Serangan udara terbaru yang dilancarkan Israel menghantam wilayah dekat Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. Gempuran tersebut menewaskan sedikitnya tiga polisi yang dikerahkan di area tersebut.
Mengutip dari detikNews, Senin (17/2/2025), AFP dan Al Arabiya melaporkan, serangan udara tersebut terjadi pada Minggu (16/2), sehari setelah Hamas dan Israel melakukan pertukaran sandera-tahanan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang berlaku sejak 19 Januari lalu.
Awalnya, Kementerian Dalam Negeri Hamas melaporkan dua polisi tewas dan satu lainnya mengalami luka kritis akibat serangan itu. Namun, dalam laporan lanjutan, korban luka kritis tersebut akhirnya meninggal dunia akibat cedera yang dideritanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga polisi yang menjadi korban dikirim ke area al-Shouka, sebelah timur Rafah, untuk mengamankan proses distribusi bantuan kemanusiaan.
Pernyataan Israel dan Hamas
Militer Israel menyatakan bahwa Angkatan Udaranya melancarkan serangan udara di Jalur Gaza, menargetkan "beberapa individu bersenjata" di wilayah tersebut.
"Sebelumnya pada hari ini (16/2), beberapa individu bersenjata yang bergerak ke arah pasukan (Israel) di Jalur Gaza bagian selatan diserang oleh pesawat (Angkatan Udara Israel)," demikian pernyataan militer Israel.
Sementara itu, Hamas menyebut serangan udara yang menewaskan tiga polisi tersebut sebagai "pelanggaran serius" terhadap gencatan senjata yang telah berlangsung sejak pertengahan Januari lalu.
"Tembakan yang berbahaya yang dilakukan oleh drone Zionis pagi hari ini di sebelah timur kota Rafah, menargetkan elemen kepolisian yang bertugas mengamankan masuknya bantuan (kemanusiaan)... dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap perjanjian gencatan senjata," sebut Hamas dalam pernyataannya.
Gencatan Senjata yang Rawan
Gencatan senjata antara Hamas dan Israel telah menghentikan sebagian besar pertempuran yang berkecamuk selama lebih dari 15 bulan terakhir di Jalur Gaza. Namun, ketegangan tetap terjadi.
Awal bulan ini, Israel melancarkan serangan udara di Gaza yang diklaim menargetkan "kendaraan mencurigakan" di wilayah Jalur Gaza bagian tengah.
Gencatan senjata sempat berada di ujung tanduk ketika Hamas mengumumkan akan menunda pembebasan sandera Israel pekan lalu. Hamas menuduh Israel melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, terutama terkait aliran bantuan kemanusiaan.
Merespons hal tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan melanjutkan "pertempuran sengit" di Jalur Gaza jika Hamas tidak membebaskan para sandera pada Sabtu (15/2) waktu setempat.
Berkat mediasi intensif dari Qatar dan Mesir, pertukaran sandera-tahanan akhirnya tetap berlangsung pada Sabtu (15/2). Hamas membebaskan tiga sandera Israel, yang ditukarkan dengan ratusan tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara-penjara Israel pada hari yang sama.
Artikel ini telah tayang di detikNews.
(nvc/sud)