Sejumlah peristiwa terjadi di Jawa Barat (Jabar) hari ini, Selasa (20/5/2025). Mulai dari pembunuhan sadis disertai mutilasi yang terjadi di Cianjur hingga munculnya teror ulat bulu di Sumedang.
Berikut rangkumannya:
Ceceran Tubuh Ungkap Kesadisan Yanti Memutilasi Ibu-Anaknya
Yanti (31) bersama ayahnya Cahya (60) membunuh hingga memutilasi ibu dan anak kandungnya. Meskipun sudah berusaha menutupi aksinya, ceceran kerangka tubuh korban yang dibuang ke berbagai lokasi itu berhasil ditemukan warga dan polisi, membuat pembunuhan itu terkuak.
Kepala Desa Cibanteng, Nuryani, mengungkapkan awalnya warga dihebohkan dengan penemuan tengkorak kepala di kebun dekat saluran irigasi di Kampung Cikadondong Desa Cibadak Kecamatan Sukaresmi.
"Saya dapat informasi dari grup whatsapps, warga ada yang menemukan tengkorak kepala," ujar Nuryani di Cianjur, Selasa (20/5/2025).
Tak berselang lama, lanjut Nuryani, warga kembali menemukan tulang bagian pinggul dan kaki di saluran irigasi tidak jauh dari lokasi penemuan tengkorak kepala. "Iya ditemukan lagi tengkorak lainnya. Kalau yang tulang kaki masih ada kulit, dan kelihatan itu kulit kaki perempuan," ucapnya.
Nuryani pun langsung melaporkan temuan kerangka yang tercecer di beberapa lokasi berbeda itu ke pihak kepolisian. "Langsung laporan ke polisi, khawatirnya korban tindak kejahatan," kata dia.
Kasat Reskrim Polres Cianjur AKP Tono Listianto, mengatakan setelah mendapatkan laporan tersebut, pihaknya langsung menerjunkan tim untuk melakukan penyelidikan.
"Saat awal penyelidikan bahkan kami mendapatkan lagi temuan potongan kerangka bagian lengan di lokasi yang berbeda. Tapi semuanya saling berdekatan," ucapnya.
Menurut Tono, setelah memeriksa beberapa warga, diketahui jika dalam sepekan terakhir ada keluarga yang mengurung diri dan tidak terlihat berbaur dengan warga.
"Setelah kami datangi, di rumah tersebut ditemukan kejanggalan. Salah satunya ada bau busuk. Langsung kami bawa untuk diperiksa lebih lanjut," tuturnya.
Dia menjelaskan polisi pun mendapatkan bukti kuat usai memeriksa handphone pelaku, dimana ditemukan foto tubuh korban dalam keadaan terkapar bersimbah darah dengan beberapa bagian tubuh yang sudah dimutilasi.
"Setelah didapatkan bukti itu, pelaku akhirnya tak lagi bisa mengelak dan mengakui perbuatannya tengah membunuh sang ibu dan anak kandungnya," kata dia.
Tono menambahkan, aksi sadis itu dilakukan lantaran pelaku sakit hati kepada sang ibu yang kerap mengabaikannya. Sedangkan anak korban dibunuh karena terbangun ketika kedua pelaku melakukan aksinya.
"Untuk ibunya dibunuh saat tidur. Sedangkan untuk anaknya karena bangun, khawatir berteriak atau menjadi saksi, sehingga turut dibunuh," kata dia.
Kedua pelaku pun kini mendekam di ruang tahanan Mapolres Cianjur. Mereka dijerat dengan pasal 44 Undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan KDRT subsider pasal 80 Undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak, dan pasal 340 KUHP.
"Pelaku dijerat dengan pasal pembunuhan berencana. Kedua pelaku terancam hukuman mati," ucap dia.
Farhan Minta Warga Bandung di Bantaran Sungai Pindah
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan meminta untuk seluruh warga yang tinggal di bantaran atau di atas sungai untuk pindah secara sukarela. Hal tersebut dilakukan guna mencegah bencana longsor yang rentan terjadi di musim hujan dan cuaca esktrem.
"Kita sedang mengalami cuaca ekstrem, perubahan iklim terjadi, dalam waktu bersamaan daya dukung lingkungan di kawasan Bandung Raya sudah sangat lemah," ungkap Farhan di Balai Kota Bandung, Selasa (20/5/2025).
Ia mengatakan, saat ini hujan dengan instensitas rendah pun bisa langsung menyebabkan banjir bandang di Kota Bandung. Sejumlah kerusakan terjadi, termasuk satu rumah yang roboh di kawasan Sukajadi pada Senin 19 Mei kemarin akibat tanah longsor.
"Rumah yang roboh, (terkena) longsor adalah bangunan yang dibangun di atas atau di daerah aliran sungai. Jadi imbauan saya satu, untuk warga yang tinggal di bantaran atau di atas sungai, segera pikirkan untuk pindah," tuturnya.
