Saat melakukan monitoring langsung ke sekolah, Zaini menyoroti sejumlah persoalan, terutama soal keterbatasan fasilitas belajar akibat penambahan rombongan belajar (rombel).
Zaini yang hadir di lokasi sejak pukul 06.15 WIB, melihat langsung bagaimana siswa datang dengan waktu masuk sekolah yang lebih pagi yakni pukul 06.30 WIB. Menurutnya, masih banyak siswa yang belum terbiasa dengan aturan baru itu.
"Begitu pukul 06.30, banyak siswa yang hadir meski ada beberapa yang datang terlambat. Mungkin masih perlu adaptasi ya," ujar Zaini, Senin (14/7/2025).
Menurutnya, siswa kelas X yang menjadi peserta MPLS justru terlihat lebih siap dibandingkan siswa kelas XI dan XII. "Kelas X karena dia baru dan ikut MPLS, sepertinya lebih siap. Tapi anak kelas XI dan XII mungkin yang belum terbiasa," ujarnya.
Namun, yang menjadi sorotan utama Zaini adalah kondisi ruang kelas, khususnya bagi siswa kelas X. Ia menemukan banyak siswa yang tidak mendapatkan meja belajar. Ia mencatat setidaknya terdapat kebutuhan sekitar 88 meja tambahan yang harus segera dipenuhi.
"Di ruang kelas tadi banyak siswa yang tidak memiliki meja, sehingga itu perlu diperhatikan. Semua kelas X kekurangan meja, sehingga siswa yang tidak dapat meja disimpan di belakang," ungkapnya.
"Kalau kursi ada semua, meja yang tidak ada. Ini ekses dari penambahan rombel itu. Rata-rata di SMAN 1 ini ada penambahan dari 36 jadi 44 siswa, pasti kurang," lanjutnya.
Zaini mendesak Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk segera mengambil langkah cepat dalam mengatasi kekurangan sarana tersebut. Menurutnya, kondisi ini semestinya bisa diantisipasi sejak awal.
"Kan dia harusnya punya antisipasi. Kalau berangkat dari perencanaan yang matang, dia sudah tahu sebelumnya rombel nambah jadi maksimal 50. Berarti satu sekolah akan kekurangan meja berapa," kata Zaini.
Ia pun berharap pemerintah tidak menunggu terlalu lama untuk menyuplai kebutuhan dasar sekolah. "Siapa tahu sudah disiapkan, besok dikirim. Kita gak tahu. Mudah-mudahan," pungkasnya.
(bba/dir)