Peran komunitas di lingkungan masyarakat tentunya penting sebagai kontrol sosial pemerintahan di suatu daerah. Namun kebanyakan, ormas yang lahir konsepnya itu-itu saja.
'Cimahi Muncul', hadir memberikan nuansa baru di tengah-tengah organisasi masyarakat dan komunitas berkonsep konvensional. Seperti oase di tengah gurun pasir, membawa angin segar untuk kemajuan suatu daerah.
Cimahi Muncul bukan sekadar organisasi atau komunitas berisi orang-orang yang tak ada kerjaan. Namun membawa misi untuk mengawal jalannya roda pemerintahan dengan konsep bottom up.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inisiator Cimahi Muncul, Raden Raka mengatakan komunitas itu bergerak dalam ruang digital yang digagas dari konsep gamifikasi. Platform itu mengajak masyarakat berkontribusi dalam bentuk informasi namun dibalut seperti permainan interaktif di ruang digital.
Secara konsep dasar, anggota komunitas itu nantinya bakal mencar permasalahan di setiap sudut Cimahi seperti sedang berburu pokemon di game Pokemon Go yang sempat viral beberapa tahun lalu.
Berbekal ponsel, setiap orang akan menjelajahi Kota Cimahi demi mendapatkan isu-isu yang bisa diangkat dan dilaporkan ke pemerintah daerah agar ditindaklanjuti.
"Jadi kita ingin masyarakat Cimahi ini keluar rumah, menemukan hal yang bisa dilaporkan pada pemerintah supaya ditindaklanjuti. Konsepnya itu mungkin seperti game yang sempat viral, Pokemon Go," kata Raka saat ditemui, Rabu (19/3/2025).
Keunggulannya, dari setiap kontribusi yang diberikan oleh pesertanya, bisa meningkatkan level dari orang tersebut. Tentunya, regulator bakal memberikan beberapa misi yang mesti dilakukan supaya bisa mendapatkan reward.
"Jadi nanti ada peringkat realtime untuk peserta se-Kota Cimahi. Organisasi lain mungkin niatnya sejak awal mencari proyek dari pemerintah, kalau kita justru ingin memberikan solusi dan kontribusi nyata," kata Raka.
Konsep lain yang mendobrak kebiasaan organisasi di tanah air yakni, tak adanya pola hierarki seperti anggota, kepala seksi, kepala bidang, wakil ketua, dan ketua di posisi teratas sebuah organisasi.
"Jadi enggak harus ada ketua, kalau mau melakukan sesuatu itu harus dekat sama ketua dulu. Kita enggak seperti itu, semuanya berbasis kontribusi pribadi," kata Raka.
Raka menargetkan Cimahi Muncul dapat menghimpun hingga lima persen dari total penduduk Cimahi atau sekitar 30 ribu pengguna. Dari jumlah sebesar itu, ia ingin memastikan partisipasi aktif masyarakat tanpa membebani pengelolanya.
"Makanya dari situ kita pengennya di Cimahi Muncul ini 30 ribu anggotanya tidak membebankan ketuanya atau membebankan organisasinya," kata Raka.
Anggota Komisi 3 DPRD Cimahi, Barkah Setiawan mengatakan Cimahi Muncul membawa konsep baru di dunia organisasi dan komunitas Cimahi. Selain itu, mereka juga menyuguhkan cara baru dalam berkontribusi.
"Jadi konsepnya memang berbeda, karena sepenuhnya digital ini siapapun bisa berkontribusi termasuk saya. Informasi ini menjadi penting karena bisa diketahui secara cepat oleh pemerintah dan legislatif," ujar Barkah.
(dir/dir)