Struktur Batu di Gunung Tangkil Diduga Bekas Benteng Megalitik

Kabupaten Sukabumi

Struktur Batu di Gunung Tangkil Diduga Bekas Benteng Megalitik

Siti Fatimah - detikJabar
Kamis, 31 Jul 2025 15:30 WIB
Para peneliti BRIN dan Museum Prabu Siliwangi saat melakukan observasi di Gunung Tangkil.
Para peneliti BRIN dan Museum Prabu Siliwangi saat melakukan observasi di Gunung Tangkil. (Foto: Dok. Museum Prabu Siliwangi)
Sukabumi -

Gunung Tangkil yang terletak di Cikakak, Kabupaten Sukabumi kembali menarik perhatian kalangan peneliti. Tim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Museum Prabu Siliwangi melakukan observasi lanjutan di kawasan itu, setelah sebelumnya sempat meninjau lokasi serupa pada Mei lalu.

Kunjungan tersebut bukan tanpa alasan. Gunung Tangkil selama ini menyimpan sejumlah artefak yang sebelumnya telah diamankan dan dipamerkan di Museum Prabu Siliwangi, Kota Sukabumi. Kini, para peneliti ingin menelusuri lebih jauh asal usul benda-benda bersejarah itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Barang-barang di museum itu berasal dari sini. Peneliti ingin memastikan keberadaan lokasi asalnya," ujar KH Fajar Laksana, pendiri Museum Prabu Siliwangi, Kamis (31/7/2025).

Dalam penelitian tersebut, ahli BRIN menjumpai beberapa temuan menarik. Salah satunya struktur batu sepanjang 40 meter hingga fosil gigi babi.

ADVERTISEMENT

Dwiyani Yuniawati Umar selaku Ahli Prasejarah BRIN menduga bentuknya mirip pagar atau tembok pembatas dari masa megalitik. Namun, pihaknya membutuhkan penelitian lanjutan untuk memastikan temuan tersebut.

"Strukturnya memanjang, bisa jadi pagar atau benteng zaman dulu. Tapi untuk membuktikannya, kami perlu survei lanjutan yang lebih luas," katanya.

Para peneliti BRIN dan Museum Prabu Siliwangi saat melakukan observasi di Gunung Tangkil.Para peneliti BRIN dan Museum Prabu Siliwangi saat melakukan observasi di Gunung Tangkil. (Foto: Dok. Museum Prabu Siliwangi)

Dwi menegaskan, survei tak cukup hanya dilakukan di satu titik. Sebab, area Gunung Tangkil diyakini sebagai bagian dari kawasan yang lebih besar.

"Kalau bicara situs megalitik, biasanya ada pola keterhubungan antar titik. Dalam radius 5 kilometer dari lokasi utama, bisa saja ditemukan situs penunjang lainnya," sambungnya.

Karena temuan ini, BRIN mendorong pemerintah daerah untuk menjadikan Gunung Tangkil sebagai situs cagar budaya. "Status cagar budaya bisa diusulkan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Sukabumi. Ini penting agar lokasi ini mendapat perlindungan hukum," tegasnya.

Sementara itu, Zubair Mas'ud selaku ahli prasejarah lingkungan BRIN mengungkapkan, tim juga menemukan batu tegak yang diduga menhir di teras keempat situs. Di area itu, ditemukan dua susunan batu mengapit satu batu besar yang berdiri.

"Kami menduga itu menhir, batu yang biasa dipakai sebagai simbol pada zaman megalitik," jelasnya.

Zubair juga menyoroti struktur panjang yang ditemukan di sisi selatan, yang diduga sebagai bagian dari fondasi kuno. Namun, hanya sebagian sisi yang terlihat karena tertutup pepohonan.

Terkait temuan fosil gigi babi, dia menyebut bahwa itu sudah melalui proses fosilisasi. Meski begitu, ia belum bisa memastikan apakah gigi tersebut berasal dari babi endemik masa lalu atau spesies modern yang masih hidup di sekitar Gunung Tangkil.

"Kami menemukan satu spesimen gigi, kemungkinan berasal dari habitat alami di lembah sekitar gunung. Tapi butuh penelitian lanjutan," jelasnya.

Rencananya, BRIN akan kembali melakukan observasi pada awal September mendatang dengan metode pengamatan udara. Hal ini dilakukan karena kondisi hutan yang lebat menyulitkan pemetaan visual secara menyeluruh dari darat.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads