Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi soal larangan study tour kini menimbulkan kegaduhan. Massa dari Solidaritas Para Pekerja Pariwisata Jabar menggelar demo besar-besaran untuk menuntut supaya aturan itu segera dicabut.
Aturan yang dimaksud tertuang dalam Surat Edaran Nomor 43/PK.03.03/KESRA. Massa bahkan bertahan hingga petang, dan memblokade jalan yang menuju Flyover Mochtar Kusumaatmadja atau Flyover Pasupati dan mendesak supaya tuntutannya segera dijalankan.
Atas kondisi ini, Ketua Fraksi PPP DPRD Jabar Zaini Sofari ikut berkomentar. Ia meminta, supaya Dedi Mulyadi menurunkan egonya dan bisa duduk bersama dengan para pendemo untuk mencari solusi yang menguntungkan semua pihak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gubernur memang punya otoritas dengan visi misinya, tapi harus diimbangi dengan pengambilan keputusan melalui penyerapan aspirasi yang ada di masyarakat. Sehingga semua kebijakannya menjadi populis, menjadi membumi dan membantu kesejahteraan masyarakat," katanya saat berbincang dengan detikJabar, Senin (21/7/2025).
Zaini kemudian merunut awal mula surat edaran soal larangan study tour ini bisa keluar. Sebelumnya, ada surat imbauan yang ditetapkan, tapi kemudian pejabat yang melanggar langsung mendapat sanksi pencopotan.
Pejabat yang dimaksud ada Kepala Sekolah SMAN 6 Depok. Padahal menurut Zaini, pada saat itu, Dedi Mulyadi belum lama dilantik menjadi Gubernur Jabar.
"Jadi jangan kemudian yang setiap gubernur inginkan harus jadi sebuah keputusan yang mutlak menjadi regulasi. Karena banyak dampak yang diakibatkan dari pernyataan gubernur yang kemudian menjadi keputusan, salah satunya itu. Sebelumnya, itu hanya imbauan, tapi udah berani melakukan pemecatan. Terus, eksesnya kan terasa hari ini, dari dunia pariwisata," papar Zaini.
Secara keseluruhan, Zaini yang juga anggota Komisi V DPRD Jabar itu sepakat dengan tujuan Dedi Mulyadi melarang study tour karena tidak mau membebani orang tua siswa. Namun demikian, kata dia, ada komponen lain yang harus diperhatikan dan jangan sampai mendapatkan imbas dari kebijakan yang dikeluarkan.
Oleh karena itu, Zaini pun memberikan nasihat kepada Dedi Mulyadi untuk menurunkan egonya soal masalah ini. Jangan sampai, kata Zaini, Dedi Mulyadi malah berujung seperti Raja Midas, sebuah cerita fiktif zaman Yunani kuno yang menggambarkan egoisme seorang pemimpin.
"Saya yakin, Kang Dedi itu pemimpin. Maka pemimpin itu harus mau mendengarkan apa yang menjadi masukan dari rakyatnya. Kalau tidak pernah mau mendengar masukan dari rakyatnya, khawatir jadi Raja Midas," ucapnya.
"Itu cerita dulu, jadi digambarkan dia adalah seorang raja dengan segala sesuatu yang dia inginkan terpenuhi semua. Sampai-sampai yang disentuhnya jadi emas, istrinya juga jadi emas. Maka tidak ada kehidupannya selain emas."
"Artinya, hanya kepongahan, hanya keserakahan dan ego yang dia punya. Kang Dedi pun jangan jadi begitu, kalau ada masukan, sama-sama untuk didengarkan. Kemudian diolah menjadi sebuah keputusan, tapi setelah mendengarkan masukan dari sana sini," pungkasnya.
(ral/mso)