Dokter Priguna Perkosa Anak Pasien, DPRD Jabar Soroti Proses Seleksi

Dokter Priguna Perkosa Anak Pasien, DPRD Jabar Soroti Proses Seleksi

Bima Bagaskara - detikJabar
Kamis, 10 Apr 2025 17:45 WIB
Pemerkosa anak pasien RSHS.
Priguna, pemerkosa anak pasien di RSHS Bandung (Foto: Wisma Putra/detikJabar).
Bandung -

Kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) terhadap penunggu pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengundang perhatian serius DPRD Jawa Barat.

DPRD Jabar menyoroti proses seleksi dan pembinaan dokter residen, yang dinilai perlu dievaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.

Anggota Komisi V DPRD Jabar Zaini Shofari menyesalkan, adanya kasus tersebut. Dia mempertanyakan, kualitas tahap seleksi PPDS yang di dalamnya harus melalui tes kesehatan jiwa atau Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang saya garis bawahi terkait syarat PPDS seperti residen itu. Kan untuk bisa masuk di situ ambil spesialis ada pemeriksaan jasman rohani, ada MMPI untuk mengevaluasi kondisi psikologis. Ini yang jadi catatan, bagaimana orang berpotensi melakukan kriminal tapi dia bisa lolos di MMPI," ucap Zaini, Kamis (10/4/2025).

"Jadi masalahnya di pengawasan. Kok bisa orang itu di pemeriksaan berpotensi melakukan kriminal akhirnya. Ini kan harus diperketat atau dikaji ulang terkait model pemeriksaan di MMPI. Jadi harus lebih selektif dan detail seperti apa pemeriksaannya," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Selain di tahap selesi menjadi PPDS, Zaini yang juga Ketua Fraksi PPP DPRD Jabar ini turut menyoroti masalah pengawasan di rumah sakit. Sebab diketahui, aksi pelecehan seksual yang dilakukan dokter peserta PPDS itu sempat terekam kamera CCTV.

"Iya, pengawasan di ruangan. Kan ada CCTV tapi bisa luput. Jadi adanya CCTV seharusnya bukan untuk setelah kejadian, tapi harusnya ada antisipasi, respon cepat dan ada yang standby di ruang pengawasan," tegasnya.

Dia menyebut, peristiwa yang terjadi pada 18 Maret 2025 lalu di Gedung Maternal & Child Health Center (MCHC) lantai 7 RSHS Bandung seharusnya bisa dicegah jika pengawasan dilakukan dengan maksimal.

"Jangan adanya CCTV karena gedung baru tapi tidak ada pengawasan, kan salah satu fungsi CCTV untuk melindungi pasien dan semua yang terkait rumah sakit. Itu kan leluasa durasinya beberapa jam, apalagi di ruang seperti itu harus steril dan bisa dikatakan sepi ruangan itu yang tidak dilalui orang," ungkap Zaini.

Karena itu, Zaini meminta pihak terkait untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh mulai dari tahap seleksi penerimaan peserta PPDS hingga pengawasan di rumah sakit. Dia menginginkan agar kejadian tersebut tidak terulang di kemudian hari.

"ni harus diantisipasi agar nanti kejadian seperti ini tidak terulang," tutup Zaini.




(bba/mso)


Hide Ads