Gunung Tangkuban Parahu Terus Bergejolak, 270 Gempa Low Frequency Sehari

Gunung Tangkuban Parahu Terus Bergejolak, 270 Gempa Low Frequency Sehari

Whisnu Pradana - detikJabar
Rabu, 04 Jun 2025 11:53 WIB
Ahli Gunungapi tunjukkan aktivitas kegempaan Gunung Tangkuban Parahu
Ahli Gunungapi tunjukkan aktivitas kegempaan Gunung Tangkuban Parahu (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar).
Bandung Barat -

Aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih terus mengalami peningkatan signifikan berdasarkan beberapa kali kejadian gempa yang teramati dari Pos Pengamatan Gunungapi.

Penyelidik Bumi Ahli Utama pada Badan Geologi, Kristiyanto mengatakan, sejak beberapa hari ini, kejadian gempa low frequency terus meningkat dibandingkan dengan jumlah kejadian normal.

"Memang data kegempaan dan deformasi ada tren peningkatan, tanggal 1 Juni itu gempa low frequency 100 kejadian, 2 Juni sekitar 134 kejadian, dan kemarin 3 Juni itu meningkat lagi jadi 270 kejadian," kata Kristiyanto saat ditemui di Lembang, Rabu (4/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peningkatan tersebut dilihat dari jumlah kejadian gempa low frequency, kemudian berdasarkan data deformasi atau penggembungan dari tubuh Gunung Tangkuban Parahu itu sendiri.

"Ini kita pantau dari data Electronic Distance Measurement (EDM) atau GPS. Pengamatan itu tentunya harus sinkron dengan data visual. Kemudian hasil pengamatan itu kita koordinasikan termasuk dengan pengelola wisata," kata Kristiyanto.

ADVERTISEMENT

Pihaknya juga membandingkan data dan pola peningkatan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu kali ini dengan erupsi freatik yang terjadi pada tahun 2019 lalu.

"Tapi bukan cuma peningkatan aktivitas saja, jadi ada faktor lain yang mengiringi erupsi freatik 2013 dan 2019 lalu. Kita terus kaji dan bandingnya polanya ya. Gunung ini termasuk gunung yang sering terjadi erupsi freatik, yakni erupsi yang tidak didahului dengan peningkatan aktivitas secara signifikan," ujar Kristiyanto.

Aktivitas gunung yang berlokasi di Lembang, Kabupaten Bandung Barat berbatasan langsung dengan Ciater, Kabupaten Subang itu meningkat diduga karena banyak faktor.

"Faktornya penyebabnya bisa akibat magma naik ke permukaan atau sistem peningkatan tekanan di dekat permukaan, karena gunung ini termasuk gunung hidrothermal. Cuma sejauh ini belum ada erupsi freatik," kata Kristiyanto.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads