Cerita Pengungsi Banjir Dayeuhkolot, Kedinginan-Andalkan Mi Instan

Cerita Pengungsi Banjir Dayeuhkolot, Kedinginan-Andalkan Mi Instan

Yuga Hassani - detikJabar
Senin, 10 Mar 2025 15:38 WIB
Kondisi Pengungsian Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Senin (10/3/2025).
Kondisi Pengungsian Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Senin (10/3/2025). Foto: Yuga Hassani
Kabupaten Bandung -

Ratusan warga mengungsi di gedung pengungsian Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Senin (10/3/2025). Mereka mengungsi dengan beralaskan matras dan karpet seadanya.

Pantauan detikJabar di lokasi, banjir masih merendam di Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot. Hal tersebut membuat para warga kesulitan beraktivitas dan memilih untuk mengungsi.

Gedung pengungsian tersebut berada di belakang kantor Desa Dayeuhkolot. Mereka terpaksa harus menempati tempat tersebut karena rumahnya masih terendam banjir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nampa warga kesulitan menjalani ibadah puasa dalam kondisi banjir. Mereka hanya bisa berdiam diri di pengungsian sambil mengunggu air banjir di rumahnya bisa surut.

Dari informasi yang dihimpun, warga yang menempati pengungsian tersebut sebanyak 112 jiwa dan 38 KK. Mereka menempati pengungsian sejak Jumat (7/3/2025).

ADVERTISEMENT

Salah satu pengungsi, Imas Dewi (41) mengatakan, kediamannya tepat berada di dekat sungai Citarum. Makanya air banjir merendam kediamannya dengan ketinggian dua meter.

"Tadinya ada tempat di lantai dua. Cuma berhubung airnya naik, ke lantai dua, iya jadi aja ngungsi," ujar Imas kepada detikJabar, Senin (10/3/2025).

Pihaknya mengaku awalnya ingin bertahan di kediamannya di lantai dua. Namun air terus naik dan memasuki kediamannya dan akhirnya memutuskan mengungsi.

"Jadi kami ke pengungsian karena pengen menyalamatkan keluarga aja. Jadi keluarga bisa ada tempat buat tidur," katanya.

Imas mengungkapkan sistuasi berbeda dirasakan jika berada dipengungsian. Pasalnya harus berdampingan dengan warga lainnya yang turut mengungsi.

"Beda lah kalau di rumah mah sama keluarga adem kalau berbuka, makan atau apa lah. Kalau di sini mah jamak lah dengan banyak orang, perasaan nggak nyaman juga, tapi gimana lagi yah namanya juga mengungsi nggak ada nyamannya sama sekali. Tapi alhamdulillah sejauh ini mah yang penting bisa tidur, bisa istirahat, walaupun banyak gangguan orang," jelasnya.

Dia menginginkan bisa segera kembali pulang ke rumahnya. Pasalnya dia lebih nyaman bisa tinggal di rumah.

"Iya merasa dingin. Kan pintu terbuka, bergantian orang masuk. Harapannya pengen cepet pulang lah. Da siapa yang mau di sini lama-lama, pengennya mah cepet pulang lah," ucapnya.

Imas menyebutkan saat ini masih bisa menjalani puasa meski dalam kondisi banjir. Menurutnya sang suami masih bisa bekerja dan kerap menyiapkan makanan.

"Alhamdulillah sulit sih enggak. Soalnya suami saya pulang, bisa masak nasi dulu, terus bawa ke sini ke pengungsian. Kalau lauk pauknya alhamdulillah ada, walau seadanya. Menu-menunya yang praktisnya aja, paling sama mi instan aja. Kadang ada sumbangan makanan apa," bebernya.

Imas berharap pemerintah bisa menangani permasalahan banjir. Kata dia, terutama dalam penanganan normalisasi di sungai Citarum.

"Keinginan saya mah jangan banjir lagi lah kepada pemerintah. Jadi sungai citarum itu jangan dikeruk pinggirnya aja, kalau bisa mah yang dalamnya dikeruk, itu kan sudah dangkal," pungkasnya.

(sud/sud)


Hide Ads