Pasalnya, ia mengatakan, sulit untuk memitigasi bencana di kawasan pemukiman bantaran sungai, terutama saat cuaca ekstrem terjadi. Bila kawasan tersebut terus ditempati, ia mengatakan, bencana besar bisa mengintai.
"Kemarin rumah yang rubuh alhamdullah lagi kosong, padahal penghuninya ibu-ibu usia 74 tahun. Kalau kita tidak memiliki kesadaran, tinggal nunggu waktu untuk bencana besar terjadi," jelasnya.
Ia mengatakan, Pemerintah Kota Bandung tidak dapat merelokasi warga meskipun pihaknya meyakini bahwa banyak bangunan di daerah aliran sungai yang tidak berizin. Sehingga, warga diminta untuk bisa pindah secara sukarela.
"Kami tidak punya program untuk menggusur, kami hanya imbau kesadaran bahwa setiap saat, dalam keadaan perubahan iklim ekstrem seperti sekarang, itu resiko (bencana longsor) bisa terjadi tiap hari," ujarnya.
"Saya ingatkan, saya imbau, saya ajak, saudara-saudara di Kota Bandung yang tinggal di daerah aliran sungai, di atas sungai, resikonya sangat-sangar besar. Segera pindah, relokasi diri sendiri secara sukarela," lanjutnya.
Terkait perbaikan kirmir di sejumlah kawasan pemukiman bantaran sungai, Farhan mengatakan hal tersebut akan tetap mengorbankan sebagian warga untuk pindah. Pasalnya, perbaikan kirmir idealnya tidak maju memakan badan sungai.
"Perbaikan kirmir yang baik itu bukan memakan badan sungai, justru mundur dua meter ke daerah aliran sungai. Contohnya di aliran sungai Cikapundung yang masuk ke Braga, kirmirnya dimundurkan 2 meter. Mau sekuat apapun, ya harus mengorbankan warga agar pindah dari situ," paparnya.
Ia menegaskan bahwa permintaan untuk relokasi ini adalah imbauan yang perlu diindahkan secara sukarela. Tidak akan ada penggusuran yang terjadi. "Tapi kita tidak mungkin menggusur, kita mengajak, kesukarelaan, demi keselamatan diri sendiri," tutupnya.
Pekerja Konstruksi Pabrik di Bandung Tewas Tertimpa Reruntuhan Bangunan
Salah seorang pekerja konstruksi inisial YS (40) tewas setelah tertimpa bangunan di salah satu pabrik di Desa Nanjung Mekar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Dua pekerja lainnya turut menjadi korban dan telah dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Kapolresta Bandung Kombes Aldi Subartono membenarkan peristiwa tersebut terjadi Senin (19/5/2025) pukul 10.30 WIB. Saat ini polisi tengah menyelidiki kasus tersebut.
"Iya benar. Korban totalnya tiga orang, dua orang luka berat dan saat ini tengah menjalani perawatan di RSHS, satu pekerja inisial YS meninggal dunia," ujar Aldi, kepada awak media, Selasa (20/5/2025).
Aldi menjelaskan saat ini telah menurunkan tim Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) Sat Reskrim Polresta Bandung untuk menyelidiki kasus tersebut.
"Polresta Bandung melalui Unit Tipidter akan melakukan penyelidikan menyeluruh untuk memastikan apakah ada kelalaian dalam aspek keselamatan kerja yang menyebabkan terjadinya insiden ini," katanya.
Peristiwa nahas tersebut bermula saat para pekerja tersebut tengah melakukan pengecekan dan pengukuran bangunan penyimpanan ampas batu bara di perusahaan. Rencananya bangunan tersebut akan diperbaiki.
"Namun secara tiba-tiba bangunan penyimpanan tersebut ambruk, menyebabkan para korban jatuh dan tertimpa reruntuhan material besi dan ampas batu bara," jelasnya.
Setelah itu, polisi langsung mendatangi lokasi untuk melakukan pengamanan dan evakuasi. Kemudian Unit INAFIS Polresta Bandung turut diterjunkan ke TKP untuk melakukan olah tempat kejadian perkara.
"Kasus ini langsung diambilalih Unit Tipidter Sat Reskrim Polresta Bandung untuk penyelidikan. Kami Polresta Bandung akan berkomitmen dalam penegakan hukum serta perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja," tegasnya.
Dia menyebutkan keluarga korban yang meninggal dunia menolak dilakukan autopsi dan menerima peristiwa tersebut sebagai musibah. Kemudian pihak perusahaan telah memberikan bantuan uang kerohiman kepada para korban yang mengalami luka dan yang meninggal dunia sebesar Rp 18 juta.
"Kami juga akan memastikan bahwa hak-hak korban dan keluarganya terpenuhi sesuai ketentuan hukum yang berlaku," pungkasnya.
Simak Video "Video Korban Banjir Meksiko: 64 Orang Meninggal Dunia, 65 Hilang"
(bba/mso)