Perjalanan Terakhir Yuswandi, Pendaki yang Meninggal di Gunung Slamet

Kabupaten Sukabumi

Perjalanan Terakhir Yuswandi, Pendaki yang Meninggal di Gunung Slamet

Siti Fatimah - detikJabar
Minggu, 27 Jul 2025 19:32 WIB
Yuswandi, pendaki asal Sukabumi yang meninggal dunia di Gunung Slamet usai dimakamkan di tanah wakaf
Yuswandi, pendaki asal Sukabumi yang meninggal dunia di Gunung Slamet dimakamkan di tanah wakaf (Foto: Siti Fatimah/detikJabar)
Sukabumi -

Langit mendung seakan turut berduka. Di bawah tenda yang dibentangkan, seorang pemuda duduk menunduk memandangi tanah merah yang masih lembap. Aroma bunga segar bercampur bau tanah basah menusuk hidung, mengingatkan jika kepergian itu nyata, tak bisa ditawar.

Pemuda itu adalah Ghazi Adias Alghazali, anak dari Yuswandi (46), pendaki asal Sukabumi yang menghembuskan napas terakhir di Gunung Slamet. Yuswadi warga Kampung Kebon Pala, RT 01/RW 07 Desa/Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi bersama sang istri, melakukan pendakian ke Gunung Slamet pada Selasa (22/7) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini bukan kali pertama mereka menapak jalur terjal bersama. Gunung Merbabu, Sindoro, Gede, dan Ciremai pernah jadi saksi kebersamaan mereka. Tapi kali ini berbeda. Takdir tak mengizinkan Yuswandi pulang dengan napas utuh.

Yuswandi dan istrinya memang pencinta alam. Di usia 40-an, keduanya tetap semangat mendaki, namun selalu dengan perhitungan matang. Mereka menyewa porter agar tidak terbebani, hanya ingin menikmati alam tanpa ambil risiko. Tujuan pendakian kali ini jelas ke puncak Slamet.

ADVERTISEMENT

Namun di tengah perjalanan, Yuswandi jatuh sakit. Diduga karena kelelahan, tubuhnya tak lagi mampu menyesuaikan diri dengan kondisi ekstrem di ketinggian. Tim SAR segera bergerak, mengevakuasi Yuswandi dalam keadaan sudah tak bernyawa.

"Kami langsung berkomunikasi dengan tim SAR, juga dengan ibu saya yang mendampingi saat itu. Setelah dievakuasi, jenazah langsung dibawa ambulans ke arah Sukabumi karena kami tidak ingin terlalu lama menunda," kata Ghazi Adias Alghazali Yuswandi (21) selaku anak almarhum di rumah duka, Minggu (21/7/2025).

Rencana membawa jenazah ke rumah sakit sempat ada, namun urung dilakukan. Keluarga menilai proses itu hanya akan memakan waktu, sementara mereka telah menerima peristiwa ini sebagai takdir dari Yang Maha Kuasa.

"Kami sudah ikhlas, ini musibah. Tidak ada hal lain yang mencurigakan, dan tidak ingin memperpanjang dengan pemeriksaan medis," lanjutnya.

Perjalanan pulang dari Jawa ke Sukabumi pun dilakukan dengan cepat. Ambulans yang membawa jenazah bertemu rombongan keluarga di Cirebon sekitar pukul 05.00 WIB. Dari sana, mereka melanjutkan perjalanan bersama menuju tanah wakaf milik keluarga.

Tanah itu bukan sembarang tanah. Di atasnya kini berdiri yayasan Kuttab Al-Fatih, sekolah berbasis pendidikan ala zaman Nabi. Yuswandi sendiri terlibat aktif di sana, baik dalam organisasi maupun kegiatan pendidikan. Sebelum meninggal, ia sempat berwasiat agar kelak jika meninggal, dimakamkan di tanah ini. "Karena ada keberkahan di tanah ini. Ini juga amanah almarhum, jadi kita tunaikan," ujarnya

Sosok Yuswandi dikenal dekat dengan alam dan aktif di kegiatan keislaman. Terakhir, ia mendaki Gunung Gede bersama rombongan 11 orang, termasuk istri dan anaknya.

(iqk/iqk)


Hide Ads