya yang ada lahan saya yakin sudah sadar, memang perlu Ipal. Cuma kendalanya yang perorangan, lahan terbatas. Sebetulnya kan kotoran ini sangat bagus buat pupuk, tapi itu tadi mereka enggak ada lahan," ucap Wiwin.

Salah satu yang sudah mengelola kotoran sapi dengan baik ialah Rustadin. Peternak asal Kampung Cireyod, Desa Cikidang, Lembang. Ia mengatakan di peternakan tempatnya bekerja sudah mengolah kotoran sapi menjadi pupuk.

"Kalau di sini, kotorannya sudah dijadikan pupuk organik. Jadi dikumpulkan kemudian dikeringkan, nanti dimasukkan ke dalam karung," kata Rustadin.

Kotoran sapi dari peternakan itu disimpan di bagian belakang. Dibiarkan begitu saja di atas tanah. Tak pelak, lalat mengerubungi gundukan kotoran sapi tersebut. Warnanya hijau pekat, sudah agak mengering.

"Memang ini kita kasihkan gratis buat warga di sini yang bertani, ya lumayan bantu-bantu kebutuhan pupuk mereka. Kurang tahu juga mereka cuma pakai organik saja atau pakai pupuk kimia juga," kata Rustadin.

(sud/sud)


Hide Ads