Banjir Rendam Sukaresik Tasikmalaya Bertahun-tahun Tak Ada Solusi

Banjir Rendam Sukaresik Tasikmalaya Bertahun-tahun Tak Ada Solusi

Faizal Amiruddin - detikJabar
Jumat, 14 Mar 2025 15:19 WIB
Banjir Tasikmalaya
Banjir Tasikmalaya (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar).
Tasikmalaya -

Bencana banjir melanda sejumlah desa di Kecamatan Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya. Banjir terjadi sejak Kamis (13/3/2025) malam hingga Jumat (14/3/2025) siang.

Dampak terparah dirasakan lebih dari 1.000 kepala keluarga di Kampung Bojongsoban, Kampung Hegarsari dan Kampung Mekarsari, Desa Tanjungsari. Ketinggian air mencapai 1 meter, bahkan di titik tertentu mencapai 1,5 meter.

Banjir yang hampir setiap tahun menimpa warga Desa Tanjungsari ini, dipicu oleh luapan sungai Citanduy dan Sungai Cikidang. Banjir terjadi setelah wilayah hulu sungai diguyur hujan sejak Kamis siang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak ada korban jiwa mau pun luka dalam musibah ini. Mayoritas warga berhasil dievakuasi ke aula kantor desa dan untuk sementara bertahan di pengungsian. Hal ini dikonfirmasi oleh Wakil Ketua Tagana Kabupaten Tasikmalaya, Ayatulloh Romdoni.

"Penyebab banjir ini terjadi karena luapan air dari pertemuan dua sungai akibat hujan lebat yang terus mengguyur wilayah ini. Data sementara dari pihak desa tercatat ada 1.131 KK atau kurang lebih 4.000 jiwa yang terdampak banjir," kata Ayatulloh.

ADVERTISEMENT

Ayatulloh mengatakan bencana banjir di Kecamatan Sukaresik ini sering terjadi, asal hujan deras beberapa jam maka perkampungan akan terendam banjir.

"Kita masih melakukan assesment dan juga mengevakuasi sejumlah warga yang termasuk kelompok rentan seperti warga yang sakit, Lansia, anak-anak hingga ibu hamil. Banjir ini memang sering terjadi kalau kondisinya hujan deras terus-terusan," kata Ayatulloh.

Hilmi (27) salah seorang warga terdampakmemgaku banjir kali ini relatif lebih besar daei sebelumnya. Terbukti hingga Jumat siang, genangan air masoh tinggi.

"Banjir sekarang cukup besar dari biasanya. Saya tidak bisa melintas karena debit air setinggi dada orang dewasa. Akses jalan juga terhambat akibat luapan air sungai," kata Hilmi.

Karena sudah terbiasa dengan musibah ini, warga memiliki kebiasaan untuk melakukan mitigasi. Mereka juga sudah melakukan modifikasi di bagian atap atau "para" rumah, supaya bisa dipakai tempat berlindung.

"Sudah biasa banjir, jadi begitu hujan terus datang air, warga sudah bersiap. Barang berharga langsung disimpan di para (atap) rumah yang sudah disiapkan. Ada yang mengungsi ada juga yang bertahan," kata Hilmi.

Masyarakat dan pemerintahan desa setempat berharap pemerintah pusat mau membantu kesulitan yang mereka hadapi. Pasalnya banjir di Desa Tanjungsari ini terus berulang sejak puluhan tahun lalu.

Setiap diguyur hujan deras durasi lebih dari 3 atau 4 jam, maka sekitar 1.500 kepala keluarga (KK) di desa ini menderita akibat terendam banjir.

Kepala Desa Tanjungsari Amas membenarkan jika banjir di wilayahnya sudah sering terjadi, bahkan hampir setiap tahun.

Menurut dia langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi banjir di Sukaresik adalah dengan cara melakukan penyodetan dan pengerukan sedimen atau normalisasi di Sungai Citanduy.

"Saya pikir penyodetan dan pengerukan bisa membuat potensi banjir diredam. Kalau itu dilakukan Insya Allah akan sangat membantu," kata Amas.

Dia menjelaskan penyebab banjir berasal dari luapan Sungai Citanduy dan Sungai Cikidang. Posisi perkampungan ini relatif sejajar dengan permukaan sungai, sehingga mudah banjir.

Amas mengaku sudah berkali-kali membahas masalah ini dengan Pemkab Tasikmalaya, Pemprov Jawa Barat dan Pemerintah Pusat melalui BBWS Citanduy, tapi tak pernah ada realisasi. Baik langkah penyodetan sungai mau pun normalisasi saluran.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads