Longsor kembali menerjang kawasan Perumahan Tiara Regency, Desa Limbangan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Bencana terjadi setelah hujan deras mengguyur kawasan itu sejak Kamis (22/5/2025) siang hingga malam, menyebabkan tanah dari tebing setinggi 15 meter longsor dan menutup akses jalan antar blok.
Dari catatan detikJabar, kawasan tersebut juga mengalami longsor pada September 2024 lalu. Saat itu, dua rumah warga tertimbun tanah longsor.
Ketua RW 12, Septa Raji Bagja mengatakan, peristiwa bencana longsor itu terjadi pada Kamis (22/5) setelah warga menunaikan salat Magrib. Menurutnya, longsor kemarin terjadi sebanyak dua kali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kejadian ba'da magrib. Pertama longsor kecil dan warga sudah gotong royong membersihkan karena bahaya kalau tergilas kendaraan. Tapi jam 21.00 hujan deras lagi dan longsor susulan terjadi lebih besar," kata Septa kepada detikJabar, Jumat (23/5/2025).
Tanah longsor menimpa area antara Blok E dan Blok F dengan jarak panjang sekitar 30 meter. Material berupa tanah dan batu besar meluncur deras ke bawah, nyaris menyentuh rumah warga. Akibatnya dua penghuni rumah dievakuasi ke Blok F karena merasa terancam.
"Tidak ada korban jiwa. Tapi rumah warga yang di atas sudah nempel sama material longsor. Mereka langsung kami arahkan (mengungsi) ke tempat lebih aman ke blok F," ujar Septa.
Warga menyebut, lokasi ini bukan pertama kali mengalami longsor. Bahkan sebelumnya pernah terjadi bencana serupa yang menyebabkan dua unit rumah tertimbun. Sejak saat itu, warga sudah mendesak pihak pengembang untuk membangun bronjong penahan tanah, namun tak pernah ada respons.
"Tanah itu di atasnya sawah dan ada aliran irigasi. Harusnya dibronjong untuk tahan tebing. Tapi sampai sekarang nggak ada. Jadi ya wajar kalau longsor terus. Ini lebih parah karena batunya besar," jelasnya.
Longsoran kali ini juga mengganggu aktivitas warga karena jalan utama perumahan tertutup material longsor. "Jalan sempat diblok dulu. Tanahnya tinggi, licin. Kendaraan bisa tergelincir. Bahkan rumah-rumah di Blok F sempat kemasukan air karena kontur tanahnya menurun," tambahnya.
Septa menyesalkan belum adanya perhatian dari pemerintah desa maupun kecamatan. Padahal, kata dia, laporan sudah disampaikan ke pihak terkait.
"Kita sudah lapor ke desa, kecamatan, BPBD. Jawabannya sama, karena belum serah terima, jadi belum bisa dibantu. Kami hanya bisa bersurat. Bantuan moril atau materil tidak ada," ucap dia.
Warga berharap ada mediasi yang difasilitasi pemerintah agar bisa berdialog langsung dengan pengembang. Rata-rata, warga sudah menetap di perumahan tersebut selama lima tahun.
Dengan kondisi tebing yang belum diperbaiki, warga merasa was-was dan dibayang-bayangi longsor susulan ketika cuaca hujan ekstrem. "Warga pasti was-was, dipastikan ketika hujan deras longsor lagi. Kita merasa tidak nyaman, merasa terancam. Yang namanya perumahan pasti satu dinding, menempel, takutnya terdorong juga rumahnya," kata Septa.
"Kita bukan mau menekan, bukan, terlalu egois kalau seperti itu. Tapi kami ingin diajak bicara, cari solusi bareng. Kalau harus gotong royong, kami siap tapi jangan seolah warga ditelantarkan. Kita tinggal di sini bukan sementara, ini rumah kami," sambungnya.
Hingga saat ini, warga melakukan evakuasi material longsoran secara mandiri. Menurutnya, warga membutuhkan alat berat untuk memindahkan material longsoran dari jalan pemukiman.
Dikonfirmasi terpisah, Manager Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna mengaku belum mendapatkan laporan terkait bencana alam longsor yang terjadi di perumahan tersebut. Sementara itu, kejadian serupa juga terjadi di Kampung Cicau, Desa Selaawi, Kecamatan Sukaraja.
"Belum masuk (laporannya). Pemantauan kejadian bencana alam di Kecamatan Sukaraja baru masuk yaitu longsor di Kampung Cicau tebing setinggi 2,5 meter panjang longsoran 10 meter," kata Daeng.
"Upaya yang sudah dilaksanakan penanganan pertama oleh warga di lokasi kejadian dan koordinasi bersama berbagai pihak. Sementara kebutuhan mendesak bronjong dan bahan material," tambahnya.
Bencana Meluas, Warga Diimbau Waspada
Dampak bencana alam di Kota Sukabumi yang disebabkan hujan deras selama hampir tujuh jam pada Kamis (22/5) sore hingga malam semakin meluas. Sedikitnya 20 titik terdampak banjir limpasan dan tanah longsor, tersebar di seluruh kecamatan di kota tersebut.
"Hujan mulai turun sejak pukul 15.00 sampai 22.00 WIB. Selama itu curah hujan cukup tinggi dan menyebabkan bencana di beberapa lokasi," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Novian Rahmat kepada detikJabar, Jumat (23/5/2025).
Dari total 20 titik terdampak, tiga di antaranya mengalami tanah longsor, masing-masing terjadi di Kampung Pangkalan, Subangjaya, dan Babakan Jampang. Sementara banjir limpasan paling parah tercatat di wilayah Kecamatan Cibeureum, disebabkan saluran air yang tersumbat sampah.
"Longsor mengancam satu rumah di Kampung Pangkalan dan tiga rumah di Subangjaya. Sudah kami evakuasi, dan saat ini sedang dalam penanganan," jelasnya.
Sebanyak 31 rumah dengan total 33 kepala keluarga (KK) terdampak bencana. Meskipun tidak ada kerusakan berat, rumah-rumah tersebut terendam lumpur dan air. Para penghuninya sempat mengungsi ke rumah warga sekitar selama proses pembersihan, namun kini sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing.
"Tidak ada rumah yang rusak berat. Hanya kotor oleh lumpur dan genangan air. Kami bantu evakuasi material longsoran dan distribusi peralatan kebersihan serta logistik," tambahnya.
Sementara itu, untuk mencegah longsor susulan, BPBD menutup area rawan dengan terpal agar tidak melebar sebelum dilakukan perbaikan permanen. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mempercepat penanganan.
Novian mengimbau seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat cuaca ekstrem, serta aktif menjaga lingkungan di wilayah masing-masing.
"Kami minta masyarakat tetap waspada, bersihkan saluran air dan jangan buang sampah sembarangan. Kondisi bisa berubah cepat, jadi kesiapsiagaan sangat penting," pungkasnya.
(mso/mso)