Harta Karun yang Dibidik AS di Ukraina, Ternyata Melimpah di RI

Kabar Internasional

Harta Karun yang Dibidik AS di Ukraina, Ternyata Melimpah di RI

Andi Hidayat - detikJabar
Sabtu, 22 Feb 2025 05:00 WIB
Logam tanah jarang merupakan sekumpulan 17 unsur yang secara kimia serupa dan merupakan bagian penting dari teknologi modern. Negara-negara di dunia kini sedang berebut mengeruk dan mengolahnya.
Logam Tanah Jarang (LTJ) (Foto: via OilPrice)
Bandung -

Amerika Serikat (AS) meminta Ukraina untuk memberikan akses sumber daya alam, salah satunya logam tanah jarang (LTJ) yang dianggap sebagai 'harta karun'. AS meminta itu sebagai imbalan bantuan militer yang diberikan AS kepada Ukraina.

Walau demikian, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky belum menyetujui permintaan tersebut karena dianggap membebani negaranya. Ukraina sendiri tercatat memiliki cadangan mineral penting sangat besar, yang dipakai untuk industri dirgantara, pertahanan dan nuklir.

Presiden AS Donald Trump, dikabarkan memiliki ketertarikan untuk mengakses sumber daya mineral Ukraina sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada China. Namun begitu, Zelensky secara tegas mengatakan, segala bentuk eksploitasi harus sesuai dengan jaminan keamanan bagi Ukraina menekan agresi Rusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ikatan ekonomi yang mengikat dengan Amerika Serikat akan menjadi jaminan terbaik terhadap agresi di masa mendatang dan bagian integral dari perdamaian abadi," cetus jubir White House National Security Council, Brian Hughes, dikutip dari detikNet, Jumat (21/2/2025).

Melalui proposal itu, Washington kemungkinan memiliki sumber daya alam senilai US$ 500 miliar di Ukraina, termasuk minyak dan gas. Sementara laporan Reuters mengatakan, AS mengusulkan untuk mengambil alih kepemilikan 50% mineral penting Ukraina.

ADVERTISEMENT

RI Punya Harta Karun Berlimpah

Ukraina bukan satu-satunya negara yang memiliki potensi LTJ. Indonesia sendiri tercatat memiliki harta karun yang sama dibidik AS. Dalam catatannya detikcom, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pernah menerbitkan data Booklet ESDM yang mengolah data Badan Geologi 2020. Dari booklet tersebut disebutkan, potensi LTJ di antaranya tersimpan dalam produk samping timah berupa monasit.

Dalam booklet tersebut, Indonesia tercatat memiliki sumber daya monasit sebanyak 185.179 ton logam yang tersebar di Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat, yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi cadangan.

Selain itu, LTJ juga terdapat pada produk samping zircon, red mud bauksit, produk samping nikel laterit, dan produk samping batu bara. Dari total 28 lokasi mineralisasi LTJ yang terungkap, booklet itu juga menyebut baru 9 lokasi yang telah dieksplorasi awal.

Sementara sekitar 19 lokasi belum dilakukan atau belum optimal dilakukan eksplorasi. Target akselerasi LTJ sendiri terbagi dalam beberapa klaster yakni klaster I dan II Sumatera, klaster III Kalimantan, dan klaster IV Sulawesi.

Badan Geologi juga sempat melakukan eksplorasi potensi LTJ di Mamuju, Sulawesi Barat, Parmonangan, dan Sumatera Utara pada tahun 2022. Kegiatan itu dilakukan dalam dua tahap, yakni eksplorasi awal, meliputi pemetaan, georadar dan geomagnet, sumur atau parit uji, serta pengeboran.

Kemudian dilakukan eksplorasi detail melalui pengeboran yang lebih rapat dan uji ekstraksi, meliputi karakterisasi, konsentrasi, dan ekstraksi. Berdasarkan eksplorasi tersebut, tercatat kadar total LTJ tertinggi di Mamuju sebesar 4.571 ppm dan Parmonangan sebesar 1.549 ppm.

Sepanjang tahun 2022, Badan Geologi juga telah melakukan eksplorasi potensi LTJ di area Lumpur Sidoarjo dengan temuan potensi Lithium sebesar 86-92 ppm, potensi Stronsium sebesar 394-451 ppm, dan LTJ maksimal 111 ppm.

Artikel ini telah tayang di detikFinance

(yum/yum)


Hide Ads