Tempat wisatanya indah, konsepnya kekinian, namun sayang berdiri di zona terlarang dan menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Obyek wisata ini bernama Hibisc Fantasy yang dibangun di kawasan Puncak Bogor.
Obyek wisata ini dikelola oleh anak perusahaan BUMD PT Jaswita Jabar. Karena pengusaha enggan membongkar sendiri, akhirnya obyek wisata itu dibongkar oleh pemerintah. Pembongkaran dilakukan pada Kamis (6/3) atas perintah langsung Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Berikut 4 fakta dalam kejadian ini:
Menyalahi Aturan Izin
Taman rekreasi yang dikelola oleh Jaswita Lestari Jaya (JLJ) telah mengantongi izin mengelola kawasan seluas 4.800 meter persegi. Namun faktanya, area rekreasi telah meluas mencapai 15.000 meter persegi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dedi mengatakan, pembongkaran dilakukan oleh personel dari Satpol PP Jabar dibantu dengan Pemkab Bogor. "Karena tidak mau bongkar sendiri, perintah saya bongkar mulai hari ini," kata Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi Tegak Lurus
Dedi menegaskan, penertiban alih fungsi lahan di kawasan Puncak Bogor tidak akan pandang bulu. Meskipun Hibisc adalah tempat wisata yang merupakan salah satu unit bisnis dari BUMD Jabar, namun jika kedapatan melanggar, penindakan harus dilakukan.
"Dan saya tidak segan-segan walaupun ini adalah PT BUMD Provinsi Jawa Barat harus menjadi contoh bagi siapapun, bahwa yang melanggar harus ditindak," tegasnya.
"Kita kasih contoh ke seluruh warga Jawa Barat," imbuhnya.
Alih Fungsi Harusnya Tak Terjadi
Dedi juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat di kawasan puncak terkait adanya alih fungsi lahan yang seharusnya tidak terjadi. Dia memastikan, pemerintah akan berupaya mengembalikan kawasan puncak sesuai peruntukannya.
"Saya minta maaf sebagai perwakilan Pemda Provinsi Jabar, karena melalui BUMD yang bernama Jaswita itu membuka areal wisata di kawasan perkebunan. Itu menjadi keriuhan di masyarakat karena ada bangunan liar roboh dan masuk sungai. Kita bongkar kalau memang melanggar aturan," ujarnya.
Kata Pakar Soal Kerusakan Kawasan Puncak
![]() |
Pakar hidrologi sekaligus guru besar Universitas Indonesia (UI) Prof Dwita Sutjiningsih mengatakan, berbagai faktor menyebabkan banjir bandang di Puncak semakin parah dari tahun ke tahun.
Menurutnya, kondisi Puncak yang kini semakin padat dengan pembangunan adalah salah satu penyebab utama terjadinya banjir bandang. Dengan semakin banyaknya bangunan, kawasan Puncak yang sebelumnya menjadi tempat serapan air telah berubah fungsi menjadi daerah kedap air.
"Kondisi Puncak sekarang sangat crowded dengan bangunan-bangunan, sehingga hujan yang semakin sering dan intensitas yang tinggi akan menghasilkan lintasan yang semakin besar dengan aliran banjir yang juga akan lebih besar," kata Dwita dalam perbincangan melalui telepon dengan detikTravel, Selasa (4/3).
"Puncak itu kan pegunungan dengan kemiringan terjal, kemudian turun sampai di Bogor. Nah, ini yang menyebabkan banjir bandang dengan kecepatan yang lebih tinggi karena kemiringan lahannya yang besar," dia menambahkan.
Salah satu masalah besar di kawasan Puncak adalah perubahan tutupan lahan yang tidak terkendali. Dulu, banyak kebun dan tanaman yang bisa menyerap air hujan, namun kini banyak lahan yang beralih fungsi menjadi jalan dan permukiman.
"Jika masih banyak lahan kebun dan tanaman, curah hujan 100 mm mungkin hanya akan menghasilkan separuhnya sebagai aliran di sungai. Tapi kalau sudah menjadi jalan dan bangunan yang kedap air, hujan 100 mm akan langsung menjadi aliran besar ke sungai," kata Dwita.
(wip/yum)