Fakta Mengejutkan dari Sisa Tulang Manusia di Gua Maszycha

Kabar Internasional

Fakta Mengejutkan dari Sisa Tulang Manusia di Gua Maszycha

Tim detikInet - detikJabar
Minggu, 16 Feb 2025 04:30 WIB
manusia purba
Ilustrasi kerangka manusia purba (Foto: via IFL Science)
Jakarta -

Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan fakta tentang praktik kanibalisme yang dilakukan komunitas manusia di era Magdalenian sekitar 18.000 tahun lalu. Para peneliti menemukan bukti kuat bahwa manusia pada masa itu tidak hanya memanfaatkan tulang manusia untuk keperluan budaya tetapi juga mengonsumsi daging sesama mereka.

Dilansir detikInet, dalam kajian arkeologi, pemahaman mengenai praktik pemakaman dan ritual pada masa Paleolitik Atas masih terbatas. Namun, penelitian terbaru telah mengungkapkan masyarakat Magdalenian memiliki cara unik dalam memperlakukan jasad manusia. Beberapa jasad ditemukan tertutup oker dan dikelilingi oleh barang-barang kuburan, sementara yang lain kehilangan tulang-tulang tertentu. Dugaan awal menyatakan bahwa tulang-tulang ini hilang akibat hewan pemakan bangkai atau dikumpulkan sebagai relik oleh sesama manusia.

Namun, studi yang diterbitkan Scientific Reports menunjukkan bahwa pola kehilangan tulang ini tidak acak. Sebaliknya, bukti menunjukkan adanya pemilihan bagian tubuh secara sengaja, mengindikasikan bahwa praktik kanibalisme mungkin telah terjadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui bahwa kelompok Magdalenian menggunakan tulang manusia sebagai bahan baku, terkadang membuat piala tengkorak dan perhiasan. Di antara spesimen-spesimen ini, bukti bekas potongan atau bahkan ukiran sangat banyak. Di Prancis saja, bekas potongan tubu manusia telah muncul pada 93 individu Magdalenian. Ini adalah sekitar 40% dari spesimen yang dihitung untuk periode ini di wilayah tersebut.

Para ahli masih bingung bagaimana menafsirkan tanda-tanda yang jelas tentang 'modifikasi yang disebabkan manusia' pada sisa-sisa dari masa ini. Satu pihak dalam perdebatan berpendapat bahwa tanda-tanda sayatan pada tulang bisa jadi merupakan bukti pembersihan tulang perimortem (dilakukan mendekati atau sekitar waktu kematian). Namun, di pihak lain, beberapa orang percaya bahwa aktivitas ini merupakan tanda-tanda daging yang sedang dipersiapkan untuk dikonsumsi.

ADVERTISEMENT

Perdebatan ini telah berlangsung di dunia akademis selama beberapa waktu, tetapi sebuah studi baru telah memperkuat interpretasi yang terakhir. Dalam studi tersebut, sebuah tim peneliti internasional menganalisis tulang-tulang manusia yang terletak di Gua Maszycha di Polandia, sebuah situs yang pertama kali ditemukan pada abad ke-19 dan berisi berbagai peralatan batu serta sisa-sisa hewan dan manusia.

Selama 1990-an, para peneliti menduga bahwa tengkorak yang ditemukan dalam kumpulan di Gua Maszycha menunjukkan bukti kanibalisme. Namun penelitian selanjutnya menolak dugaan ini dengan alasan bahwa tengkorak tersebut tidak memperlihatkan bekas gigi, juga tidak menunjukkan tanda-tanda modifikasi budaya.

Tak satu pun dari analisis sebelumnya menggunakan teknik modern dalam penilaiannya, dan di sinilah penelitian baru ini berperan. Kini, para peneliti telah memeriksa ulang data sebelumnya dan menambahkan bukti baru ke dalam perdebatan, sehingga menempatkan kanibalisme kembali dalam pembahasan.

Menurut pernyataan yang diterjemahkan dari Catalan Institute of Human Paleoecology and Social Evolution, para peneliti memeriksa 63 fragmen tulang manusia, termasuk tengkorak dan tulang tungkai panjang, menggunakan teknik mikroskopi 3D yang canggih. Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi tanda-tanda yang sengaja dibuat oleh manusia, bukan yang terjadi karena proses alamiah.

Di antara bukti-bukti ini adalah bekas sayatan dan retakan yang sesuai dengan persiapan konsumsi. Misalnya, ada tanda-tanda jelas tentang penghilangan bungkusan otot, otak, dan sumsum tulang.

"Lokasi dan frekuensi bekas sayatan serta patah tulang yang disengaja jelas menunjukkan eksploitasi nutrisi pada tubuh, sehingga menepis hipotesis adanya perawatan pemakaman tanpa konsumsi," kata penulis utama studi Francesc Marginedas dalam pernyataan tersebut.

Tim tersebut yakin bahwa jasad-jasad itu diproses untuk diambil dagingnya segera setelah kematian mereka untuk menghindari pembusukan. Secara khusus, tengkorak memiliki potongan yang menunjukkan pembuangan kulit kepala dan daging, sementara fraktur pada tulang berasal dari upaya untuk mengeluarkan otak, bagian tubuh yang kaya akan sumber nutrisi. Pada saat yang sama, tulang humerus dan femur memiliki fraktur presisi untuk mengambil sumsum tulang mereka, sumber lemak dan kalori lainnya.

Secara keseluruhan, bukti menunjukkan adanya manipulasi sistematis terhadap sisa-sisa manusia untuk dikonsumsi, yakni mereka yang memakannya memprioritaskan bagian yang paling bergizi.

"Kanibalisme adalah perilaku yang terdokumentasikan pada berbagai masa dalam evolusi manusia," kata Dr. Palmira Saladié, salah satu penulis penelitian tersebut.

"Dalam konteks prasejarah, kanibalisme dapat menjadi respons terhadap kebutuhan bertahan hidup dan praktik ritual atau bahkan dinamika kekerasan antarkelompok," tambahnya.

Ada kemungkinan bahwa praktik kanibalisme ini mungkin terkait dengan meningkatnya ketegangan yang disebabkan oleh perluasan demografi yang terjadi setelah Zaman Es Terakhir. Jumlah orang yang lebih banyak mungkin menyebabkan persaingan yang lebih ketat untuk mendapatkan makanan, yang menghasilkan lebih banyak konflik dan akhirnya tindakan 'kanibalisme perang'.

Di seluruh Eropa, saat ini terdapat lima situs dari periode ini yang menunjukkan bukti nyata kanibalisme manusia. Jumlah ini, bersama dengan bukti baru dari Gua Maszycha dan data arkeologi terkait, memungkinkan para peneliti untuk menyatakan bahwa kanibalisme merupakan bagian dari budaya masyarakat selama masa Magdalenian. Kanibalisme merupakan cara untuk memakan orang mati di kelompok mereka sendiri, atau melahap musuh mereka.


Artikel ini telah tayang di detikInet. Baca selengkapnya di sini.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads