Toleransi Jadi Materi Utama MPLS di SLBN A Pajajaran

Toleransi Jadi Materi Utama MPLS di SLBN A Pajajaran

Rifat Alhamidi - detikJabar
Selasa, 15 Jul 2025 13:52 WIB
Suasana MPLS di SLBN A Pajajaran Kota Bandung
Suasana MPLS di SLBN A Pajajaran Kota Bandung (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar).
Bandung - Tahun ajaran baru kini mulai menjadi kesibukan bagi orang tua di Jawa Barat (Jabar). Sedari pagi, mereka harus mengantarkan anak-anaknya pergi ke sekolah untuk mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) 2025.

Suasana tak jauh berbeda juga terlihat di SLBN A Pajajaran. Anak-anak dari mulai jenjang SD, SMP dan SMA, berkumpul di satu ruangan yang sama untuk mendapatkan pengarahan dari guru-gurunya.

Namun yang berbeda, ada satu materi yang terus ditekankan kepada anak-anak berkebutuhan khusus ini. Materi itu tentang toleransi yang mengajarkan nilai kebersamaan lintas perbedaan, agar setiap anak bisa menghargai satu sama lain sebagai sesama manusia.

Hasilnya, pesan mendalam yang diajarkan para guru itu pun dipraktikkan dengan riang gembira di SLBN A Pajajaran. Misalnya saja, anak-anak yang normal dalam penglihatan, akan membantu teman-temannya yang buta untuk berjalan menyusuri ruang-ruang kelas.

SLBN A Pajajaran saat ini memiliki total sekitar 114 pelajar berbagai jenjang. Sedangkan untuk murid baru yang mengikuti MPLS 2025 berjumlah 30 orang.

"MPLS di sini berjalan lancar sejak hari pertama. Kami sudah kolaborasi dengan TNI-Polri, dan sekarang memasuki hari kedua," kata Kepala Sekolah SLBN A Pajajaran Gun Gun Guntara, Selasa (15/7/2025).

Ia mengungkap, panitia sedikit memodifikasi hari kedua MPLS di SLBN A Pajajaran. Sebab sesuai jadwal, seharusnya, masa pengelanan itu dilakukan anggota TNI untuk mengisi materi kepada para siswa.

"Sekarang ada kendala teknis, karena TNI sedang ada agenda di satuannya. Jadi hari ini ada perubahan jadwal dan dilaksanakan oleh kita. Tapi prinsipnya kita sudah koordinasi dengan panitia MPLS," ucap Gun Gun.

Kemudian, Gun Gun mengatakan bahwa aturan baru era Gubernur Jabar Dedi Mulyadi mulai diberlakukan di SLBN A Pajajaran. Salah satunya terkait jam masuk sekolah 06.30 WIB, meski belum diterapkan secara keseluruhan.

"Kalau secara umum, mereka sudah mengikuti yang tertera dalam jadwal. Tapi jika terjadi keterlambatan, itu hal yang wajar," ungkapnya.

"Pada intinya mereka tidak lebih dari jam 7, mereka sudah tepat waktu, mereka dapat melaksanalan MPLS secara utuh," tuturnya.

Gun Gun pun menyatakan, secara keseluruhan, MPLS di SLBN A Pajajaran lebih mengedepankan pendekatan berbeda terhadap murid baru. Mereka tak hanya disibukkan dengan materi-materi pengenalan lingkungan, tapi juga penyesuaian agar pola pembelajaran bisa lebih nyaman.

"Murid baru di sini harus menyesuaikan dengan lingkungan sekolah. Tentu yang saya harapakan, mereka menyukai, menyenangi, lingkungan sekolah," pungkasnya.

Harapan Orang Tua Siswa

Semnetara itu, tak hanya murid baru yang mendapatkan materi tentang pengenalan lingkungan sekolah. Orang tuanya juga ikut belajar supaya sang anak bisa mandiri di masa depan.

Subagio salah satunya. Ayah dari Pranaya Tungga, siswa SMA di SLBN A Pajajaran ini begitu sabar dan telaten menunggu hingga membantu sang anak mengikuti sang anak belajar di ruangan.

Selama di SLBN A Pajajaran, Subagio membeberkan anaknya perlahan sudah memperlihatkan perubahan. Akan tetapi, ia menyadari, sang anak harus banyak bersosialisasi agar perkembangannya makin meningkat dari hari ke hari.

"Kalau perkembangan, Alhamdulillah, banyak. Terasa lah, cuma harus banyak bersosialisasi dan berkomunikasi sama teman-temannya," kata Subagio saat berbincang dengan detikJabar, Selasa (15/7/2025).

Meski ada perubahan, Subagio tetap tak bisa membohongi perasaannya ketika melepaskan sang anak untuk belajar mandiri di sekolah. Sebab, sang anak harus tetap dipantau lantaran mengalami gangguan masalah mental.

Namun demikian, ada keyakinan dalam benak Subagio untuk perkembangan sang anak di masa mendatang. Untuk itu, Subagio berharap pemerintah tetap turun tangan membantu perkembangan para murid berkebutuhan khusus di SLBN A Pajajaran.

"Rasa khawatir mah pasti ada. Jadi harapannya, pemerintah jangan lepas perhatian, harus tetep diperhatikan nasib anak-anak ini. Jadi bukan dari orang tua aja perhatiannya, pemerintah juga wajib hadir," pungkasnya.


(ral/mso)


Hide Ads