Alasan WHO Larang Penggunaan Asbes untuk Atap Rumah

Alasan WHO Larang Penggunaan Asbes untuk Atap Rumah

Ilham Fikriansyah - detikJabar
Senin, 28 Jul 2025 06:30 WIB
Atap asbes via strandek
Ilustrasi atap asbes (Foto: Atap asbes via strandek)
Bandung -

Di sejumlah rumah, atap berbahan asbes masih sering digunakan. Salah satu faktor utamanya adalah harga asbes yang relatif murah, sehingga menjadi pilihan banyak orang.

Asbes sendiri merupakan material yang berasal dari serat silikat alami, yang dicampur dengan semen atau bahan pengikat lain. Selain dimanfaatkan sebagai penutup atap, asbes juga kerap digunakan untuk membuat dinding dan pagar rumah karena sifatnya yang tahan terhadap panas dan api.

Namun, saat ini penggunaan asbes sebagai bahan atap telah dilarang oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini disebabkan oleh risiko kesehatan yang ditimbulkan dari paparan asbes.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip laporan dari BBC, asbes dapat mengeluarkan partikel halus ke udara. Ketika partikel tersebut terhirup, seratnya bisa masuk dan menempel di paru-paru manusia. Ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga sulit untuk dicegah agar tidak terhirup.

Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, diameter serat asbes bahkan kurang dari 3 mikrometer-jauh lebih kecil dibandingkan sehelai rambut manusia yang rata-rata memiliki diameter 700 kali lebih besar. Efek dari paparan serat ini biasanya tidak langsung terasa, namun bisa muncul setelah 20 hingga 30 tahun. Bahkan, serat asbes dapat bertahan di tubuh manusia dalam jangka waktu yang sangat lama.

ADVERTISEMENT

Penyakit yang Muncul Akibat Menghirup Asbes

Dikutip dari NSW Health, menghirup serat asbes dapat merusak jaringan paru-paru sehingga dapat membatasi pernapasan dan mengganggu kemampuan oksigen untuk memasuki aliran darah. Kondisi ini disebut juga fibrosis paru dan pneumonitis interstisial.

Selain itu, serat asbes juga dapat memicu kanker paru-paru agresif dan mesothelioma. Penyakit ini termasuk salah satu kanker yang dapat menyerang membran pelindung sekitar paru-paru, jantung, dan perut yang memicu tumor ganas. Kanker ini termasuk jenis penyakit yang cukup langka.

Meski begitu, penyakit tersebut akan muncul jika seseorang berada di sekitar asbes tingkat tinggi dalam jangka waktu lama. Apabila hanya berada di dekat asbes dalam sementara waktu, maka dampaknya tidak terlalu buruk bagi kesehatan.

Akibat risiko yang sangat tinggi, WHO resmi melarang penggunaan asbes karena sifatnya yang karsinogen atau dapat menyebabkan kanker. Menurut data WHO pada 2016, terdapat 200.000 kasus kematian karena menghirup serat asbes. Angka tersebut setara dengan 70 persen kasus kematian yang disebabkan oleh kanker yang timbul di tempat kerja.

Aturan Penggunaan Asbes di Indonesia

Sebagai bentuk pencegahan, WHO telah menerima laporan dari 50 negara yang telah menetapkan pelarangan penggunaan asbes. Indonesia termasuk negara yang memiliki aturan khusus soal pembatasan penggunaan asbes untuk material bangunan.

Dalam catatan detikcom, Dinkes DKI Jakarta telah melakukan sosialisasi terkait penggunaan asbes melalui media sosialnya. Dalam Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999, asbes merupakan bahan beracun berbahaya (B3) sehingga perlu dihindari.

Penggunaan asbes untuk material bangunan juga telah dibatasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, syarat penggunaan material asbes yang diperbolehkan maksimal hanya 5 serat/ml.

Pilihan Material Atap Pengganti Asbes

Ada banyak material untuk atap rumah yang bisa dipilih selain asbes. Dikutip dari catatan detikProperti, berikut pilihannya:

1. Genteng Beton

Material atap ini biasanya digunakan untuk rumah berkonsep minimalis karena punya tampilan yang serbaguna dan bersih. Genteng beton disebut tahan lama, anti api, dan anti rayap.

2. Genteng Tanah Liat

Jenis atap yang satu ini terbuat dari tanah liat yang dibentuk, kemudian dibakar hingga keras. Genteng tanah liat diklaim dapat menahan panas dan suara dari luar, terutama saat hujan.

3. Genteng Metal Pasir

Atap jenis ini terbuat dari campuran seng, aluminium, serta silikon. Atap ini biasanya digunakan untuk bangunan modern karena pemasangannya mudah.

4. Genteng uPVC

Genteng ini terbuat dari bahan unplasticized polyvinyl chloride (uPVC) yang merupakan turunan dari PVC. Material genteng ini disebut lebih kaku dan tidak elastis layaknya PVC sehingga lebih kokoh dan tahan lama.

Artikel ini telah tayang di detikProperti

(ilf/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads