Hari Raya Idul Fitri biasanya menjadi momentum bagi seseorang untuk berdandan dengan rapi. Pakaian hingga penampilan, bakal menjadi hal yang baru demi menyambut datangnya hari kemenangan.
Menjaga penampilan pun praktis menjadi salah satu pilihan. Apalagi untuk kaum pria, dia akan pergi ke pangkas rambut supaya penampilannya jadi berbeda di hari raya.
Namun ternyata, beberapa tahun ini, suasana itu sudah terasa amat berbeda. Kondisi itu setidaknya dirasakan Yana Mulyana, tukang cukur handap kai atau tukang cukur di bawah pohon Jalan Malabar, Kota Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini, Yana mengaku pelanggan yang datang untuk mencukur rambut ke tempat sederhananya sekarang sudah berkurang. Padahal biasanya, menjelang lebaran, banyak orang yang datang hingga menimbulkan antrean.
"Udah turun sekarang, udah enggak serame dulu lagi," demikian kata Yana saat membuka perbincangannya.
Yana pun masih ingat, menjelang lebaran, ia biasanya mendapat pelanggan lebih dari 30 orang dalam sehari. Itu ia rasakan pada H-10 menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Namun sekarang, kondisinya sudah tak sama lagi. Paling bantar kata Yana, dalam sehari menjelang lebaran, ia hanya melayani permintaan pangkas rambut untuk 7-10 orang.
"Kalau lagi marema (laku), sehari itu dulu pas masih pake catok bisa dapet uang Rp 600 ribu. Itu jarak 5 hari ke lebaran. Uangnya bahkan enggak dihitung-hitung acan, ngajejel di kantong. Sekarang mah ah, ripuh (repot). Diitung sekarang mah, kurang," keluh Yana.
Yana memang percaya rezeki semuanya sudah diatur oleh Sang Maha Kuasa. Tapi kemudian, muncul pertanyaan di benaknya lantaran kondisi serupa juga dialami kawan-kawannya yang merantau usaha di Kota Bandung.
![]() |
Sebab biasanya, menjelang lebaran, mereka yang berburu cuan pasti bakal tersenyum ketika pulang ke kampung halaman. Tapi sekarang, kondisinya malah seperti pepatah jauh panggang dari api.
"Kalau yang saya rasakan itu setelah Corona kondisi kayak gini teh. Soalnya bukan saya aja, yang lain yang usaha pakaian juga sama, a," ucap Yana.
Mengakhiri perbincangannya, Yana pun berencana pulang kampung pada malam takbir ke daerah Wanayasa, Garut. Meskipun tak seramai biasanya, ia mengaku tetap bersyukur karena masih mengantongi rezeki ketika pulang ke kampung halamannya.
"Biarpun zamannya sekarang serba gini, tapi disyukuri aja. Yang penting masih bisa buat pulang kampung dan bagi-bagi rezeki sama saudara," pungkasnya.
(ral/yum)