Mudik jadi salah satu tradisi warga Indonesia dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Setiap orang yang sedang berada di perantauan, tak mau ketinggalan untuk menikmati momen lebaran bersama keluarganya masing-masing di kampung halaman.
Mudik pun saat ini tak hanya dimanfaatkan umat Islam yang merayakan lebaran. Warga nonmuslim juga tak mau ketinggalan karena mendapat jatah liburan dari aktivitas sekolah maupun pekerjaan.
Baca juga: Tol Cipali Berlakukan One Way Lokal |
Potret demikian salah satunya bisa terlihat di Terminal Cicaheum, Kota Bandung. Selain dipadati umat Muslim yang ingin segera melepas rindu di kampung halaman, sejumlah warga Nasrani juga tak mau ketinggalan untuk bisa menikmati momen mudik lebaran.
Adalah Griselda Barbalina Neres, Maria Kritina, Ana dan Asti. Keempat nona Papua kelas 1 SMA Bina Persada Nusantara, Cibiru, Kota Bandung itu berencana berangkat ke Magelang, Jawa Tengah di tengah hiruk-pikuk para pemudik Lebaran 2025.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keempatnya berniat mengisi waktu libur sekolah di tempat kakaknya Griselda yang masih kuliah. Yogyakarta pun sudah dipilih menjadi tempat tujuan mereka untuk menghabiskan waktu liburan sekolah yang lumayan panjang.
"Memang mau liburan ke tempat kakak. Terus kata kakak, ajak teman-teman, saya ajak awalnya orang, satunya lagi tapi tinggal di asrama," kata Griselda saat berbincang dengan detikJabar di Terminal Cicaheum, Kamis (27/3/2025).
Griselda, Maria, Ana dan Asti sudah mengantongi tiket dengan jadwal keberangkatan pukul 16.00 WIB. Meski masih lama menunggu armadanya datang, keempatnya nampak menikmati momen mudik lebaran bersama para pemudik lainnya, plus sudah menyiapkan tas yang penuh dengan pakaian untuk persiapan liburan.
Meskipun masih berusia belia, keempatnya memang sudah berniat merantau dari Papua untuk melanjutkan pendidikan. Mereka mendapatkan beasiswa dari sekolahnya masing-masing, dan sama-sama punya cita-cita sebagai ASN ketika kembali ke kampung halaman.
Saat pertama kali tiba di Bandung, Griselda maupun ketiga kawannya mengaku tidak terlalu kesulitan untuk beradaptasi. Hanya bahasa saja yang masih menjadi kendala, sedangkan sisanya tak begitu sulit untuk dilalui sehari-hari.
"Adaptasinya soal bahasa saja. Kalau makanan, enggak. Karena di Papua juga banyak yang pedas-pedas masakannya, bahkan lebih pedas dari Bandung. Terus cuaca, sekarang kan lagi enggak menentu. Jadi enggak kesulitan adaptasi sama cuacanya," tutur Griselda.
Berangkat ke Magelang, keempatnya kompak sudah meminta izin dari orang tuanya masing-masing. Kemudian, meski beragama Nasrani, keempat lalu berbagi cerita bagaimana mereka menikmati momen lebaran saat di Papua.
Diwakili Griselda, lebaran di Papua pun kata dia tak beda jauh dengan tradisi di Jawa. Saat malam takbiran, sejumlah orang akan turun ke jalan merayakan momen hari kemenangan bagi umat Islam.
"Malam takbiran kalau di Papua bahkan lebih heboh, bisa sampe bakar ban di jalan, tapi tetap aman dan udah dikasih izin sama pihak keamanan. Ada tabuh drum juga, terus pas paginya saling bertamu ke tetangga. Yang paling keinget itu makanan khasnya. Ketupat, buras, rendang juga ada, sama opor," ucapnya.
"Nanti pas natalan biasanya gantian. Kita ngajak temen-temen yang Islam datang ke rumah makan-makan. Sebetulnya kepo juga di Bandung ini kayak gimana malam takbirnya. Tapi kan kita malam takbir di nanti di Magelang," kata Griselda sembari melempar gelak tawanya.
Kawan Griselda, Ana, bercerita kenapa akhirnya ia memilih ikut liburan ke Magelang. Dengan polosnya, nona Papua berambut keriting itu memang ingin menikmati momen liburan supaya bisa melepas penat selama di asrama.
"Bosan kalau di asrama, pengen liburan. Makanya ikut, ini rencananya mau ke Jogja liburannya," pungkasnya.
(ral/dir)