Jerit Panik Saat 'Gelap' Menyambar Warga Sukabumi

Round-Up

Jerit Panik Saat 'Gelap' Menyambar Warga Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Jumat, 28 Feb 2025 08:00 WIB
Ilustrasi petir menyambar di pegunungan
Ilustrasi petir. (Foto: Pexels/Frank Cone)
Sukabumi -

Kepanikan seketika pecah saat gelap alias petir menyambar warga Sukabumi. Dua nyawa melayang seketika. Dua orang lainnya mengalami luka berat.

Video momen mengerikan itu pun terekam dan viral di aplikasi perpesanan dan media sosial. Dalam video itu, terlihat seseorang sedang ditandu menggunakan kain sarung lalu dinaikkan ke atas kendaraan bak terbuka.

"Astaghfirullahaladzim ya Allah, kabentar gelap (tersambar petir) tadi siang orang Cigaru ya Allah," suara seorang perempuan yang diduga sebagai perekam video tersebut, seperti dilihat detikJabar, Kamis (27/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan informasi yang dihimpun detikJabar, peristiwa itu terjadi di kawasan Perhutani, Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Camat Simpenan, R. Ade Akhsan Artadiredja, membenarkan kejadian tersebut.

"Informasinya dua orang meninggal dunia dan dua lainnya luka berat setelah petir menyambar sebuah bangunan di kebun singkong yang tengah dibangun. Peristiwa itu terjadi pada Rabu (26/2/2025) sekitar pukul 14.00 WIB," kata Ade Akhsan, Kamis (27/2/2025).

ADVERTISEMENT

Ade mengungkap korban meninggal dunia yakni Ahmad Saepuloh (36), warga Kampung Cigadog 3, Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan, dan Abas (55), warga Kampung Pasir Lame, Desa Ciemas, Kecamatan Ciemas.

"Sementara itu, korban luka kritis adalah Idris (62), warga Kampung Citepus Tengah, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, dan Dodo (23), warga Kampung Pasir Lame, Desa Ciemas, Kecamatan Ciemas. Keduanya langsung dilarikan ke RSUD Palabuhanratu untuk mendapatkan perawatan medis," ujar Ade Akhsan.

"Saat ini, jenazah korban telah diserahkan ke keluarga masing-masing untuk dimakamkan. Pihak desa dan kecamatan juga terus memantau kondisi dua korban selamat yang masih dirawat di rumah sakit," sambungnya.

Dikonfirmasi terpisah, Humas RSUD Palabuhanratu, Billy Agustian membenarkan saat ini ada dua pasien dalam penanganan pihaknya.

"Betul, pasien tersebut masuk kemarin sore. Mereka mendapat luka bakar, satu orang masih di IGD sementara satu lagi saat ini masih dalam penanganan medis di ruang rawat," kata Billy.

Untuk satu orang korban atas nama (inisial) AI masih di IGD. "Korban masih di IGD kita sudah sarankan untuk mendapat rujukan ke RSUD R Syamsudin SH (Burn Centre), namun keluarga menolak," imbuh Billy.

Terkait korban lainnya yang meninggal dunia, Billy mengungkap dua orang inisial E dan A meninggal dunia di tempat. "Tidak dibawa ke rumah sakit, mereka meniggal dunia di tempat dan dibawa langsung ke rumah duka," pungkas Billy.

Sementara itu, Babinsa Kertajaya, Serda Zaiful Ansori, memaparkan lebih rinci soal peristiwa mengerikan yang terjadi.

"Awalnya para pekerja berteduh di dapur bangunan yang sudah beratap, namun karena hujan disertai angin kencang, air tetap masuk. Mereka pun berpindah ke ruang depan, berlindung di bawah lantai dua yang masih dalam tahap pembangunan," kata Babinsa Kertajaya, Serda Zaiful Ansori kepada detikJabar, Kamis (27/2/2025).

"Ketika langit mulai terang dan petir terdengar semakin jarang, korban pertama naik ke lantai dua untuk menutupi bagian atas dengan asbes agar air tidak masuk ke lantai satu. Korban kedua berdiri di tangga, membantu menyodorkan asbes dari bawah. Namun, saat keduanya tengah bekerja, kilatan petir menyambar," ujar Zaiful.

Suara dentuman keras menggema, diikuti jeritan panik. Salah satu pekerja yang selamat merangkak keluar dari saung, mencari bantuan ke tetangga yang berada di atas bukit. Babinsa dan aparat desa segera datang untuk mengevakuasi korban dan menghubungi pihak keluarga.

"Pemakaman korban Ahmad Saepuloh berlangsung malam harinya, pukul 21.20 WIB, di pemakaman umum Kampung Cigadog, Desa Kertajaya. Sementara dua korban luka masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit," jelasnya.

Proses evakuasi juga berlangsung dramatis, dari lokasi kejadian hingga ke jalanan yang bisa dilintasi kendaraan berjarak sejauh 2 kilometer. Zaiful menceritakan ia dibantu warga bergantian membawa korban menggunakan tandu darurat dari kain sarung.

"Jaraknya kurang lebih dua kilometer dari lokasi kejadian ke kendaraan, pakai sarung ada karung juga kita pakai kayu dan batang pohon untuk mengangkut korban, tandu darurat," pungkasnya.

(sya/orb)


Hide Ads