Banjir Berulang di Pesantren Al Waafy, Zulaikha Lelah Menahan Cemas

Banjir Berulang di Pesantren Al Waafy, Zulaikha Lelah Menahan Cemas

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Selasa, 22 Apr 2025 14:44 WIB
Zulaikha Pratiwi memperlihatkan kondisi sungai yang sempat meluap
Zulaikha Pratiwi memperlihatkan kondisi sungai yang sempat meluap (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar).
Sukabumi -

Pondok Pesantren Al Waafy, di Kampung Cijambe, Desa Citepus, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi dalam lima bulan terakhir sudah tiga kali diterjang banjir lumpur.

Lumpur sisa banjir masih mengotori teras masjid, kobong santri, bahkan ruang-ruang pengajian.

"Yang paling besar itu tanggal 9 Maret kemarin," tutur Zulaikha Pratiwi, pengelola pesantren, dengan suara berat menahan lelah saat diwawancarai detikJabar, Selasa (22/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebelumnya tanggal 4 Desember, dan baru dua hari lalu air datang lagi," sambungnya.

Dari rekaman video yang beredar luas di media sosial menangkap adegan dahsyatnya banjir yang menghantam pondok. Dalam satu video, arus air berwarna coklat pekat tampak mengalir deras melintasi halaman pondok.

ADVERTISEMENT

Air berlumpur menyeret berbagai benda, menenggelamkan sebagian bangunan hingga hampir sepinggang orang dewasa.

Pagar besi di bagian belakang pesantren terlihat bengkok diterjang derasnya arus. Suara teriakan terdengar bersahutan dari kejauhan, memperkuat suasana panik yang tengah berlangsung.

Video lainnya memperlihatkan para santri yang berjaga di tepi kobong, sebagian mengangkat barang-barang ke tempat yang lebih tinggi.

Kamera bergerak mengikuti aliran air yang deras, memperlihatkan betapa tidak terkendalinya luapan banjir yang menggulung halaman pesantren. Suara gemuruh air menjadi latar dominan dalam rekaman itu.

Zulaikha menyebut, air masuk begitu cepat dan menggenangi seluruh area pesantren.

"Ini air penuh semua, rumah, kasur, kobong santri juga sama, masjid juga kebanjiran. Pokoknya air batu, tanah coklat, lumpur tebal. Ada pagar di belakang yang sampai bengkok karena terjangan," katanya.

Tak hanya bangunan, kolam ikan milik pesantren juga ikut terdampak. Saat mendampingi tim detikJabar, Zulaikha menunjuk satu sudut di halaman belakang. Di sana, kolam terlihat nyaris kering, hanya menyisakan sedikit air keruh dan lumpur.

"Ikan-ikan di dalam kolam itu hilang semua terbawa banjir," ujarnya pelan.

Menurutnya, bencana ini baru mulai terjadi sejak akhir tahun lalu. Ia menduga ada faktor lingkungan yang memicu banjir bandang ini.

"Kalau beberapa tahun lalu belum pernah kaya gini, awalnya akhir Desember 2024 kemarin. Capek, kalau tiap kali hujan besar pasti banjir. Sekarang, hujan sebentar saja, kami langsung bersiap ngungsi," ucapnya lirih.

Zulaikha menduga, ada yang berubah di atas bukit tempat air berasal. Ia menyebut, adanya aktivitas penggundulan lahan sebagai pemicu utama. Air tak lagi tertahan akar-akar pepohonan dan langsung mengalir deras ke bawah, ke tempat pesantren berdiri di wilayah yang memang lebih rendah.

"Harapannya ada jalur air yang jelas, karena kami ini di tempat rendah. Kalau nggak, ya begini terus," kata Zulaikha, menatap lantai pesantren yang masih licin oleh sisa lumpur.




(sya/mso)


Hide Ads